Masjid Sultan Ahmed di Istanbul (Unsplash.com/Adli Wahid)
Ataturk meninggal pada 1938. Itu berarti dia memimpin Turki selama 15 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, ia melakukan reformasi besar di setiap lini kehidupan peradaban Turki modern.
Reformasi besar di Turki sering disebut sebagai Kemalisme. Dalam langkah reformasi itu, dapat dicatat enam asas utama yakni republikanisme, nasionalisme, populisme, reformisme, statisme, dan sekularisme.
Titik utama perubahan tersebut adalah Turki telah menjadi negara muslim awal yang menjadi Republik dan jadi contoh bagi negara-negara muslim serta non-muslim lainnya.
Dilansir dari laman Columbia University, sepanjang 1926-1930, transformasi hukum dan aturan diubah dengan cepat. Hukum syariah dihapus, sistem yurisprudensi sekuler diperkenalkan, dan perempuan didorong ikut berpartisipasi dalam memberi hak suara secara penuh di politik.
Reformasi hukum itu membuat semua warga negara sama di mata hukum. Turki bergerak menjadi masyarakat yang adil dengan hak yang sama. Islam jadi agama yang didorong ke ranah privat.
Dalam laman Ataturk Society, pada 1924 sistem kekhilafahan dihapus, hak istimewa keluarga khalifah dilenyapkan. Selanjutnya sistem pendidikan tradisional keagamaan dihapus dan pendidikan sipil diperkenalkan sebagai pendidikan yang seragam.
Alfabet Turki yang berbasis Latin mulai diperkenalkan secara nasional dan sistem aksara Arab, yang mendominasi selama ratusan tahun di bawah kekuasaan Dinasti Ustmaniyah, dihapus.
Seperti kata peribahasa, bahasa adalah jiwa bangsa. Reformasi aksara ini, secara otomatis, mengubah budaya berbahasa. Anak-anak dan orang dewasa ditekan dalam beberapa bulan untuk dapat membaca dan menulis dalam aksara dan bahasa nasional Turki.
Sejumlah kata serapan dari bahasa Arab dan Persia juga mulai diganti dengan bahasa asli. Dalam waktu singkat, Ataturk telah merombak budaya dan pendidikan Turki. Dia menyingkirkan pengaruh aksara Arab dan pengaruh Persia dan menuju Turki nasionalis yang modern.