Rusia Bersedia untuk Pertukaran Peretas Siber dengan AS

Menjelang pertemuan Putin dan Biden di Jenewa

Moskow, IDN Times - Presiden Rusia Vladimir Putin terbuka untuk menyerahkan penjahat siber ke Amerika Serikat (AS) jika Washington melakukan hal yang sama untuk Moskow dan kedua kekuatan mencapai kesepakatan untuk itu.

Hal itu disampaikan oleh Putin dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh televisi pemerintah menjelang pertemuannya dengan Presiden AS Joe Biden yang akan berlangsung di Jenewa. Bagaimana kronologinya?

1. Moskow siap untuk timbal balik serah terima penjahat siber dengan Washington

Rusia Bersedia untuk Pertukaran Peretas Siber dengan ASPresiden Rusia Vladimir Putin pada pertemuan "St. Petersburg International Economic Forum" (4/6/2021). (Twitter.com/KremlinRussia_E)

Dilansir CNN, Pada hari Minggu (13/6/2021), Kantor berita milik pemerintah Rusia, TASS menyampaikan bahwa: Presiden Putin mengatakan negaranya siap untuk mengekstradisi penjahat siber ke AS secara timbal balik.

Putin mengatakan kepada saluran TV pemerintah Rossiya-1 bahwa baik Rusia maupun AS harus mengambil komitmen yang sama dan Rusia secara alami akan melakukan itu tetapi hanya jika pihak lain, dalam hal ini AS menyetujui hal yang sama serta akan mengekstradisi penjahat terkait ke Federasi Rusia, TASS melaporkan.

Menurut TASS, Presiden Rusia juga mengatakan, dalam pertemuannya dengan Biden pada Rabu, 16 Juni 2021 di Jenewa, dia berharap akan memulihkan hubungan bilateral antara Rusia dan AS serta membangun mekanisme yang berfungsi sebagai dialog langsung tentang bidang yang menjadi kepentingan bersama, konflik regional, kerjasama ekonomi, dan kepedulian terhadap lingkungan.

"Secara umum, ada sesuatu untuk dibicarakan dan ada masalah umum untuk didiskusikan," Putin menambahkan.

Dikutip dari Reuters, Putin memuji Biden karena telah menunjukkan 'profesionalisme' ketika AS dan Rusia sepakat tahun ini untuk memperpanjang perjanjian pengendalian senjata nuklir New START.

2. Masalah serangan ransomware menjadi salah satu agenda yang akan dibahas AS-Rusia

Rusia Bersedia untuk Pertukaran Peretas Siber dengan ASPresiden Amerika Serikat dari Demokrat Joe Biden mengunjungi Barrio Cafe saat tur bus usaha kecil sambil berkampanye di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, Kamis (8/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque)

Dalam konferensi pers pada hari Rabu, Ned Price selaku juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa 'masalah serangan ransomware' akan dibahas selama pertemuan kedua pemimpin di Jenewa, "Kami telah mengangkat masalah serangan ransomware dengan sejumlah negara dan itu termasuk Rusia. Saya menduga, seperti yang anda dengar dari Gedung Putih, bahwa aktivitas ini akan menjadi topik ketika kedua presiden bertemu."

Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki pada hari Kamis mengatakan kepada 'CBS This Morning' bahwa Presiden Biden akan mengangkat beberapa masalah yang menjadi perhatian selama pertemuannya dengan Putin.

"Fokus presiden adalah menyampaikan pesan yang penting bagi rakyat Amerika dan menggunakan ini sebagai kesempatan guna memajukan kepentingan kita. Presiden akan mengangkat area di mana dia memiliki perhatian, Apakah itu serangan ransomware atau agresi di perbatasan Ukraina, atau pelanggaran hak asasi manusia, tapi ada juga area yang kami pikir dapat kami kerjakan bersama," ungkap Psaki dan dilansir CNN.

Baca Juga: Bangladesh Borong Alat Retas dari Israel, Buat Apa?

3. Serangan siber yang terjadi pada infrastruktur dan perusahaan penting AS baru-baru ini, terkait dengan Rusia

Rusia Bersedia untuk Pertukaran Peretas Siber dengan ASPresiden Rusia Vladimir Putin pada pertemuan "Supreme Eurasian Economic Council" melalui konferensi video (21 Mei 2021). (Twitter.com/KremlinRussia_E)

Dilansir ABC News, Masalah kejahatan siber menjadi sorotan setelah insiden terganggunya operasi pengepakan daging JBS USA di Amerika Utara dan Australia. 

JBS USA menyampaikan bahwa telah membayar 14,2 juta dolas AS atau sekitar Rp201 miliar kepada penjahat siber.

Sumber AS yang mengetahui masalah tersebut mengatakan pekan lalu, bahwa sebuah kelompok peretas yang terkait dengan Rusia berada di balik serangan tersebut.

Serangan itu menyusul satu bulan lalu yang terjadi di Colonial Pipeline, pipa bahan bakar terbesar di AS, yang mengganggu pengiriman bahan bakar selama beberapa hari di tenggara AS.

4. Kejahatan siber

Rusia Bersedia untuk Pertukaran Peretas Siber dengan ASIlustrasi tulisan keamanan siber. (Pexels.com/cottonbro)

Dilansir DW, Menurut sebuah laporan yang dibuat oleh perusahaan antivirus terkemuka McAfee, kejahatan siber merupakan salah satu ancaman utama bagi komunitas bisnis yang menyebabkan kerugian miliaran dolar pada tahun 2020. Dua pertiga dari perusahaan yang disurvei menjadi korban dari beberapa jenis upaya peretasan pada tahun 2019.

Perangkat lunak tebusan bekerja dengan cara mengenkripsi data korban. Lalu, biasanya peretas akan menawarkan kunci kepada korban dengan imbalan pembayaran cryptocurrency yang dapat mencapai ratusan ribu hingga jutaan dolar.

Gangguan rata-rata untuk bisnis adalah 18 jam dengan biaya rata-rata setengah juta dolar atau sekitar Rp7 miliar setiap kali.

Sejak pandemi COVID-19 terjadi, semakin banyak transaksi bisnis yang beralih secara online, membuat keamanan siber semakin kritis. Bentuk utama kejahatan siber adalah pencurian kekayaan intelektual dan kejahatan keuangan di mana menyebabkan tiga perempat kerugian.

Baca Juga: Bangladesh Borong Alat Retas dari Israel, Buat Apa?

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya