Kapasitas Energi Nuklir Global Akan Berlipat Ganda pada 2050

Upaya menghentikan emisi yang menyebabkan pemanasan global

Jakarta, IDN Times - Lebih dari 20 negara, termasuk Amerika Serikat (AS) berjanji untuk melipatgandakan kapasitas energi nuklir di seluruh dunia pada 2050.

Hal ini dilakukan guna membatasi peningkatan suhu global sebesar 1,5 derajat celcius, serta, dekarbonisasi sektor energi, sumber sekitar tiga perempat emisi gas rumah kaca global.

Peluncuran inisiatif baru tersebut diklaim untuk mendukung energi bersih dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam produksi energi dunia. Pihaknya juga akan mengurangi emisi metana dan menghambat pendanaan swasta untuk pembangkit listrik tenaga batu bara.

"Hal ini dapat dan akan membantu transisi dunia dari penggunaan batu bara yang tidak terkendali," kata Sultan al-Jaber, Presiden KTT COP28 Uni Emirat Arab (UEA), dikutip dari Reuters.

Komitmen tersebut merupakan salah satu dari serangkaian pengumuman dalam pertemuan puncak iklim COP28 PBB yang berlangsung di Dubai, UEA, pada Sabtu (2/11/2023). Acara ini dihadiri oleh utusan khusus AS untuk urusan iklim, John Kerry, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan para pemimpin lainnya.

Baca Juga: COP28: 20 Negara Lebih Deklarasi Gunakan Energi Nuklir 3 Kali Lipat

1. Bekerja sama mencapai tujuan aspirasional global

Deklarasi ini mengakui peran penting energi nuklir dalam mencapai emisi gas rumah kaca global nol bersih. Negara-negara yang mendukung deklarasi tersebut juga termasuk Jepang, Inggris, Kanada, Prancis, Korea Selatan, Ukraina, dan UEA.

Dalam pernyataannya, mereka mengatakan akan bekerja sama guna mencapai tujuan aspirasional global, yaitu melipatgandakan kapasitas energi nuklir sebanyak tiga kali lipat dari tahun 2020 hingga 2050.

John Kerry mengatakan bahwa dunia tidak dapat mencapai emisi 'net zero', tanpa membangun reaktor baru. 

"Kami tidak berargumen bahwa ini benar-benar akan menjadi alternatif terbesar bagi sumber energi lainnya. Tetapi, anda tidak dapat mencapai net-zero pada 2050 tanpa adanya nuklir. Sama seperti anda tidak dapat mencapainya tanpa adanya penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon," ungkapnya.

Saat ini, kapasitas nuklir global mencapai 370 gigawatt dengan 31 negara menjalankan reaktornya. Dengan rencana meningkatkan kapasitas tersebut, maka akan memerlukan peningkatan yang signifikan dalam hal persetujuan dan pendanaan baru.

Baca Juga: Badan Nuklir PBB Tegaskan Limbah Nuklir Jepang Aman Dibuang ke Laut

2. Adanya penentangan terhadap deklarasi tersebut

Kapasitas Energi Nuklir Global Akan Berlipat Ganda pada 2050Ilustrasi aktivis lingkungan yang melakukan aksi unjuk rasa. (Unsplash.com/Li-An Lim)

Deklarasi tersebut mendapat kritik dari para aktivis iklim. Sebuah organisasi non-pemerintah internasional mengeluarkan pernyataan, bahwa tenaga nuklir tidak hanya berbahaya dan tidak stabil, tetapi juga tidak masuk akal secara ekonomi sebagai sumber energi, dilansir NHK News.

Laporan tersebut mengkritik para pemimpin dunia karena gagal mengambil pelajaran dari kegagalan industri tenaga nuklir dalam beberapa tahun terakhir. Kelompok tersebut menekankan perlunya segera menghapuskan penggunaan bahan bakar fosil untuk mengatasi pemanasan global.

3. Jepang dan kebijakan energi nuklirnya

Kapasitas Energi Nuklir Global Akan Berlipat Ganda pada 2050Bendera Jepang. (Unsplash.com/ Roméo A.)

Pada awal tahun ini, Pemerintah Jepang mengeluarkan undang-undang yang mengizinkan reaktor nuklir di negara tersebut beroperasi melampaui batas 60 tahun yang berlaku saat ini. Tokyo memperkirakan sekitar 20-22 persen energinya akan berasal dari energi nuklir pada tahun fiskal 2030.

Dilansir Kyodo News, Rancangan undang-undang tersebut bertujuan untuk memastikan pasokan energi yang memadai untuk Jepang, di mana penggunaan tenaga nuklir telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat setelah krisis nuklir pada 2011 di PLTN Fukushima Daiichi.

Krisis nuklir tersebut menyebabkan penutupan pada semua reaktor nuklir. Sebagian besar juga masih tidak beroperasi karena reaktor tersebut harus memenuhi standar keselamatan yang lebih ketat, yang diberlakukan setelah bencana sebelum reaktor dapat beroperasi kembali.

Baca Juga: Filipina Gandeng AS untuk Pasok Energi Nuklir

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya