'OK Boomer': Politisi Millennial Cemooh Anggota Parlemen Senior

'OK boomer' muncul saat millenial lelah menghadapi orang tua

Wellington, IDN Times - Seorang anggota parlemen millennial asal Selandia Baru, Chloe Swarbrick, merespons seniornya dengan "OK boomer" setelah mendapatkan interupsi di tengah pidato pada Rabu (6/10).

Dilansir dari NZ Herald, perempuan berusia 25 tahun itu sedang menyampaikan pidato tentang Rancangan Undang-undang (RUU) Nol Karbon, tiba-tiba seorang anggota parlemen lain yang berusia lebih tua berusaha menyela.

1. Swarbrick sedang menjelaskan mengapa RUU Nol Karbon penting

https://www.youtube.com/embed/PDdp1vWjm-E

Sebagai generasi millennial yang masih berusia 20-an tahun, Swarbrick mencoba merasionalisasikan perubahan iklim dengan memakai faktor umur. "Pada 2050, saya akan berusia 56 tahun. Namun, saat ini, usia rata-rata dari parlemen ke-52 ini adalah 49 tahun," ujarnya. Kemudian, ia mendengar seorang anggota senior mengatakan sesuatu.

Swarbrick pun berhenti sebentar, merespons dengan melontarkan kalimat "OK boomer", sebelum melanjutkan kembali pidatonya. Sedangkan seperti terlihat di video parlemen, seorang anggota lainnya yang juga berusia lebih tua, menunjukkan respons seperti menyepelekan ucapan Swarbrick.

Baca Juga: Pemerintah Selandia Baru Usulkan RUU Legalisasi Aborsi

2. Swarbrick menjelaskan apa maksud dari "OK boomer"

'OK Boomer': Politisi Millennial Cemooh Anggota Parlemen SeniorAnggota parlemen Selandia Baru, Chloe Swarbrick. instagram.com.chloe.swarbrick

Dalam sebuah pesan teks kepada Stuff, Swarbrick menjelaskan alasan menggunakan frasa bahasa gaul tersebut. Menurutnya, itu adalah "rangkuman sederhana dari kelelahan kolektif" yang dirasakan oleh generasi muda, terutama millennial. 

Selama satu dekade, kata Swarbrick, anak-anak muda mendapatkan hinaan tentang bagaimana mereka merusak segalanya dan harus "meningkatkan kinerja, atau apalah" karena dianggap malas. Padahal, di saat bersamaan, para millennial menghadapi tantangan lingkungan dan sosial. Salah satunya adalah perubahan iklim.

Baca Juga: Pemerintah Selandia Baru Usulkan RUU Legalisasi Aborsi

3. Melawan generasi lama, menurut Swarbrick, fakta tak jadi persoalan

'OK Boomer': Politisi Millennial Cemooh Anggota Parlemen SeniorAnggota parlemen Selandia Baru, Chloe Swarbrick. instagram.com/chloe.swarbrick

Swarbrick menambahkan bahwa frasa yang sedang sangat populer di media sosial itu dipakai untuk menggarisbawahi bahwa "kamu tidak bisa memenangkan sebuah debat yang sangat terpolarisasi—fakta tidak penting". Lebih lanjut, ia mengatakan,"Lebih baik mengakui bahwa mungkin energi [kita] digunakan untuk hal lain."

Meski terkenal di internet, tapi parlemen secara umum rupanya belum mengerti apa itu "OK boomer". Jason Walls, reporter NZ Herald, menunjuk fakta bahwa teks di video yang ditulis oleh karyawan di parlemen bukan "boomer", melainkan "Berma". 

4. Netizen muda menggunakan "OK boomer" di internet untuk menyudahi pendapat generasi tua

Dalam beberapa minggu terakhir, "OK boomer" tidak hanya mendominasi percakapan di internet. Sejumlah media bahkan turut mengulasnya secara komprehensif. Beberapa kolumnis mencoba menganalisis frasa tersebut dengan menggunakan beragam elemen. Menurut situs Know Your Meme, penggunaan "OK boomer" pertama kali di Twitter adalah pada April 2018.

Lalu, pada Januari 2019, "OK boomer" kembali mencuat di platform TikTok dan merambah ke Instagram, Reddit serta YouTube. Dilansir dari Washington Post, frasa itu ditujukan untuk membalas sikap menggurui para orang tua yang disamarkan sebagai petuah atau pesan bijak.

Misalnya, ketika ada generasi Baby Boomers (lahir antara 1946 sampai 1964) mengatakan ketika mereka berusia 25 tahun dulu sudah punya rumah dan menyuruh millennial untuk bekerja lebih giat serta menabung lebih disiplin agar mendapat pencapaian itu, anak-anak muda bisa membalasnya dengan berkata "OK boomer".

Baca Juga: Selandia Baru Minta Peternak Kurangi Emisi Karbon atau Bayar Denda

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya