Profil Naim Qassem: Kandidat Pemimpin Hizbullah Pegganti Nasrallah

Jakarta, IDN Times - Sheikh Naim Qassem telah menjadi kepala sementara Hizbullah sejak pemimpin kelompok tersebut, Hassan Nasrallah, terbunuh dalam serangan Israel di Lebanon pada September.
Sama seperti Nasrallah, Qassem termasuk salah satu anggota pendiri partai politik dan kelompok bersenjata Syiah tersebut. Pria berusia 71 tahun ini juga merupakan salah juru bicara utama Hizbullah dan sering melakukan wawancara dengan media asing, termasuk ketika permusuhan lintas batas dengan Israel berkecamuk selama setahun terakhir.
Dalam pidatonya pekan lalu, ia mengklaim bahwa kemampuan militer kelompok tersebut masih utuh dan Israel hanya akan semakin menderita jika pertempuran terus berlanjut.
1. Aktivitas politiknya dimulai pada 1970-an
Qassem lahir di Kfar Fila, sebuah kota di Lebanon selatan, pada 1953. Ia belajar kimia di Universitas Lebanon dan pernah mengajar sebagai guru kimia selama beberapa tahun.
Pada saat yang sama, ia juga menempuh studi agama dan berpartisipasi dalam pendirian Persatuan Mahasiswa Muslim Lebanon, sebuah organisasi yang bertujuan meningkatkan kepatuhan beragama di kalangan mahasiswa.
Pada 1970-an, Qassem bergabung dengan Gerakan Orang-Orang yang Terpinggirkan, sebuah organisasi politik yang didirikan oleh Imam Moussa Sadr untuk mewakili komunitas Syiah di Lebanon, yang secara historis sering diabaikan dan hidup dalam kemiskinan. Kelompok ini kemudian berubah menjadi gerakan Amal, salah satu kelompok bersenjata utama dalam perang saudara di Lebanon, dan kini menjadi partai politik yang kuat.
Usai meninggalkan Amal, Qassem membantu mendirikan Hizbullah pada awal 1980-an dan menjadi salah satu ulama pendiri kelompok tersebut. Ia diketahui memiliki enam orang anak.