Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jelang KTT Uni Eropa, Putin Sebut Pemimpin Eropa ‘Babi Kecil’

Presiden Rusia, Vladimir Putin
Presiden Rusia, Vladimir Putin (Duma.gov.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Putin sebut Biden dan Eropa pemicu perang di Ukraina
  • Rusia klaim ketahanan dan penolakan solusi damai
  • NATO peringatkan perang skala besar, Putin puji kekuatan militer Rusia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan pernyataan keras dengan menyebut para pemimpin Eropa sebagai ‘babi kecil’. Pernyataan tersebut disampaikan menjelang pertemuan penting para pemimpin Uni Eropa yang membahas kesepakatan pendanaan bagi Ukraina.

Komentar Putin muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat terkait perang di Ukraina. Ia menuding Eropa ingin mengambil keuntungan dari runtuhnya Rusia dan berupaya membalas dendam atas apa yang menurutnya kerugian sejarah di masa lalu.

Pernyataan tersebut disampaikan Putin saat berbicara dalam pertemuan tahunan Kementerian Pertahanan Rusia. Dalam kesempatan itu, ia juga menyalahkan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden atas pecahnya perang di Ukraina.

Perang Ukraina yang dimulai sejak invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022, membawa konsekuensi besar bagi Moskow, termasuk sanksi luas dari negara-negara Barat dan isolasi diplomatik di panggung internasional.

1. Biden dan Eropa dituding pemicu perang di Ukraina

Joe Biden (instagram.com/joebiden)
Joe Biden (instagram.com/joebiden)

Dalam pidatonya, Putin menuduh Joe Biden sebagai pihak yang secara sadar memicu perang di Ukraina. Ia menyebut Eropa langsung mengikuti langkah Amerika Serikat tanpa berpikir panjang.

Putin menyebut para pemimpin Eropa sebagai ‘babi kecil Eropa’ yang menurutnya selalu mengikuti kehendak Washington. Pernyataan ini disampaikan di tengah memburuknya hubungan Rusia dengan Uni Eropa.

“Eropa ingin merebut kembali sesuatu yang telah mereka hilangkan pada periode sejarah sebelumnya dan membalas dendam terhadap Rusia,” ujar Putin, dilansir dari Politico, Kamis (18/12/2025).

Pernyataan tersebut memicu kecaman luas dan mempertegas sikap konfrontatif Moskow terhadap negara-negara Barat.

2. Klaim ketahanan Rusia dan penolakan solusi damai

Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)

Putin juga menegaskan, Rusia tetap kuat meskipun menghadapi tekanan internasional. Ia menyebut negaranya berhasil menjaga stabilitas di berbagai sektor penting.

“Rusia telah menunjukkan keteguhannya dalam perekonomian, keuangan, dalam situasi politik internal masyarakat dan dalam bidang kapasitas pertahanan,” kata Putin.

Ia menyatakan, Rusia terbuka untuk berdialog dengan Eropa. Namun, menurut Putin, dialog tidak mungkin dilakukan dengan para politisi Eropa saat ini.

Meskipun kerap menyampaikan keterbukaan terhadap perundingan, Kremlin terus melanjutkan operasi militernya di Ukraina. Rusia juga menolak proposal perdamaian yang mengharuskan penarikan pasukan dari wilayah Ukraina yang diduduki.

Ukraina dan sekutunya menuduh Rusia menggunakan wacana perundingan hanya sebagai alat tekanan politik, bukan sebagai upaya diplomasi yang tulus.

3. NATO peringatkan perang skala besar

Mark Rutte, Sekjen baru aliansi NATO (Twitter.com/Mark Rutte)
Mark Rutte, Sekjen baru aliansi NATO (Twitter.com/Mark Rutte)

Dalam pidatonya, Putin juga memuji kekuatan militer Rusia. Ia menyebutkan, tidak ada negara lain yang memiliki angkatan bersenjata sekuat Rusia saat ini.

“Tidak ada seorang pun di dunia ini yang memiliki tentara sebaik Rusia,” ujar Putin. Ia menambahkan militer Rusia kini merupakan pasukan yang berpengalaman perang.

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte memperingatkan negara-negara anggota aliansi harus meningkatkan kesiapan menghadapi kemungkinan perang skala besar. Ia menyebut Rusia bisa siap menyerang dalam waktu lima tahun ke depan.

Sementara itu, pejabat Amerika Serikat dan Rusia dijadwalkan bertemu di Miami akhir pekan ini. Pertemuan tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintahan Presiden Donald Trump untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir empat tahun.

Media Rusia juga mencatat bahwa mantan Presiden Rusia Dmitriy Medvedev, yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, pernah menggunakan istilah babi kecil untuk menyebut para pemimpin Barat di kanal Telegram miliknya pada 2022.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dheri Agriesta
EditorDheri Agriesta
Follow Us

Latest in News

See More

PDIP Kumpulkan Donasi Rp 3,2 M buat Korban Banjir Sumatra

18 Des 2025, 16:05 WIBNews