Putar Lagu Frank Sinatra, Dokter Obati Gajah Paling Kesepian di Dunia

Islamabad, IDN Times – Kaavan, seekor gajah yang tinggal di kebun binatang Islamabad, Pakistan, sempat menjadi sorotan global dengan kasus yang viral ketika para aktivis hewan di seluruh dunia berusaha untuk menyuarakan pembebasannya dan mendesak pemerintah Pakistan untuk mengambil tindakan tegas dalam mengakhiri nasib malangnya, yang diketahui menghabiskan waktu sekitar 35 tahun di kebun binatang dalam kondisi yang sangat buruk, sendirian selama delapan tahun usai kehilangan pasangan. Karena kondisi tersebut pulalah, ia mendapatkan julukan sebagai “gajah paling kesepian di dunia”.
Namun, situasi akhirnya berubah usai rentetan kampanye yang mendapat dukungan besar dari penyanyi legendaris AS Cher, membawa pengadilan tertinggi Pakistan untuk memutuskan pada bulan Mei lalu bahwa Kaavan, akan dibebaskan beserta dengan hewan-hewan lainnya yang ada di kebun binatang tersebut. Suaka margasatwa yang berada di Kamboja pun akhirnya dinilai sebagai lokasi yang tepat baginya menghabiskan masa tua.
Kelompok kesejahteraan dan penyelamat hewan yang berbasis di Austria, Four Paws International, lalu diminta untuk membantu dalam pemindahan Kaavan nantinya. Tetapi sebelum itu terlaksana, Kaavan harus melalui pemeriksaan terlebih dulu yang tidak pernah ia dapatkan sejak 2016 silam, dan tim dokter hewan internasional ditunjuk dalam proses yang terjadi pada hari Jumat lalu (04/09/2020).
1.Kaavan alami obesitas, kekurangan gizi, dan juga depresi karena bosan selalu kesepian

Karena tidak terbiasa dengan kontak manusia, berusaha mendekati Kaavan untuk melakukan pemeriksaan pun cukup sulit karena ia dengan mudah menjadi gelisah. Untuk mengatasinya, dokter hewan Amir Khalil yang adalah perwakilan Four Paws International pun berusaha membantu sang gajah dengan melantunkan melodi klasik lagu “My Way” milik Frank Sinatra. Siapa sangka, metode itu rupanya berhasil untuk memberikan efek tenang, sehingga Kaavan bisa terlihat lebih rileks sambil mengunyah chapatis (roti pipih khas India), AFP melaporkan.
Tidak hanya roti, Kaavan juga diberikan wadah berisi pisang dan dituntun menuju kolam pemandian beton hewan yang sudah dikosongkan untuk kemudian disuntikkan obat penenang oleh Frank Goeritz, kepala dokter hewan. Gajah itu lalu diperiksa kerangka dan lingkar tubuh, diambil sampel darahnya, lalu microchip di pasangkan ke bahu kirinya.
"Dia dalam kondisi umum yang baik ... tetapi dia benar-benar gemuk, beratnya terlalu banyak dan kakinya sangat buruk," kata Goeritz, menunjuk kuku kaki gajah yang retak dan cacat yang disinyalir akibat kondisi kandang yang tidak layak.
Tidak hanya masalah kelebihan berat badan, Kaavan juga menunjukkan ciri-ciri hewan yang kekurangan gizi. Tantangan yang dihadapi tidak hanya terkait kondisi fisik tetapi juga mental, dimana ia dilaporkan telah kehilangan rangsangan intelektual yang mengakibatkan perilaku ‘stereotip’ dengan kerap menukik kepala dan belalainya dari sisi ke sisi selama berjam-jam. Menurut Goeritz, itu terjadi karena kurangnya pengayaan fisik dan perilaku, serta tidak adanya pasangan selama waktu yang sangat lama dan kemudian menyebabkan Kaavan menjadi sangat bosan.
Meski demikian, pengacara Owais Awan, sosok yang mengajukan petisi pengadilan tahun lalu mengatakan bahwa gajah itu tampak lebih bahagia saat dokter hewan dan relawan bersama dengannya pekan lalu.
"Hari ini (terasa) cukup lama karena untuk pertama kalinya dalam hidup Kaavan, ada pemeriksaan medis yang rinci," kata Awan kepada AFP. "Saya merasa senang sekaligus sedih. Tidak ada yang pernah berpikir untuk melakukan pemeriksaan mendetail padanya sebelumnya.
2.Kaavan telah habiskan 35 tahun hidupnya di kebun binatang dan delapan tahun di antaranya sendirian

Meski menghabiskan hampir keseluruhan waktunya dengan hidup di Islamabad, Kaavan sebenarnya berasal dari Sri Lanka yang dikirim oleh pemerintah sebagai hadiah untuk mantan diktator Pakistan, Jenderal Zia ul-Haq, pada tahun 1985 ketika usianya baru satu tahun. Ia tinggal di kebun binatang sebagai satu-satunya spesies gajah yang ada di ibu kota tersebut, hingga di tahun 1990 seekor gajah lainnya bernama Saheli dikirim ke sana dan menjadi pasangannya. Sayangnya, pada tahun 2012 Saheli meninggal dan Kaavan pun harus hidup sendirian lagi dengan kesedihan mendalam yang dapat terlihat jelas dari perilakunya.
Belum lagi , terdapat beberapa kejadian ‘penyiksaan’ yang harus dialaminya akibat ulah petugas kebun binatang yang tidak dapat memberikan perawatan yang baik. The Guardian bahkan pernah menuliskan tentang seorang petugas di kebun binatang itu yang pernah ditangguhkan setelah ketahuan mencuri makanan milik Kaavan.
3.Meski hidup menderita, dokter sebut sorotan mata Kaavan penuh harapan

Rencananya, proses pemindahan Kaavan akan menggunakan peti transportasi yang dibangun khusus dan dibawa dengan pesawat kargo raksasa. Langkah itu harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena sebelumnya, telah ada beberapa hewan dari kebun binatang tersebut yang tewas setelah melalui proses pemindahan. Rencana Kaavan untuk segera melakukan penerbangan pun harus tertunda lebih lama dari jadwal yang sebelumnya diharapkan dapat terlaksana.
Obesitas, kekurangan gizi, kebosanan parah, hingga kuku kaki cacat yang berisiko terkena infeksi serius, memang terdengar sangat menyedihkan. Namun terlepas dari semua itu, kini Kaavan memiliki lembaran hidup baru yang semoga saja, dapat membuatnya bahagia. Goeritz juga menyebutkan bahwa pandangan mata Kaavan terlihat penuh harapan. “Mari kita tunggu sampai kita mendapatkan semua hasil, tapi sejauh ini saya tidak melihat ada masalah besar dengan dia bepergian ... dia (akan) menghadapi kehidupan yang baik," ungkapnya, dikutip dari Reuters.