Profil Joe Biden, Mantan Wapres yang Kini Nyapres

Joe Biden mengumumkan pencalonan diri sebagai presiden AS

Washington, IDN Times - Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan pencalonan dirinya sebagai orang nomor satu di negara tersebut pada Kamis waktu setempat (25/4). Masuknya laki-laki 76 tahun itu ke dalam kontestasi politik Amerika Serikat 2020 sebenarnya sudah diduga oleh banyak orang, terutama saat mengamati aktivitas politiknya usai meninggalkan Gedung Putih.

Melalui Twitter, Biden menuliskan alasan mengapa dirinya ingin menjadi presiden. "Nilai-nilai dasar dari bangsa ini...posisi kita di dunia ini...demokrasi kita...semua yang telah membuat Amerika—Amerika—sedang dalam ancaman. Oleh karena itu hari ini saya mengumumkan pencalonan diri saya sebagai Presiden Amerika Serikat. #Joe2020," tulisnya.

1. Biden memposisikan diri sebagai lawan utama Donald Trump

Profil Joe Biden, Mantan Wapres yang Kini NyapresANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque

Selain melalui pesan Twitter, Biden juga menyampaikan keputusannya itu dalam suatu video. Di situ, ia berupaya menegaskan posisinya sebagai lawan Trump. "Kita sedang dalam peperangan demi jiwa bangsa ini," ucapnya. Kemudian, Biden mengingatkan publik Amerika Serikat bahwa Trump tidak pantas menjadi pemimpin.

Jika itu terjadi, menurut Biden, "dia akan selamanya dan secara fundamental mengubah karakter bangsa ini, siapa kita dan saya tak bisa diam dan menyaksikannya terjadi". Selain itu, Biden menyebut Trump "membuka diri kepada para diktator dan oligarki" di mana ia sendiri menolak ini. Mantan wakil Barack Obama tersebut pun menilai Trump "terus-menerus menyerang pengadilan, media, bahkan Kongres".

Baca Juga: Howard Schultz, Mantan CEO Starbucks yang Jadi Capres Independen

2. Trump mencemooh pencalonan diri Biden

Setelah mengetahui bahwa Biden akan jadi rivalnya pada kampanye tahun depan, Trump langsung melancarkan cemoohan melalui Twitter. "Selamat datang di pertandingan Joe yang mudah mengantuk. Saya hanya berharap Anda mempunyai kepandaian, saya ragu itu, untuk memenangkan kampanye primer," serang Trump.

"Ini akan jadi menjijikkan - Anda akan berurusan dengan orang-orang yang benar-benar punya ide-ide sangat sakit dan gila. Jika Anda berhasil melaluinya, saya akan bertemu Anda di Gerbang Permulaan," tambahnya.

3. Biden terganjal oleh masa lalunya sendiri

Profil Joe Biden, Mantan Wapres yang Kini NyapresANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst

Sebelum menjadi wakil presiden sebanyak dua periode, Biden tergolong sebagai tokoh Partai Demokrat moderat yang sebenarnya memang punya ambisi untuk berkantor di West Wing. Ia sempat mencalonkan diri pada 1988 dan 2008. Namun, ia gagal dalam dua kesempatan tersebut.

Salah satu yang akan mengganjal peluang laki-laki kelahiran Pennsylvania tersebut adalah masa lalunya sendiri. Ketika menjadi ketua komite yudisial di Senat, Biden pernah memimpin sidang konfirmasi hakim Mahkamah Agung Clarence Thomas pada 1991.

Kala itu, seorang perempuan bernama Anita Hill memberi testimoni bahwa Thomas pernah melakukan pelecehan seksual terhadapnya. Thomas membantah tuduhan Hill. Biden mempercayai bantahan itu. Hampir tiga dekade kemudian, kasus ini mencuat kembali di tengah maraknya gerakan #MeToo.

Juru bicara Biden mengatakan bosnya sudah bertemu Hill dan meminta maaf. Dikutip dari New York Times, Hill menegaskan,"Saya tak puas hanya dengan permintaan maaf atas apa yang terjadi. Saya akan puas jika saya tahu ada perubahan nyata dan pertanggung jawaban nyata serta tujuan nyata."

4. Dua lawan politiknya di Partai Demokrat angkat bicara

Profil Joe Biden, Mantan Wapres yang Kini NyapresANTARA FOTO/REUTERS/Joshua Lott

Kandidat presiden lainnya dari Partai Demokrat yaitu Elizabeth Warren dan Bernie Sanders memberikan respons terkait keputusan Biden untuk memasuki arena pertarungan. Seperti dilaporkan CNN, Warren mengingatkan para calon pemilih bahwa Biden pernah meloloskan peraturan yang menguntungkan bank-bank besar dan mengorbankan warga kelas menengah saat menjabat di Senat.

Warren sendiri bermusuhan dengan Biden selama dua dekade karena ini. "Saya terlibat pertarungan itu karena [banyak keluarga] tak punya siapapun dan Joe Biden berada di pihak perusahaan-perusahaan kartu kredit. Ini semua tercatat secara publik," tutur Warren.

Bernie sepaham dengan Warren. Dalam sebuah email kepada para pendukung, tim kampanye Bernie menyindir Biden sebagai bagian dari pengurus Partai Demokrat lama yang diuntungkan oleh kedekatan dengan korporasi besar. Ini, menurut Bernie, yang membuat Demokrat kalah pada 2016 lalu.

"Ini merupakan hari besar dalam kampanye primer Demokrat dan kami berharap bisa mengakhirinya dengan kuat. Tidak dengan sebuah penggalangan dana di rumah seorang pelobi korporat, tapi dengan jumlah donasi individu yang sangat besar sebagai respons terhadap berita hari. Berkontribusilah sebelum tengah malam. Ini akan SANGAT berarti bagi kampanye kami," tulis email itu.

5. Biden belum membicarakan kebijakan yang akan diusungnya

Profil Joe Biden, Mantan Wapres yang Kini NyapresANTARA FOTO/REUTERS/Files

Sementara itu, tiket Biden menuju pemilihan presiden, menurut banyak pihak, adalah popularitasnya selama menjadi wakil dan salah satu teman dekat Obama. Washington Post menulis bahwa Biden memposisikan diri sebagai ahli waris Obama serta berharap mampu mendulang suara para pendukung dengan ini.

Meski begitu, para pandit politik Amerika Serikat melihat ini adalah modal yang lemah. Pasalnya, iklim politik Negeri Paman Sam sudah berubah sejak Trump terpilih menjadi presiden. Banyak orang-orang lebih muda dan progresif dalam pendirian politik ikut maju pada Pilpres 2020.

Misalnya, Kamala Harris yang punya rekam jejak sebagai jaksa agung perempuan dan berkulit hitam pertama di negara bagian California. Ada juga Pete Buttigieg, seorang gay yang menjadi wali kota South Bend, Indiana. Seberapa pun populer Biden sejauh ini, ia perlu lebih dari sekadar nama dan retorika untuk memenangkan pertempuran.

Baca Juga: Dalam 24 Jam, Bernie Sanders Dapat Donasi Rp83 Miliar untuk Pilpres

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya