Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perang antara Ukraina dan Rusia (pixabay.com/Alexandra_Koch)

Jakarta, IDN Times - Tentara kontrak Rusia dari wilayah Buryatia, yang menolak untuk melanjutkan pertempuran di Ukraina, mengatakan bahwa komandan militer mereka tidak mengizinkan untuk pulang ke rumah. Selain itu, komandan militer mereka menggunakan ancaman dan intimidasi untuk memaksa mereka kembali ke medan perang.

Dalam sebuah wawancara Free Buryatia Foundation yang dipandu aktivis Andrey Rinchino yang dirilis pada Rabu (20/07/2022), kedua narasumber secara meyakinkan mengatakan bahwa Rusia melakukan 'pemaksaan' kepada tentara yang ingin pulang. Salah satu unit yang dikabarkan mengalami penolakan saat mengundurkan diri dari invasi Ukraina adalah prajurit Brigade Serangan Udara Pengawal ke-11. 

1. Para pasukan yang menolak berperang lagi ditahan di Luhansk

ilustrasi tentara (pixabay.com/WikiImages)

Salah satu pendiri Free Buryatia Foundation, Vladimir Budayev, mengatakan bahwa awalnya ada 78 tentara yang menolak. Tetapi, setelah ada pemaksaan, jumlah tentara yang menolak semakin sedikit. 

Setelah menolak untuk menerima permintaan pengunduran diri, komando brigade membagi para penentang menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari delapan dan sepuluh orang. Setelah itu, komandi brigade mengirim mereka ke fasilitas penahanan khusus di kota Luhansk, wilayah Ukraina timur yang diduduki Rusia.

Luhansk merupakan wilayah yang dikuasai kelompok separatis yang didukung Rusia selain wilayah Donetsk. Kedua wilayah tersebut menjadi basis 'operasi militer' yang dilakukan sejak 24 Februari 2022.

2. Para pasukan yang menolak berperang di Ukraina mendapatkan perlakuan tak wajar

Menurut kesaksian Oksana Plusnina, yang merupakan ibu dari salah satu tentara Rusia, para prajurit tidak memiliki identitas karena diambil oleh komando dengan dalih melindungi mereka jika mereka ditangkap oleh tentara Ukraina.

Para prajurit juga telah dilarang untuk menggunakan ponsel dan alat komunikasi lainnya untuk menghubungi keluarga atau pengacara.

Sebelum ditahan, putra Plusnina, Ilya Kominsky, mengatakan kepada saluran TV Current Time bahwa rekan prajuritnya yang menolak untuk berperang dikurung di garasi dan diberi makan bubur sekali sehari. Setelah itu, rekannya dikirim ke pusat penahanan.

Kominsky juga memberikan rekaman audio kepada Current Time TV terkait percakapan tentara dengan komandan brigade Letnan Kolonel Agafonov. Kolonel tersebut mencoba membujuk mereka untuk membatalkan pengunduran diri.

3. Para pasukan dapat secara sah mengundurkan diri sebagai tentara

Menurut Plusnina, komandan Rusia juga mengancam akan mengumpulkan semua penentang dan mengirim mereka ke garis depan perang. Hal tersebut bertujuan untuk memengaruhi keputusan mereka agar tak jadi mengundurkan diri. 

“Ini sepenuhnya ilegal, karena pemutusan kontrak dengan tentara Rusia adalah prosedur yang sah. Mereka adalah orang-orang yang dipekerjakan (oleh negara), yang dapat (secara sah) menolak untuk mengikuti perintah kapan pun,” kata Budayev, dilansir The Moscow Times. 

Sebelumnya, Free Buryatia Foundation mengumumkan bahwa ada 150 tentara dari republik Siberia yang menolak ditempatkan di Ukraina. Sama halnya dengan pasukan dari Buryatia, para pasukan Siberia yang menolak untuk berperang juga dibawa di kamp penahanan Luhansk. 

Pemerintah Rusia dikabarkan telah menipu penduduknya untuk bergabung pasukan Rusia. Mereka yang merasa ditipu diberi tahu bahwa program militer yang dimaksud merupakan program latihan militer yang dilaksanakan di Belarus. Pada kenyataannya, mereka dikirim ke wilayah konflik Ukraina.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team