Kisah Kontroversial 'Kim Ji-young, Born 1982' adalah Realita di Korsel

Ketimpangan gender di Korea Selatan sangat buruk

Seoul, IDN Times - Film berjudul Kim Ji-young, Born 1982 akhirnya dirilis di Korea Selatan pada Rabu (23/10). Film yang diadaptasi dari novel laris berjudul sama itu pun kembali menuai kontroversi. Muncul petisi online yang berisi permintaan kepada Presiden Moon Jae-in untuk melarang penayangan Kim Ji-young, Born 1982.

Pihak yang kontra juga membanjiri situs-situs ulasan film untuk memberikan nilai buruk bahkan sebelum Kim Ji-young, Born 1982 dirilis. Novel karya Cho Nam-joo itu sendiri sudah menimbulkan pro dan kontra di Korea Selatan sejak pertama kali dipublikasikan pada Oktober 2016 lalu.

1. Sutradara Kim Ji-young, Born 1982 menegaskan kisah dalam novel itu harus diceritakan

https://www.youtube.com/embed/Nbjks9yrtcY

Jelang waktu rilis, sutradara Kim Do-yeong mengatakan bahwa ia tidak bisa mundur dari keputusan untuk mengangkat kisah dalam novel Kim Ji-young, Born 1982 ke layar sinema. Menurutnya, cerita yang dialami karakter utama dalam novel feminis tersebut wajib diketahui semua orang.

"Sebagai seorang ibu dari dua anak, seorang putri dan perempuan yang tinggal di masyarakat, banyak sekali bagian [di dalam novel] yang saya bisa rasakan," ucapnya, seperti dilansir dari The Korea Herald. Film ini sendiri menjadi produksi pertamanya.

"Mengingat novelnya memperlihatkan sejumlah topik diskusi bagi masyarakat, ada tekanan soal apakah saya bisa menciptakan sebuah film dan menjaga nilai orisinilnya, apalagi ini film besar pertama saya. Namun, saya pikir kisahnya penting untuk dikatakan, satu yang harus diceritakan."

2. Kim Ji-young, Born 1982 menceritakan perjuangan seorang perempuan biasa di tengah masyarakat patriarkis

Kisah Kontroversial 'Kim Ji-young, Born 1982' adalah Realita di KorselKarakter Kim Ji-young yang diperankan oleh aktor Korea Selatan, Jung Yu-mi, dalam film Kim Ji-young Born 1982. Lotte Entertainment

Novel Cho sendiri menceritakan seorang perempuan bernama Kim Ji-young yang lahir pada 1982. Diperankan oleh Jung Yu-mi, Kim menghadapi sulitnya tumbuh besar dan hidup sebagai anak, pelajar, orang dewasa, ibu serta perempuan di tengah masyarakat Korea Selatan yang masih patriarkis.

Kim mengalami berbagai diskriminasi mulai dari lingkungan keluarga (ibunya meminta maaf kepada mertuanya karena melahirkan anak perempuan) sampai ketika sudah berkeluarga.

Pada 2016, novel Kim Ji-young, Born 1982 mampu terjual lebih dari satu juta kopi secara nasional. Kesuksesannya bertepatan dengan perdebatan tentang #MeToo yang menyoroti ketimpangan gender yang dialami perempuan.

Baca Juga: Seksisme dan Voyeurisme Mendalam di Korea Selatan

3. Banyak perempuan Korea Selatan yang menghadapi realita serupa

Kisah Kontroversial 'Kim Ji-young, Born 1982' adalah Realita di KorselIlustrasi seorang perempuan. unsplash.com/Artem Kovalev

Kim Ji-young sendiri merupakan nama yang umum ditemui di Korea Selatan. Pemilihannya untuk merepresentasikan bahwa apa yang menimpa si karakter fiksi merupakan sebuah realita yang dialami oleh banyak perempuan di negara tersebut. Jung pun mengaku keputusannya untuk mengambil peran tersebut mengingatkannya pada banyak orang.

