Bekas Pejabat Malaysia Ingin Jadi Pemimpin yang Melindungi LGBT

"Jadi LGBT bukan hukuman dari Tuhan. Tuhan tidak jahat."

Petaling Jaya, IDN Times - Bekas menteri di Malaysia bernama Datuk Zaid Ibrahim menjadi pemberitaan nasional usai tulisannya di situs Malaysiakini dipublikasikan pada Jumat (28/9). Dalam tulisan itu, Zaid mengaku jika ia bisa menjadi perdana menteri, ia ingin menjadi pemimpin bagi semua golongan, tak terkecuali kelompok LGBT.

1. Ia mengkritik pemimpin koalisi partai berkuasa saat ini yang ikut menghakimi LGBT

Bekas Pejabat Malaysia Ingin Jadi Pemimpin yang Melindungi LGBTThe Star

Zaid, mantan Menteri Hukum dan Reformasi Yudisial ketika masa pemerintahan Najib Razak, menuliskan kritikan terhadap koalisi partai Pakatan Harapan yang saat ini berkuasa. Menurutnya, para pemimpin dalam koalisi tersebut gagal menegakkan dan melindungi hak dasar kelompok LGBT. Malah, tulis Zaid, mereka justru ikut mendiskriminasi kelompok rentan itu.

"Mengapa 'para reformis' dan orang-orang yang berjuang untuk perubahan sistem itu sangat takut untuk mempertahankan dan melindungi hak asasi manusia sebagai bagian dari prinsip universal yang penting bagi semua manusia?" tulisnya.

Ia pun menambahkan,"Aku selalu mengira [Pakatan] Harapan menjanjikan perlindungan bagi setiap orang dan sebuah negara yang ditinggali oleh semuanya? Ini adalah janji yang mudah untuk dipenuhi. Jika mereka tak bisa melakukannya, aku harap seseorang mengosongkan sebuah kursi di parlemen untukku."

Baca Juga: Akan Berhubungan Seks, Dua Perempuan Malaysia Dihukum Cambuk

2. "Jadi LGBT bukan hukuman dari Tuhan. Tuhan tidak jahat," tulisnya.

Bekas Pejabat Malaysia Ingin Jadi Pemimpin yang Melindungi LGBTThe Star

Zaid mencontohkan eksekusi hukum cambuk terhadap dua lesbian di Terengganu beberapa waktu lalu sebagai contoh kegagalan pemerintah, anggota parlemen, bahkan ulama dalam menghormati dan menegakkan HAM di Malaysia. Ia pun menilai mereka tidak mengerti ilmu pengetahuan dasar. 

"Tak ada yang memilih jadi LGBT. Aku ulangi: tak ada yang bisa memilih menjadi heteroseksual atau gay, tinggi atau pendek, bermata cokelat atau hitam. Kita terlahir dengan karakteristik fisik dan psikologi yang benar-benar di luar kuasa kita. Lagipula, menjadi LGBT itu bukan sebuah hukuman dari Tuhan. Tuhan tidak jahat.

3. Ia mempertanyakan apakah Malaysia memang bisa jadi rumah untuk semua

Bekas Pejabat Malaysia Ingin Jadi Pemimpin yang Melindungi LGBTMalayMail

Zaid mencontohkan bagaimana India atau beberapa negara lain "tak lagi mengkriminalisasi homeseksualitas" sebab ini "ada di manapun dalam budaya manusia". Ia menegaskan,"Kita seharusnya berbicara tentang ilmu pengetahuan serta biologi dan bagaimana menerima satu sama lain, bukannya saling membenci."

"Mereka [kelompok LGBT] sama seperti aku dan kamu. Jika Malaysia bukan rumah untuk mereka, lalu ke mana kita harus mengirim mereka?," tambahnya. Sementara itu, Anwar Ibrahim yang pernah menjadi wakil perdana menteri di era kekuasaan Mahathir Mohamad sebelumnya, justru meminta semua pihak untuk menolak keinginan "super liberal".

Dikutip dari MalayMail, Anwar menyebut mereka ingin agar negara mengakui "gaya hidup" kelompok LGBT. Ia berujar,"Orang-orang beragama dari segala ras dan keyakinan harus bangkit kemudian berkata bahwa mayoritas menolak kecenderungan LGBT dan ide-ide mereka ketika mereka memaksa masyarakat menerima homoseksualitas, lesbian dan sejenisnya."

Baca Juga: UU Pornografi dan Kriminalisasi Kelompok LGBT

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya