Ukraina: Rusia Ingin Meratakan Mariupol dengan Tanah

Sekjen PBB nilai perang di Ukraina adalah absurd 

Jakarta, IDN Times - Perang Rusia-Ukraina belum ada tanda-tanda akan berakhir. Pertempuran di kota Mariupol, Ukraina selatan, justru semakin intensif. Pejabat Ukraina mengatakan pada Selasa (22/3/22), bahwa Rusia tidak tertarik dengan kota itu dan ingin meratakannya dengan tanah.

Ada sekitar 100 ribu warga sipil yang terjebak dalam pertempuran. Mereka kehilangan akses logistik, air bersih, obat-obatan serta kebutuhan dasar lainnya. Ukraina meminta Rusia untuk menyediakan koridor kemanusiaan guna mengevakuasi warga sipil.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyerukan untuk menghentikan perang di Ukraina. Guterres menyebut perang itu sebagai perang absurd. Sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi militer khusus, orang Ukraina kini merasakan neraka di dunia.

1. Rusia bombardir Mariupol usai tolak ultimatum untuk menyerah

Ukraina: Rusia Ingin Meratakan Mariupol dengan Tanahilustrasi jet tempur Sukhoi milik Rusia (Twitter.com/Минобороны России)

Pada Senin, Rusia memberi ultimatum pada Ukraina untuk meletakkan senjata dan mengakhiri perlawanan. Tapi Ukraina dengan tegas menolak untuk memenuhi ultimatum tersebut.

Sehari sesudahnya, Rusia melancarkan serangan intensif khususnya ke kota Mariupol yang telah terkepung sejak invasi 24 Februari. Kiev meminta Moskow untuk mengizinkan evakuasi setidaknya 100 ribu warga sipil yang ingin pergi.

Dikutip dari Reuters, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato di hadapan parlemen Italia mengatakan, "tidak ada yang tersisa di sana. Hanya reruntuhan," ucapnya merujuk Mariupol.

Dewan kota Mariupol memberikan kabar terbaru soal kondisi kota mereka. Pada Selasa, Rusia disebut menjatuhkan dua bom besar di Mariupol tapi tidak memberikan rincian korban atau skala kerusakan.

Dewan kota mengatakan, "sekali lagi jelas bahwa penjajah tidak tertarik dengan kota Mariupol. Mereka ingin meratakannya dengan tanah dan menjadikannya abu dari tanah mati."

Laporan tersebut belum dapat diverifikasi secara independen dari media.

Baca Juga: Kenapa Rusia dan Ukraina Mati-Matian Memperebutkan Kota Mariupol?

2. Mariupol butuh koridor aman untuk evakuasi warga sipil

Serangan tanpa henti Rusia ke Mariupol terus berlangsung. Kota itu kini benar-benar babak-belur. Menguasai Mariupol akan jadi hal yang menguntungkan bagi Rusia karena dapat mencekik ekonomi Ukraina. Mariupol adalah kota pelabuhan paling ramai di Laut Azov, salah satu pusat industri besi dan baja menguntungkan milik Ukraina.

Dilansir Al Jazeera, Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan, sedikitnya 100 ribu warga sipil ingin melarikan diri dari kota. Tetapi itu tidak bisa dilakukan karena tentara Rusia terus melakukan serangan.

Warga sipil dapat dievakuasi jika koridor aman dibuat dan bus diizinkan melintasi wilayah tersebut. Itu pun warga sipil harus berjalan sekitar 10 sampai 20 kilometer untuk mencapai tempat yang relatif aman. Perjalanan seperti itu akan berbahaya jika tidak ada gencatan senjata.

Sudah ada ribuan orang yang berhasil keluar dari Mariupol dan mengungsi ke Lviv, kota di sebelah barat Ukraina. Salah satu korban selamat, Julia Krytska, tampak kelelahan dan tangannya gemetaran. 

"Tidak ada koneksi dengan dunia. Kami tidak bisa meminta bantuan. Orang-orang bahkan tidak punya air di sana," demikian pengakuannya. 

3. Sekjen PBB nilai perang di Ukraina adalah absurd

Ukraina: Rusia Ingin Meratakan Mariupol dengan TanahSekjen PBB, Antonio Guterres. (Twitter.com/Kenneth Roth)

Para pengamat perang menilai militer Rusia memiliki kapasitas yang sangat memumpuni untuk merebut Mariupol dari Ukraina. Tapi, perlawanan kokoh pasukan Ukraina telah membuat kemajuan pasukan Rusia terhenti. Meski begitu, tentara Vladimir Putin tidak mundur.

Dilansir Associated Press, banyak pakar militer Barat yang memperingatkan agar Ukraina tidak terlalu percaya diri. Itu karena Rusia dalam sejarahnya memiliki praktik perang menumpas perlawanan dengan serangan yang meratakan kota, membunuh banyak warga sipil dan membuat jutaan orang mengungsi seperti di Chechnya dan Suriah.

Guterres pada Selasa mendesak diakhirinya perang absurd di Ukraina. Dia memperingatkan bahwa orang Ukraina mengalami negara yang hidup.

"Melanjutkan perang di Ukraina secara moral tidak dapat diterima, secara politik tidak dapat dipertahankan, dan secara militer tidak masuk akal," kata Guterres di New York.

Baca Juga: Deretan Pelanggaran Hukum Perang yang Dilakukan Rusia di Ukraina

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya