5 Fakta Terkini Soal Serangan Terhadap Aramco di Arab Saudi

Kilang minyak Aramco diserang memakai drone hingga terbakar

Riyadh, IDN Times - Serangan terhadap dua kilang minyak utama yang dioperasikan oleh perusahaan milik Arab Saudi, Aramco, di Abqaiq dan Khurais, pada Sabtu dini hari (14/9) menyebabkan kegaduhan luar biasa antara sejumlah negara kawasan Timur Tengah dan Amerika Serikat.

Dua sumber yang dikutip oleh Reuters mengatakan bahwa dari insiden tersebut ada produksi lima juta barel minyak mentah per hari Arab Saudi yang terkena dampak. Angka ini diestimasi sama dengan separuh hasil produksi negara itu atau lima persen dari suplai minyak dunia.

Pengamat hubungan internasional, khususnya Timur Tengah, menilai peristiwa ini sangat signifikan dalam memengaruhi dinamika hubungan negara-negara di regional tersebut. Berikut ini adalah lima fakta terkini yang perlu kamu ketahui tentang serangan itu:

1. Kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengklaim bertanggung jawab

5 Fakta Terkini Soal Serangan Terhadap Aramco di Arab SaudiAsap terlihat menyusul kebakaran di kilang minyak Aramco di Arab Saudi pada 14 September 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Berdasarkan keterangan pejabat setempat yang dikutip kantor berita Saudi, serangan terjadi pada pukul 04.00 dini hari di Abqaiq dan Khurais. Penyerang menggunakan sejumlah drone yang kemudian menyebabkan si jago merah melahap fasilitas Aramco tersebut.

Beberapa waktu kemudian, Houthi mengklaim bertanggung jawab. Dilansir dari Al Jazeera, juru bicara Houthi, Yahya Saree, mengatakan dalam sebuah pernyataan resmi bahwa pihaknya memakai 10 drones dalam serangan itu.

Bahkan Houthi berjanji akan memperluas serangan terhadap Arab Saudi yang turut jadi aktor perang sipil di Yaman. "Serangan-serangan ini adalah hak kami dan kami mengingatkan warga Saudi bahwa target-target kami akan terus meluas," kata Saree.

2. Arab Saudi menegaskan akan mencari tahu siapa pelakunya

5 Fakta Terkini Soal Serangan Terhadap Aramco di Arab SaudiKebakaran di kilang minyak Aramco, Arab Saudi, terlihat dari kejauhan pada 14 September 2019. ANTARA FOTO/REUTERS

Pemerintah Arab Saudi tidak tinggal diam dan menegaskan sedang menyelidikinya untuk mengonfrontasi "para teroris" yang mengancam keamanan energi global.

"Investigasi sedang berjalan guna menentukan siapa saja pihak yang bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengeksekusi serangan para teroris ini," ujar juru bicara koalisi yang dipimpin Arab Saudi, Kolonel Turki al-Malki.

Koalisi tersebut diresmikan pada 2015 sebelum penyerangan ke Yaman. Negara-negara Timur Tengah dan Afrika yang terlibat, antara lain, adalah Mesir, Maroko, Sudan, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Bahrain.

Baca Juga: Negara Ini Terancam Alami Kelaparan Terbesar di Dunia

3. Arab Saudi dan Amerika Serikat menuding Iran sebagai dalang dari serangan terhadap Aramco

5 Fakta Terkini Soal Serangan Terhadap Aramco di Arab SaudiKebakaran di kilang minyak Arab Saudi, Aramco, pada 14 September 2019. ANTARA FOTO/VIDEOS OBTAINED BY REUTERS/via REUTERS

Dalam konteks perang sipil di Yaman, Houthi adalah kelompok yang didukung oleh Iran. Tak sedikit pengamat yang menilai perang sipil Yaman adalah perang proksi antara Arab Saudi dan Iran dalam merebutkan dominasi di Timur Tengah. 

Arab Saudi sendiri mengumumkan bahwa temuan awal dari investigasi mereka mengindikasikan Iran adalah dalangnya. Setidaknya, menurut Riyadh, senjata yang dipakai Houthi berasal dari Iran. Tidak hanya Arab Saudi, kawan dekatnya yaitu Amerika Serikat, juga menuding Iran.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyebut Tehran telah "melancarkan serangan yang belum ada presedennya terhadap suplai energi dunia". Sedangkan Presiden Donald Trump mengatakan negaranya sudah "siap" dan sedang "menanti kabar" dari Arab Saudi mengenai siapa pelaku penyerangan.

Artinya, Amerika Serikat memutuskan mendukung Arab Saudi jika membutuhkan bantuan untuk melakukan langkah-langkah militer terhadap kelompok atau negara yang dianggap terbukti menjadi otak serangan.

4. Iran membantah tudingan Arab Saudi dan Amerika Serikat

5 Fakta Terkini Soal Serangan Terhadap Aramco di Arab SaudiMenteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menghadiri forum "Common Security in the Islamic World" di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 29 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Lai Seng Sin

Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, merespons tuduhan Arab Saudi dan Amerika Serikat melalui cuitan di Twitter pribadinya. "Karena sudah gagal melakukan 'tekanan maksimal', @SecPompeo beralih ke 'ketidakjujuran maksimal'," tulisnya.

"Amerika Serikat dan klien-kliennya terpojok di Yaman karena ilusi bahwa superioritas senjata akan menggiring ke arah kemenangan militer. Menyalahkan Iran takkan menghentikan bencana," tambahnya, kemudian menyinggung Amerika Serikat sebaiknya menerima tawaran berbicara dengan Iran.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Abbas Mousavi, mengatakan kepada televisi Iran bahwa tudingan Amerika Serikat itu "sia-sia". Sedangkan komandan Garda Revolusi Iran, Amirali Hajizadeh, mengingatkan kepentingan militer Amerika Serikat di Timur Tengah mudah dijangkau oleh senjata Iran.

Dilansir dari The Guardian, ia mengatakan,"Semua orang sebaiknya tahu bahwa seluruh pangkalan Amerika Serikat dan pesawat-pesawat tempur mereka yang bertempat sampai 2.000 kilometer di sekitar Iran berada dalam jangkauan rudal kami."

5. Pejabat intelijen Irak menyebut serangan berasal dari wilayahnya

5 Fakta Terkini Soal Serangan Terhadap Aramco di Arab SaudiKebakaran di kilang minyak Aramco di Arab Saudi pada 14 September 2019. ANTARA FOTO/VIDEOS OBTAINED BY REUTERS/via REUTERS

Di tengah situasi saling tuding antara Amerika Serikat, Arab Saudi dan Iran, pejabat intelijen Irak muncul dengan pernyataan bahwa serangan berasal dari dalam wilayahnya. Kepada Middle East Eye, ia mengatakan serangan memakai drone Iran itu diluncurkan dari pangkalan Hashd al-Shaabi di Irak bagian selatan.

Menurutnya ada dua alasan dari serangan itu. Pertama adalah pesan dari Tehran untuk Amerika Serikat dan kawan-kawannya bahwa selama pengepungan terhadap Iran terus berlanjut, tak ada satu pun yang akan memperoleh stabilitas di kawasan. Kedua, aksi balas dendam atas serangan drone yang didanai oleh Arab Saudi pada Agustus lalu terhadap markas pro-Iran di Irak bagian selatan.

Baca Juga: Serangan ke Dua Tanker di Teluk Oman, Putra Mahkota Arab Salahkan Iran

Topik:

Berita Terkini Lainnya