"Sebenarnya, saya tidak menikah dan belum pernah membesarkan seorang anak. Jadi, alih-alih merasakan ceritanya, ini mengingatkan saya kepada banyak sekali orang di sekitar saya. Saya merasa bersalah. Saya bertanya-saya apakah saya menghindari masalah seperti ini dengan alasan sedang sibuk," ucapnya kepada The Korea Herald.

4. Korea Selatan adalah salah satu yang berstatus terburuk untuk kesetaraan gender di antara negara-negara maju

Kisah Kontroversial 'Kim Ji-young, Born 1982' adalah Realita di KorselIlustrasi kota Seoul, Korea Selatan. unsplash.com/Shawn Ang

Meski modern secara ekonomi, Korea Selatan rupanya masih sangat konservatif terkait gender. Pada 2018, negara tersebut menempati urutan 30 dari 36 negara perekonomian maju (OECD) untuk partisipasi perempuan di lapangan kerja.

Sedangkan menurut laporan World Economic Forum soal ketimpangan gender, pada tahun ini Korea Selatan berada di peringkat 115 dari 149 negara. Ironisnya, Korea Selatan juga adalah negara dengan tingkat pendidikan tinggi terbaik di kalangan perempuan berusia 25 sampai 34 tahun.

Dalam salah satu kasus yang menggemparkan Korea Selatan, seorang CEO dari Korea Gas Safety Corporation (KGS), Park Ki-dong, terbukti bersalah karena menginstruksikan para manajernya untuk memanipulasi nilai dari 31 kandidat. Sementara delapan perempuan yang mempunyai nilai di atas persyaratan justru didiskualifikasi dan digantikan oleh laki-laki dengan skor di bawah mereka.

"Park punya pandangan bahwa perempuan, kompetensi mereka di bidang pekerjaan secara signifikan lebih rendah dibanding laki-laki, dan bahwa mereka tidak pantas dipekerjakan di beragam sektor," bunyi kesimpulan di pengadilan, seperti dilansir dari CNN.

5. Pemerintah Korea Selatan berusaha berbenah

Kisah Kontroversial 'Kim Ji-young, Born 1982' adalah Realita di KorselPresiden Korea Selatan, Moon Jae-in. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji

Gong Yoo, aktor yang memerankan Dae-hyeon, suami Kim, mengaku Kim Ji-young, Born 1982 mengingatkannya pada sang ibu sampai membuatnya emosional. Dilansir dari The Korea Herald, ia menuturkan relasi antara cerita fiksi dalam novel dan kehidupan nyata menggerakannya untuk mengambil peran tersebut.

"[Saat membaca naskahnya] saya merasa seperti Dae-hyeon yang membuat saya berpikir saya harus menjadi bagian di dalamnya. Saya sangat emosional sampai menghubungi ibu saya, dan untuk pertama kalinya, membicarakan soal bagaimana beratnya dia harus membesarkan saya."

Sementara itu, sehari usai Kim Ji-young, Born 1982 dirilis di Korea Selatan, netizen di sana memenuhi media sosial Jung dengan berbagai komentar penuh kebencian. Salah satunya adalah tudingan bahwa ia mempromosikan kebencian kepada laki-laki. Mereka pun menyebut novel karya Cho tidak berisi pesan feminis.

Pemerintah sendiri berusaha berbenah. Pada 2018, Korea Selatan mengumumkan rencana menghapus hambatan-hambatan kerja bagi perempuan. Misalnya, mengizinkan cuti orangtua berbayar baik kepada ayah maupun ibu. Pemerintah juga mendorong kampanye sosial agar para ayah lebih berkontribusi dalam mengurus anak dan rumah tangga.

Baca Juga: Anggota Parlemen Jepang Sebut Perempuan Single adalah Beban Negara

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya