Taktik Baru Demonstran Hong Kong: Menarget Pusat Perbelanjaan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hong Kong, IDN Times - Pusat perbelanjaan di Hong Kong kini tengah berada di pusaran aksi demonstrasi masyarakat yang menuntut demokrasi. Dalam beberapa waktu terakhir, unjuk rasa yang awalnya berlangsung di jalanan meluber ke dalam gedung-gedung bisnis tersebut tanpa bisa dihindari.
Masuknya massa ke pusat perbelanjaan membuat polisi tak punya pilihan selain memburu mereka hingga ke dalam. Ini berpotensi mengancam operasional banyak toko yang kerap kali menjual produk mewah. Kini, bisnis-bisnis itu berubah menjadi sasaran protes baik oleh demonstran Hong Kong maupun warga di Tiongkok daratan.
1. Massa menarget mal yang dianggap pro-Beijing
Protes terkini yang terjadi pada Minggu (22/9) berlangsung dengan para demonstran yang mendatangi lokasi-lokasi perbelanjaan. Seperti dilaporkan Washington Post, mereka menarget bisnis-bisnis yang berhubungan dengan Tiongkok—atau dianggap pro-Beijing.
Pengamat menilai ini adalah taktik untuk memperlihatkan kemarahan terhadap pengusaha-pengusaha yang mendapatkan kekayaan mereka dalam jumlah besar serta pengaruh politik karena berhubungan baik dengan pemerintah di Beijing.
2. Salah satu mal yang menjadi sasaran adalah New Town Plaza
Cara yang mereka gunakan terkadang cukup halus. Misalnya, di salah satu restoran yang berlokasi di mal New Town Plaza, para demonstran membanjiri sistem reservasi dengan beragam permintaan. Kemudian, bon yang mereka terima dijadikan bendera sementara sebagai bentuk protes.
Restoran itu dimiliki oleh konglomerat Hong Kong yang anaknya, Annie Wu, secara terbuka menunjukkan dukungan kepada Beijing. Bahkan, di hadapan PBB pada bulan ini, ia membela sikap pemerintah Hong Kong dalam merespons (atau tidak merespons) demonstrasi yang berlangsung hampir tiga bulan tersebut.
Baca Juga: Amnesty Tuding Polisi Hong Kong Siksa Demonstran Selama Protes
3. Protes di dalam mal juga berakhir ricuh
Editor’s picks
Akan tetapi, aksi unjuk rasa yang dilakukan warga Hong Kong tidak selalu berakhir tanpa berhadapan dengan polisi huru-hara. Demonstrasi hari Minggu di New Town Plaza, di mana mereka menyanyikan lagu-lagu berisi tuntutan kepada pemerintah, membuat polisi memutuskan untuk memburu massa sampai ke dalam.
Dikutip dari Wall Street Journal, langkah polisi membuat massa panik. Mereka pun menggunakan berbagai barang di dalam pusat perbelanjaan untuk bertahan seperti menumpuk sofa dan melicinkan lantai dengan sabun, air serta minyak goreng.
4. Pengunjung mal protes karena manajemen mengizinkan polisi masuk
Sebelumnya, yaitu pada 14 Juli 2019, New Town Plaza juga menjadi ajang tempur antara demonstran dan polisi huru-hara. Ketika pengunjuk rasa memasang berbagai spanduk bertuliskan tuntutan mereka, polisi masuk dan membuat konsumen, di antaranya membawa anggota keluarga, ketakutan.
Alhasil, mereka marah kepada manajemen mal karena memperbolehkan polisi berada di lokasi itu. Selain New Town Plaza, pusat perbelanjaan lain yang turut menjadi lokasi ricuh antara massa dengan polisi adalah D Park milik New World Development. Manajemen D Park pun mendapat kritik keras ketika mengizinkan para polisi menggunakan toilet mereka ketika protes berlangsung.
5. Mal pun terimpit karena warga Tiongkok daratan ikut memprotes manajemen
New World Development sendiri sempat mengeluarkan pernyataan maaf kepada demonstran Hong Kong atas keputusan tersebut. Tetapi, ini justru membangkitkan kemarahan dari arah lain yaitu Tiongkok daratan di mana para pelanggan kaya mereka berada.
Menurut South China Morning Post, netizen Tiongkok daratan memenuhi media sosial Weibo dengan kritikan kepada New World Development. "Pernyataan itu jelas mengindikasikan polisi Hong Kong yang masuk ke dalam mal untuk memakai toilet telah merusak ketertiban publik," sindir salah satu netizen.
"New World Development, jangan pernah lagi menghubungi polisi di masa depan atau membutuhkan mereka untuk membantumu mengembalikan ketertiban," tambahnya. "Polisi Hong Kong bekerja keras melindungi warga dan kalian merundung mereka persis seperti anak-anak muda sampah yang prokemerdekaan," tulis lainnya.
Tak mau merusak hubungan dengan Beijing, manajemen pun mengaku telah terjadi "kesalahpahaman". Melalui kolom di media pemerintah Partai Komunis, Global Times, pada Agustus lalu, manajemen merilis pernyataan mereka yang menunjukkan dukungan kepada pemerintah dan polisi Hong Kong.
"Perdamaian dan penegakan hukum adalah nilai inti dalam diri warga Hong Kong, kami mendukung Pemimpin Eksekutif dan pemerintah wilayah administrasi khusus, sebagaimana eksekusi hukum yang adil oleh kepolisian."
Baca Juga: Jumlah Kunjungan ke Hong Kong Terjun Bebas di Tengah Demonstrasi