Di Turki, barisan panjang demonstran bergerak menuju kedutaan Israel di Istanbul sambil membawa spanduk bertuliskan “Embargo total terhadap pendudukan.” Pemerintah Turki termasuk salah satu pengkritik paling keras terhadap serangan Israel di Gaza.
“Kami menuntut pembebasan semua anggota armada Sumud dan semua tahanan, dan sebagai mahasiswa, kami menuntut agar semua hubungan akademis dan ekonomi dengan negara Israel yang melakukan genosida dihentikan di universitas kami,” kata Elif Bozkurt, mahasiswa berusia 21 tahun, kepada AFPTV.
Protes serupa juga diadakan di kota Dublin, Berlin, Jenewa, Buenos Aires, Mexico City, Karachi dan Kuala Lumpur.
“Kami sangat kesal. Kesal, marah, muak karena yang mereka lakukan adalah demi kemanusiaan. Mereka hanya membawa bantuan dan makanan bayi. Penangkapan ini tidak adil," kata Ili Farhan, warga Malaysia yang berpartisipasi dalam demonstrasi di Kuala Lumpur.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, agresi militer Israel di wilayah tersebut telah menewaskan lebih dari 66 ribu warga Palestina, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Pembantaian ini terjadi setelah kelompok Hamas memimpin serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 lainnya disandera.