Ilhan Omar Sebut Trump 'Fasis' Usai Jadi Target Serangan Rasisnya

Ia adalah perempuan Muslim berjilbab pertama di Kongres AS

Washington DC, IDN Times - Anggota Kongres Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Ilhan Omar, memutuskan untuk tidak tinggal diam usai terima serangan rasis dari Donald Trump dan para pendukungnya. Omar, perempuan Muslim dan berjilbab pertama yang terpilih ke Kongres, mengatakan kepada para reporter bahwa komentar Trump itu "tercela" dan "busuk".

Seperti dilaporkan CNN, perempuan 37 tahun itu juga secara gamblang menyebut Trump sebagai orang yang "fasis". Omar pun mendapatkan dukungan dari sejumlah anggota Partai Demokrat, termasuk beberapa calon presiden, dalam perlawanannya menghadapi Trump dan para suporternya.

1. Mereka secara terbuka menyerang Omar

Ilhan Omar Sebut Trump 'Fasis' Usai Jadi Target Serangan RasisnyaANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque

Serangan rasis terhadap Omar dilakukan tanpa rasa malu dan diliput oleh media dari seluruh Amerika Serikat. Itu terjadi saat kampanye Trump pada Rabu malam (17/7) di North Carolina, mereka meneriakkan yel-yel "pulangkan dia! pulangkan dia!" yang diarahkan kepada Omar.

Ia sendiri datang ke Amerika Serikat sebagai pengungsi anak dari Somalia hampir 30 tahun lalu. Lalu, Trump semakin membuat para pendukungnya bersemangat menampakkan kebencian meski tidak secara langsung menyebut nama Omar.

Ia berkata,"Mereka selalu mengatakan kepada kita bagaimana cara menjalankan pemerintahan, bagaimana melakukan ini, bagaimana melakukan itu. Kalian tahu? Jika mereka tidak menyukainya, katakan kepada mereka untuk pergi dari sini."

2. Omar juga secara terbuka menyebut Trump "fasis"

Ilhan Omar Sebut Trump 'Fasis' Usai Jadi Target Serangan Rasisnyainstagram.com/ilhanmn

Omar berulang kali menunjukkan ia siap menghadapi serangan Trump, termasuk di media sosial. Ia sempat mengutip puisi seniman Amerika Serikat, Maya Angelou, untuk merespons komentar yang mendiskreditkan keabsahannya sebagai seorang warga negara dan anggota Kongres.

"Kamu bisa menembakku dengan kata-katamu. Kamu bisa memotongku dengan matamu. Kamu bisa membunuhku dengan kebencianmu. Namun, seperti udara, aku akan tetap bangkit," tulis Omar di akun Twitter pribadinya. Ketika ditemui awak media di Capitol Hill pada Kamis (18/7), perlawanan Omar semakin kuat.

"Kita sudah katakan bahwa presiden sekarang ini rasis. Kami sudah mengecam komentar-komentar rasisnya," tutur Omar. Ia pun menambahkan,"Saya percaya dia adalah fasis." Terkait masukan dari Partai Republik agar dirinya menurunkan tensi kritik, Omar merespons dengan berkata,"Amerika Serikat semestinya jadi negara di mana debat dan rasa tidak setuju yang demokratis diperbolehkan."

Baca Juga: Pertunjukan Rasis Terbaru dari Donald Trump dan Para Pendukungnya

3. Anggota Demokrat yang lain ikut mengecam Trump

Ilhan Omar Sebut Trump 'Fasis' Usai Jadi Target Serangan Rasisnyainstagram.com/ilhanmn

Salah satu pengkritik keras Trump adalah Alexandria Ocasio-Cortez. Anggota Kongres termuda dari New York itu menilai "presiden menempatkan jutaan rakyat Amerika Serikat dalam bahaya" ketika mendorong para pendukungnya untuk menyerang Omar yang merupakan warga minoritas.

"Retorikanya membahayakan banyak sekali orang. Ini bukan hanya ancaman terhadap anggota Kongres secara individu, tapi soal menciptakan lingkungan yang tak stabil di negara ini melalui retorika kekerasan yang menempatkan siapa pun, seperti Ilhan, siapa pun yang percaya pada hak seluruh warga, dalam bahaya. Dan saya kira dia bertanggung jawab atas lingkungan itu," ucapnya, seperti dilansir The Guardian.

4. Capres Partai Demokrat turut mengecam Trump

Salah satu yang menyuarakan dukungan untuk Omar adalah kandidat capres, Senator Elizabeth Warren. Ia mencuitkan tagar #IStandWithIlhan yang berarti "Saya Bersama Ilhan" dan ingin "kita semua mengingat definisi patriotisme" yang dikatakan oleh Omar dalam sebuah video.

"Patriotisme bukan sepenuhnya percaya pada suatu pemerintahan tertentu. Patriotisme yang sesungguhnya adalah memperjuangkan negaramu dan harkat martabatnya, serta memastikan bahwa penduduk dan konstitusi negara dilindungi dan dijunjung tinggi," tutur Omar.

Kandidat presiden lainnya adalah Bernie Sanders yang saat ini menjadi senator dari jalur independen. Sanders mengaku "bangga bisa bekerja sama" dengan Omar di Kongres dan menegaskan "kita harus berjuang bersama-sama untuk mengalahkan presiden paling berbahaya dalam sejarah negara kita".

5. Trump menggemakan kepada para pendukungnya bahwa pengkritiknya membenci Amerika Serikat

Ilhan Omar Sebut Trump 'Fasis' Usai Jadi Target Serangan Rasisnyainstagram.com/ocasio2018

Trump suka menyebarkan retorika bahwa siapa pun yang berani mengkritik kebijakan atau sikapnya adalah pembenci Amerika Serikat. Ini karena Trump ingin orang percaya segala yang dilakukannya adalah untuk kepentingan negara, tidak peduli seberapa diskriminatif dan berbahaya. Ia menyebut Omar dan Ocasio-Cortez sebagai "ekstremis" yang sebaiknya pergi dari negara itu.

Dalam kampanye Rabu malam, ia berkata di hadapan para pendukungnya,"Saya punya saran kepada para ekstremis yang dipenuhi kebencian itu, yang terus-menerus mencoba memporak-porandakan negara kita. Mereka tak pernah punya sesuatu yang bagus untuk dikatakan. Oleh karena menurut saya: 'Hei, jika kalian tidak menyukainya, biarkan mereka pergi, biarkan mereka pergi."

Sementara itu, DPR sebagai lembaga yang bertugas melakukan check and balance kepada Trump memutuskan bahwa ide pemakzulan yang selama ini menggelinding liar di Capitol Hill tidak tepat dijalankan saat ini. DPR memutuskan melalui voting bahwa sebelum dimakzulkan, harus ada penyelidikan terhadap Trump dan seluruh orang-orang dekatnya.

Baca Juga: Trump Resmi Kembali Mencalonkan Diri di Pilpres 2020

Topik:

Berita Terkini Lainnya