Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. (twitter.com/@RusEmbJakarta)
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. (twitter.com/@RusEmbJakarta)

Intinya sih...

  • Rusia hargai langkah Korut kembangkan nuklirDalam pertemuan itu, Lavrov mengaku menghargai pengembangan nuklir Korut sebagai dukungan pertahanan.

  • Kedua negara membahas berbagai isu regionalSelain soal nuklir, kedua pihak juga membahas isu bilateral serta internasional dan regional lainnya.

  • Hubungan dekat Rusia dan KorutRusia dan Korut memiliki hubungan yang cukup dekat, termasuk dalam hal perjanjian keamanan dan bantuan militer.

Jakarta, IDN Times – Rusia menyebut ketegangan di Semenanjung Korea belakangan ini dipicu oleh kehadiran militer Barat. Hal itu diungkapkan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia pada Minggu (13/7/2025) saat membahas hasil pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara (Korut) sehari sebelumnya.

"Para pihak sepakat bahwa alasan meningkatnya ketegangan di subkawasan ini adalah meningkatnya aktivitas militer AS dan sekutunya, serta semakin seringnya manuver militer yang melibatkan komponen nuklir," demikian pernyataan Kemenlu Rusia, dilansir dari Anadolu Agency.

Menlu Rusia, Sergey Lavrov, bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di kota resor Wonsan. Kemenlu menggambarkan pertemuan itu sangat hangat dan bersahabat.

1. Rusia hargai langkah Korut kembangkan nuklir

Ilustrasi bendera Korea Utara (unsplash.com/Micha Brändli)

Dalam pertemuan itu, Lavrov mengaku menghargai pengembangan nuklir Korut. Baginya, hal itu memang perlu dilakukan untuk dukungan pertahanan.

“Kami menghormati tindakan mereka dan memahami alasan di balik penerapan program nuklir mereka. Kepemimpinan Republik Rakyat Demokratik Korea membuat kesimpulan yang tepat jauh sebelum serangan Israel-AS terhadap Republik Islam Iran,” katanya, dilansir dari TRT World.

Lavrov turut memuji kemajuan program tersebut berkat kerja para ilmuwan dan insinyur Korut.

2. Kedua negara membahas berbagai isu regional

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. (commons.wikimedia.org/Kremlin.ru)

Selain soal nuklir, kedua pihak juga membahas berbagai isu bilateral serta isu-isu internasional dan regional lainnya dalam pertemuan itu.

“Dalam pembahasan agenda bilateral, perhatian khusus diberikan pada kerja sama di bidang-bidang praktis dengan penekanan pada implementasi kesepakatan yang dicapai di tingkat tertinggi,” lanjut pernyataan Kemenlu Rusia.

Lavrov menyampaikan kembali rasa terima kasih terhadap Pyongyang atas segala bantuannya ke Moskow. Kedua pihak mempertahankan pendekatan bersama untuk menyelesaikan semua masalah di Semenanjung Korea, dan juga berkomitmen menyelesaikan masalah ini melalui jalur diplomatik.

3. Hubungan dekat Rusia dan Korut

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bersama Presiden Rusia Vladimir Putin. (commons.wikimedia.org/Presidential Executive Office of Russia)

Rusia dan Korut memiliki hubungan yang cukup dekat. Pada 2024 lalu, keduanya sepakat menandatangani perjanjian keamanan. Perjanjian itu memungkinkan keduanya saling membantu dalam hal pertahanan negara.

Pada November 2024, Korut mulai mengirim 11 ribu pasukan bantuan ke Rusia untuk bertempur melawan Ukraina. Namun, pasukan tersebut tak mampu bertahan karena dilaporkan tak menguasai medan perang.

Terbaru, Pyongyang dikabarkan bakal menambah jumlah pasukan bantuan ke Rusia. Laporan intelijen Ukraina menilai bahwa kemungkinan akan ada penambahan hingga 30 ribu pasukan dari Korut, menurut laporan CNN.

Kementerian Pertahanan Rusia bakal menyiapkan alat tempur dan amunisi untuk pasukan itu, hingga akhirnya disatukan dengan pasukan Moskow lainnya. Laporan dari badan intelijen pertahanan Ukraina juga mengatakan ada tanda-tanda bahwa pesawat militer Rusia sedang dilengkapi kembali untuk mengangkut personel melalui Siberia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama