Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak-anak di gaza (pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi anak-anak di gaza (pixabay.com/hosnysalah)

Jakarta, IDN Times - Sejumlah aktivis Arab dan Palestina melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk protes terhadap kelaparan di Gaza. Wilayah tersebut menghadapi bencana kemanusiaan yang semakin parah akibat serangan dan blokade Israel sejak Oktober 2023.

Pada Minggu (20/7/2025), juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, mengumumkan bahwa ia memulai aksi mogok makan total pada hari itu untuk memprotes krisis kemanusiaan, terutama kelaparan pada anak-anak.

“Saya tidak akan makan sampai rakyat saya bisa makan, dan bantuan diberikan dengan cara yang manusiawi dan menghormati martabat manusia,” kata Basal saat tampil di saluran berita Mesir, Al-Qahera.

Ia juga mendesak para pemimpin dunia, terutama pemerintah Arab, parlemen Eropa, dan ulama, untuk mengambil tindakan nyata alih-alih hanya mengeluarkan pernyataan.

1. Mantan presiden Tunisia ikut serta dalam aksi mogok makan

Dilansir dari Anadolu, mantan Presiden Tunisia, Moncef Marzouki, turut serta dalam aksi simbolis ini. Ia mengumumkan partisipasinya melalui sebuah unggahan di media sosial X pada Senin (21/7/2025).

“Saya berkomitmen untuk melakukan mogok makan simbolis hari ini sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat kami di Gaza," tulis Marzouki.

Sebelumnya, pada Sabtu (19/7/2025), jurnalis Tunisia, Bassam Bounni, juga mengumumkan akan memulai mogok makan sebagai bentuk protes terhadap penggunaan kelaparan sebagai senjata perang dan militerisasi dalam penyaluran bantuan. Ia juga mengajak orang lain untuk ikut dalam kampanye tersebut

Dalam pernyataannya di Facebook, Bounni berjanji untuk tidak mengunggah apa pun yang tidak berhubungan dengan krisis kelaparan di Gaza selama aksi mogok makan berlangsung. Ia juga meluncurkan hashtag #hungerstrikeforgaza sebagai bagian dari kampanye tersebut.

2. Masyarakat dunia diajak lakukan mogok makan pada 22 Juli

Sementara itu, Komite Internasional untuk Mengakhiri Blokade Gaza menyerukan aksi mogok makan global yang terkoordinasi pada Selasa (22/7/2025).

“Dari lautan terbuka, dengan hati yang berat, kami meminta kalian untuk membantu unggahan ini mencapai satu juta retweet,” tulis kelompok tersebut pada Minggu di X.

Mereka juga mengajak masyarakat untuk menggelar aksi duduk dan mogok makan di depan kedutaan besar Amerika Serikat (AS) dan Israel di seluruh dunia. Aksi ini dinamai dengan “Selasa Kemarahan".

3. Lebih dari 1 juta anak di Gaza alami kelaparan

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, kebijakan kelaparan massal yang diterapkan oleh Israel telah menyebabkan kematian 86 warga Palestina, termasuk 76 anak-anak, sejak Oktober 2023. Pihaknya menyebut krisis ini sebagai pembantaian diam-diam dan menuntut pertanggungjawaban Israel dan komunitas internasional atas bencana kelaparan tersebut.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyebutkan bahwa lebih dari 1 juta anak di Gaza saat ini mengalami kelaparan. Sejak Israel menutup seluruh penyeberangan ke Gaza pada Maret 2025, hanya sedikit makanan dan bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke wilayah tersebut.

“Kami berharap susu formula dan popok untuk anak-anak diperbolehkan masuk, dan penyeberangan dibuka sehingga makanan bisa masuk. Sebagai ibu, kami menyaksikan anak-anak kami menderita, dan itu menyakitkan bagi kami,” ujar seorang ibu dari bayi yang mengalami malnutrisi kepada Al Jazeera.

Pada Senin, sebanyak 25 negara, termasuk Inggris, Prancis dan Kanada, mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak Israel agar segera mengakhiri perang di Gaza.

“Penderitaan warga sipil di Gaza telah mencapai titik terdalam,” kata para penandatangan, seraya menyerukan gencatan senjata melalui negosiasi, pembebasan para sandera Israel, dan kelancaran masuknya bantuan yang sangat dibutuhkan ke Gaza.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama