Di Tengah Protes Tiada Henti, Miliarder Hong Kong Pilih Bermigrasi

Mereka memanfaatkan program visa khusus miliarder

Sydney, IDN Times - Dalam dua bulan terakhir semakin banyak miliarder Hong Kong yang menunjukkan minat untuk bermigrasi ke Australia. Mereka disebut ingin pindah ke luar negeri karena situasi politik di Hong Kong yang tidak menentu dengan adanya demonstrasi pro-demokrasi yang mengadu massa dengan pemerintah.

Departemen Migrasi di negara bagian New South Wales, misalnya, mengatakan kepada Reuters pada minggu ini bahwa pihak mereka "memperhatikan peningkatan signifikan dalam pengajuan aplikasi" dari warga Hong Kong. 

1. Mereka memanfaatkan visa khusus miliarder

Di Tengah Protes Tiada Henti, Miliarder Hong Kong Pilih BermigrasiANTARA FOTO/REUTERS/Ann Wang

Departemen tersebut menuturkan bahwa peningkatan itu bertepatan dengan "permulaan dari kerusuhan di Hong Kong" yang terjadi sejak awal Juni lalu dan masih berlangsung hingga saat ini.

Peminat yang dimaksud menggunakan program Significant Investor Visa (SIV) yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk tinggal di Australia. 

Dalam program tersebut, syarat utama yang wajib dipenuhi oleh para peminat adalah kepemilikan investasi senilai minimal AUD5 juta atau setara dengan Rp48 miliar di Negeri Kanguru.

Bill Fuggle, salah seorang pengacara migrasi di sebuah firma hukum, mengatakan,"Apa yang saya dengar dari klien-klien saya adalah ada peningkatan pesat dalam jumlah pendaftaran SIV dari Hong Kong."

Baca Juga: Situasi Tak Menentu, Warga Hong Kong Berniat Hijrah ke Luar Negeri

2. Departemen Keuangan menolak berkomentar

Di Tengah Protes Tiada Henti, Miliarder Hong Kong Pilih BermigrasiANTARA FOTO/REUTERS/Ann Wang

Sementara itu, Departemen Keuangan New South Wales memang mengonfirmasi ada surat bagian imigrasi yang dikirimkan ke para agen migrasi pada Senin (19/8). Akan tetapi, mereka menolak memberikan komentar lebih lanjut mengenai detilnya dan hanya berkata bahwa peningkatan itu memang ada.

Dalam surat tersebut, Departemen Keuangan meyakinkan agen migrasi bahwa pihaknya berkomitmen dalam memberikan "dukungan yang tepat" untuk membantu mereka membicarakan pilihan-pilihan migrasi dengan para klien.

3. Program visa itu populer di kalangan orang kaya Tiongkok

Di Tengah Protes Tiada Henti, Miliarder Hong Kong Pilih Bermigrasiunsplash.com/Jamie Davis

SIV merupakan bagian dari program visa Business Innovation and Investment (Provisional) dan diperuntukkan kepada warga negara lain yang ingin tinggal di Australia melalui persyaratan berupa kemampuan berbisnis dan harta melimpah.

Menurut keterangan Kementerian Dalam Negeri yang dikutip The Sydney Morning Herald, jumlah miliarder dengan nilai investasi lebih dari AUD1 juta atau sekitar Rp9,6 miliar meroket pada tahun lalu. Ketika 2016-2017, ada 5.781 pendaftaran.

Pada 2018, jumlahnya meningkat menjadi 9.051 atau sekitar 74 persen. Dari total itu, sebanyak 7.260 di antaranya sudah disetujui. Program visa ini sendiri sangat populer terutama di kalangan masyarakat Tiongkok yang kaya raya.

4. Setelah Tiongkok, warga Hong Kong jadi pendaftar terbanyak

Di Tengah Protes Tiada Henti, Miliarder Hong Kong Pilih Bermigrasiunsplash.com/Joey Csunyo

Menurut data yang dipakai Reuters, antara November 2012 hingga Juni 2018, miliarder Tiongkok tercatat sebagai 87 persen dari 2.022 penerima SIV. Dalam periode yang sama, urutan kedua ditempati oleh warga Hong Kong sebesar 3,2 persen.

Meski begitu, pemerintah Australia mulai memperketat pemberian SIV ini. Dalam peraturan terbaru, setidaknya 40 persen jumlah investasi minimal harus diarahkan ke bisnis kecil dan venture capital yang mendanai startup. Sedangkan investasi besar seperti di sektor real estate dibatasi.

5. Malaysia juga jadi tujuan baru warga Hong Kong

Di Tengah Protes Tiada Henti, Miliarder Hong Kong Pilih BermigrasiANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji

Fenomena yang sama juga terjadi di Malaysia di mana sejumlah warga Hong Kong membeli tempat tinggal baru. Dalam dua bulan terakhir, dua agen real estate Malaysia menyebut ada sekitar 200 unit apartemen di negara tersebut yang dimiliki oleh pembeli dari Hong Kong.

Berdasarkan laporan Reuters, jumlah pembelian terbaru meningkat hampir dua kali lipat dari total apartemen yang dimiliki oleh warga Hong Kong. Agen properti mengatakan Forest City sudah membuka kantor penjualan mereka di Hong Kong pada dua tahun lalu karena melihat potensi pasar di sana yang besar dan diprediksi tertarik untuk melirik tempat tinggal baru di Malaysia.

Baca Juga: Khawatir Soal Keamanan, Warga Hong Kong Berburu Rumah di Malaysia

Topik:

Berita Terkini Lainnya