Usai Bom, Sri Lanka Larang Burqa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kolombo, IDN Times - Setelah pengeboman pada Minggu Paskah (21/4) yang menewaskan lebih dari 250 orang dan melukai sekitar 500 lainnya, pemerintah Sri Lanka memutuskan untuk melarang pemakaian burqa.
Menurut pemerintah, ini dilakukan karena kain yang dipakai sebagian perempuan untuk menutupi wajah mereka itu dianggap sebagai "risiko keamanan dan simbol fundamentalisme".
1. Pelarangan mulai berlaku Senin
Dalam sebuah rilis pers dari Istana Kepresidenan, pemerintah menjelaskan bahwa langkah ini perlu diambil demi proses penyelidikan. Peraturan ini sendiri bersifat darurat untuk merespons rangkaian peristiwa pengeboman di tiga gereja dan empat hotel di Colombo.
"Presiden Maithripala Sirisena mengambil keputusan ini untuk lebih mendukung pengamanan yang sedang berlangsung dan membantu pasukan bersenajata agar dengan mudah mengidentifikasi identitas dari para pelaku yang sedang buron," tulis rilis tersebut. Pelarangan ini sendiri mulai berlaku pada Senin (29/4).
2. Parlemen menyetujui pelarangan burqa
Menurut laporan, keputusan untuk melarang perempuan menggunakan penutup wajah itu datang setelah para anggota legislatif menyuarakan mosi serupa di parlemen. Awalnya juga ada rumor bahwa Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe meminta agar pelarangan tersebut ditunda terlebih dulu.
Alasannya adalah agar ada pembicaraan terlebih dulu dengan ISIS. Pasalnya, kelompok teroris itu mengklaim menjadi dalang pengeboman. Hanya saja, pihak berwajib belum menemukan keterkaitan antara para pelaku yang berada di Sri Lanka dengan jaringan ISIS.
3. National Thawheedh Jamaath (NTJ) dipercaya bertanggung jawab atas tragedi ini
Editor’s picks
Sementara itu, berdasarkan laporan Reuters, otoritas keamanan Sri Lanka telah menggeledah lokasi yang diduga menjadi markas NTJ pada Minggu (28/4). Markas tersebut terletak di kota Kattankudy.
Otoritas Sri Lanka percaya NTJ didirikan oleh Zahran Hashim yang diduga menjadi otak pengeboman. Pemerintah pun akhirnya mengeluarkan perintah pembubaran organisasi radikal itu pada Sabtu (27/4).
4. Zahran dilaporkan meninggal di tempat
Sirisena sendiri menyampaikan bahwa Zahran telah meninggal di lokasi pengeboman. Ia mengatakan informasi ini pada Jumat (26/4). Nama Zahran sebenarnya sudah muncul berulang kali usai pengeboman. Dalam sebuah video yang dirilis oleh ISIS, wajah Zahran muncul tanpa penutup.
Ia memimpin enam orang lainnya yang menggunakan penutup muka--diduga sebagai pelaku--untuk mengucapkan janji setia kepada kelompok itu. Hanya saja, menurut BBC, belum ada kejelasan apakah Zahran memang berhubungan langsung dengan ISIS atau ia hanya berjanji setia saja.
Baca Juga: [LINIMASA] Serangan Bom di Sri Lanka, Rusak Kondisi Tenang Satu Dekade
5. Gereja yang menjadi lokasi pengeboman masih ditutup
Tragedi pada Minggu yang kelam itu masih berdampak juga bagi para pemeluk agama Katolik. Dikutip dari Associated Press, banyak gereja Katolik yang masih menutup rapat pintu mereka dan tak mengadakan misa Minggu karena takut akan mengalami peristiwa serupa.
Sementara itu, pada hari Minggu kemarin (29/4), Kardinal Malcolm Ranjith selaku Uskup Agung Colombo mengadakan misa di kediamannya. Ibadah ini dihadiri oleh presiden dan perdana menteri Sri Lanka serta disiarkan langsung secara nasional. Ribuan umat Katolik akhirnya berlutut di depan televisi mereka untuk mengikuti misa tersebut.
Baca Juga: Sepekan Bom Sri Lanka, Kondisi Masih Mencekam