Wisata Ganja Tak Bisa Lagi Bagi Orang Asing di Amsterdam

Wisata ganja telah menimbulkan kepadatan dan kejahatan

Amsterdam, IDN Times – Belanda terkenal sebagai salah satu negara Eropa yang melakukan dekriminalisasi terhadap ganja. Meskipun kepemilikan ganja masih tetap dianggap ilegal, namun negara tersebut melegalkan ganja untuk rekreasi dan konsumsi obat. Biasanya, ganja rekreasi tersebut dijual di kafe atau kedai kopi (Coffe shop).

Amsterdam seringkali menjadi salah satu tujuan favorit para turis asing. Daya tarik kota ini, selain keindahan tata letak kota dan arsitektur, adalah wisata malam prostitusi Distrik Lampu Merah, termasuk legalnya ganja rekreasional.

Di masa depan, ada kemungkinan besar bahwa orang asing tidak akan lagi bisa menikmati ganja rekreasi di Belanda, khususnya di Amsterdam. Apa sebabnya? Cek artikel ini sampai habis ya!

1. Mengurangi pariwisata narkoba

Wisata Ganja Tak Bisa Lagi Bagi Orang Asing di AmsterdamWalikota Amsterdam, Femke Halsema. (Wikimedia.org/Jos van Zetten)

Ganja terlarang di Belanda pada tahun 1913. Namun pada tahun 1972, pemerintah Belanda membagi obat-obatan ke dalam berbagai kategori dan ganja berada di kategori rendah. Pada tahun 1976, coffe shop (kedai kopi) di Belanda mulai menyediakan ganja rekreasi sampai batas 5 gram.

Meskipun penjualan eceran ganja ditoleransi, namun produksi, distribusi dan kepemilikan ganja di Belanda adalah ilegal. Ganja rekreasi hanya tersedia di kedai kopi. Itulah yang membuat salah satu daya tarik utama dan membuat Belanda terkenal sejak lama karena legalnya penjualan ganja secara eceran.

Namun kini, orang asing akan terancam tidak lagi dapat menikmati ganja rekreasi. Melansir dari laman Dutch News, khususnya di Amsterdam, penjualan ganja kepada orang asing akan dilarang karena untuk mencegah kejahatan terorganisir, mengurangi pariwisata narkoba dan mengurangi kepadatan kota.

Rencana tersebut didukung oleh polisi dan jaksa. Femke Halsema, walikota Amsterdam, telah mengajukan proposal yang mengizinkan hanya penduduk Belanda saja yang boleh membeli ganja rekreasi. Kemungkinan aturan ini akan berlaku mulai tahun depan.

2. Ratusan kedai kopi penjual ganja

Wisata Ganja Tak Bisa Lagi Bagi Orang Asing di AmsterdamAda lebih dari 500 kedai kopi di Belanda yang resmi menjual ganja. Ilustrasi (pexels.com/Erik Mclean)

Jika pertama kalinya ganja mulai di jual di kedai kopi pada tahun 1976 di Belanda, maka sudah 44 tahun bisnis ini berjalan. Tentu saja, proposal dari walikota Femke Halsema tersebut mendapatkan reaksi beragam dari penduduk dan pemilik bisnis. Ganja rekreasi telah menarik banyak wisawatan yang penasaran atau yang memang kecanduan.

Dalam riset yang dilakukan oleh pemerintah, ada sekitar 58 persen wisatawan yang datang ke Belanda, khususnya Amsterdam, terutama untuk mengonsumsi obat tersebut.

Femke Halsemka mengatakan “Amsterdam adalah kota internasional. Kami ingin menarik wisatawan, tetapi karena kekayaannya, keindahannya, dan institusi budayanya” jelasnya. Wisata narkoba bukanlah daya tarik utama yang dijadikan sebagai tujuan.

Di Belanda, menurut Deutsche Welle, ada 570 kedai kopi yang secara legal memiliki izin menjual ganja eceran. Dari jumlah tersebut, sebanyak 166 kedai kopi berada di Amsterdam. Selama beberapa dekade, Amsterdam menjadi tuan rumah festival Piala Cannabis untuk merayakan budaya ganja.

Baca Juga: Ganja Berbahaya? Ini 5 Fakta tentang Ganja sebagai Tanaman Penyembuh

3. Mengurangi kepadatan akibat pariwisata berlebihan

Wisata Ganja Tak Bisa Lagi Bagi Orang Asing di AmsterdamAda puluhan juta kunjungan turis per tahun yang membuat Amsterdam semakin padat. Ilustrasi (pexels.com/Pixabay)

Penduduk kota Amsterdam hanya sekitar 850.000 orang. Namun, adanya penerbangan murah dan pemesanan daring, jumlah kunjungan ke kota tersebut melonjak menjadi hampir 20 juta kunjungan dalam setahun. Pada tahun 2025, diperkirakan kunjungan akan mencapai angka 29 juta.

Jumlah tersebut kini dianggap telah menyebabkan kepadatan akibat bisnis pariwisata yang berlebihan. Karena itu, pemerintah kota sudah memikirkan bagaimana mengurangi kepadatan tersebut. Jumlah toko sudah dibatasi, Airbnb sudah ditekan, pembangunan hotel baru sudah dihentikan dan menaikkan pajak juga dilakukan.

Dan salah satu cara untuk mengurangi kepadatan adalah rencana melarang turis asing membeli ganja rekreasi di Amsterdam. Rencana tersebut didukung oleh bisnis lokal dan menyambutnya dengan sangat baik.

Robert Overmeer dari asosiasi bisnis BIZ Utrechtsestraat mengatakan kedai kopi ganja “adalah salah satu mata rantai wisata penting (tapi) bernilai rendah” jelasnya seperti dikutip dari The Guardian (11/1).

Meskipun begitu, ada juga yang khawatir dengan aturan baru tersebut. Joachim Helms dari asosiasi pemilik kedai kopi BCD menjelaskan larangan itu kemungkinan akan membuat ganja diperjual-belikan secara sembarangan di jalan-jalan.

Selain kedai kopi, Amsterdam juga memiliki Distrik Lampu Merah yang merupakan wisata bagi orang-orang dewasa. Banyak sekali gadis-gadis cantik yang berpose seksi dan dapat terlihat dari luar karena hanya dihalangi oleh jendela kaca bening.

Meski begitu, Distrik Lampu Merah tak begitu menarik wisatawan asing. Melansir dari CNN, menurut survei pada Agustus 2019, kedai kopi jauh lebih menarik wisatawan dibandingkan dengan Distrik Lampu Merah. Sebanyak 72 persen pengunjung mengatakan mendatangi kedai kopi dan hanya 1 persen saja yang mengaku berwisata di prostitusi jendela Distrik Lampu Merah.

Baca Juga: Sembilan Orang Kedapatan Konsumsi Sabu dan Ganja di Warnet 

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya