Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kericuhan saat demo
ilustrasi kericuhan saat demo (pexels.com/mermoz lionel)

Intinya sih...

  • Petani Eropa menolak impor murah dari negara Mercosur

  • Kesepakatan UE-Mercosur membuka pasar perdagangan raksasa

  • Negara anggota UE terbelah menyikapi ratifikasi perjanjian

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Ribuan petani turun ke Brussels dengan mengerahkan ratusan traktor hingga menutup jalur-jalur utama di ibu kota Belgia, pada Kamis (18/12/2025). Aksi tersebut diarahkan untuk menentang rencana perjanjian perdagangan bebas antara Uni Eropa (UE) dan blok Mercosur. Situasi di pusat pemerintahan Eropa pun memanas karena unjuk rasa berlangsung di area strategis. Momentum protes ini bertepatan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) para pemimpin UE.

Dalam aksinya, massa melempar kentang dan telur ke arah polisi. Mereka juga menyalakan kembang api serta membakar ban dan jerami di sejumlah titik. Sejumlah fasilitas umum tak luput dari perusakan, termasuk kaca jendela gedung yang dipecahkan. Aparat membalas dengan gas air mata dan meriam air, yang berujung bentrokan sengit di sekitar kompleks lembaga UE.

1. Petani Eropa menolak impor murah dari negara Mercosur

ilustrasi impor barang (pexels.com/Chanaka)

Kekhawatiran petani muncul akibat potensi banjir impor daging sapi, gula, beras, madu, dan kedelai berharga rendah dari Amerika Selatan. Produk-produk itu dinilai diproduksi dengan aturan yang lebih longgar dibanding standar UE. Salah satu sorotan utama adalah penggunaan pestisida yang telah dilarang di kawasan Eropa. Kondisi tersebut dikhawatirkan menekan harga panen lokal dan mengancam keberlangsungan hidup petani.

Selain soal impor, rencana perubahan besar pada skema subsidi pertanian juga memicu kemarahan. Dari sana, muncul kecemasan bahwa bantuan keuangan bagi sektor pertanian akan dipangkas.

“Kami di sini untuk mengatakan tidak pada Mercosur,” kata petani susu Belgia Maxime Mabille kepada AFP, dikutip dari France 24.

Ia menuduh ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen berupaya memaksakan kesepakatan itu seolah-olah Eropa telah berubah menjadi kediktatoran.

Di tengah aksi, sebuah traktor membentangkan spanduk bertuliskan, “Mengapa mengimpor gula dari belahan dunia lain padahal kami memproduksi yang terbaik di sini?”. Florian Poncelet dari serikat petani Belgia FJA menyebut protes serupa telah berlangsung sejak 2024 di Prancis, Belgia, dan sejumlah negara lain, dengan harapan tuntutan mereka akhirnya diperhatikan, dilansir dari Al Jazeera.

2. Kesepakatan UE–Mercosur membuka pasar perdagangan raksasa

ilustrasi kesepakatan kerjasama (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Perjanjian yang dinegosiasikan selama seperempat abad ini digadang-gadang membentuk kawasan perdagangan bebas terbesar di dunia. Wilayah tersebut mencakup sekitar 780 juta penduduk dan mewakili seperempat produk domestik bruto (PDB) global. Pendukungnya memandang kesepakatan ini sebagai penyeimbang terhadap pengaruh China.

Di sisi lain, perjanjian itu juga diharapkan mendorong ekspor Eropa seperti mobil, mesin, dan anggur, terutama saat tarif Amerika Serikat (AS) meningkat. Meski mekanisme pengaman sementara telah disiapkan untuk menahan masuknya produk sensitif, penolakan dari berbagai kalangan justru kian meluas.

3. Negara anggota UE terbelah menyikapi ratifikasi perjanjian

ilustrasi bendera Uni Eropa (pexels.com/Dušan Cvetanović)

Prancis dan Italia berada di garis depan penentangan terhadap kesepakatan tersebut. Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan negaranya belum siap dan perjanjian itu tak bisa ditandatangani dalam kondisi saat ini. Pemerintah Prancis kemudian menggandeng Polandia, Belgia, Austria, Irlandia, serta negara lain untuk mendorong penundaan. Paris juga menyatakan akan menolak setiap upaya pemaksaan tanpa perlindungan tambahan bagi petani.

Sebaliknya, Jerman dan Spanyol justru aktif mengampanyekan pengesahan. Kanselir Jerman Friedrich Merz mengingatkan keputusan perlu diambil segera demi menjaga kredibilitas UE dalam kebijakan perdagangan global. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menilai perjanjian ini dapat memperkuat posisi geo-ekonomi dan geopolitik Eropa menghadapi para pesaingnya. Dukungan serupa datang dari negara-negara Nordik yang ingin memperluas pasar ekspor mereka.

Sementara itu, Ursula von der Leyen mengadakan pertemuan yang ia sebut baik dan produktif dengan perwakilan petani Eropa untuk menampung aspirasi. Ia tetap bertekad merealisasikan kesepakatan tersebut. Namun, persetujuan minimal dua pertiga negara anggota UE masih dibutuhkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team