Uni Eropa Usulkan Batas Harga Minyak Rusia 15 Persen di Bawah Pasar

- Uni Eropa mengusulkan batas harga baru untuk minyak Rusia 15 persen di bawah rata-rata harga pasar global dalam tiga bulan terakhir.
- Negara anggota Uni Eropa menyatakan kekhawatiran terhadap dampak ekonomi dari batas harga baru, sementara Kremlin menyatakan telah berpengalaman menghadapi tantangan seperti ini.
Jakarta, IDN Times - Uni Eropa (UE) mengajukan usulan batas harga baru untuk minyak mentah asal Rusia. Proposal ini menetapkan batas harga mengambang sebesar 15 persen di bawah rata-rata harga pasar minyak global dalam tiga bulan terakhir.
Harga minyak Brent tercatat naik dan ditutup pada level 70,36 dolar Amerika Serikat (AS) (Rp1,1 juta) per barel, menandai rebound setelah periode penurunan harga minyak dunia.
1. Latar belakang usulan batas harga baru

Uni Eropa menyampaikan proposal kepada negara-negara anggota untuk memberlakukan batas harga mengambang pada minyak Rusia. Mekanisme ini akan menyesuaikan setiap tiga bulan mengikuti rata-rata harga pasar minyak mentah dunia.
“Batas harga akan diatur otomatis sesuai rata-rata harga pasar, sehingga tetap relevan dengan kondisi global saat ini," ujar seorang diplomat Uni Eropa, dilansir Yahoo Finance.
Pada Juni 2025, Uni Eropa bersama Inggris telah mendorong negara-negara G7 untuk menurunkan batas harga minyak Rusia dari 60 dolar AS (Rp972,6 ribu) per barel menjadi 45 dolar AS (Rp729,4 ribu) per barel. Namun, usulan ini belum mendapat persetujuan penuh dari seluruh anggota G7.
Sebelumnya, batas harga sebesar 60 dolar AS (Rp972,6 ribu) per barel yang disepakati pada Desember 2022 dinilai sudah tidak efektif karena harga pasar minyak dunia sempat turun jauh di bawah angka tersebut.
2. Respons negara anggota dan tantangan internal

Beberapa negara anggota Uni Eropa seperti Yunani, Malta, dan Siprus menyatakan kekhawatiran terhadap dampak ekonomi dari batas harga baru. Negara-negara maritim tersebut khawatir industri pelayaran mereka akan merugi atau bahkan memindahkan operasi ke luar Uni Eropa.
“Teknis proposal ini masih perlu dibahas, namun tampaknya sudah meredakan kekhawatiran negara-negara maritim," kata seorang diplomat Uni Eropa, dilansir AtCoMedia.
Kremlin menyatakan, telah berpengalaman menghadapi tantangan seperti batas harga mengambang yang diusulkan Uni Eropa.
“Rusia memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi tantangan seperti ini,” ujar perwakilan pemerintah Rusia.
3. Dampak pasar dan reaksi internasional
.jpg)
Harga minyak Brent naik sebesar 2,5 persen dan ditutup pada 70,36 dolar AS (Rp1,1 juta) per barel pada Jumat (11/7/2025), sementara minyak mentah Rusia (Urals) diperdagangkan 2 dolar AS (Rp32,4 ribu) di bawah batas 60 dolar AS (Rp972,6 ribu) per barel.
“Permintaan minyak tetap tinggi karena musim perjalanan dan aktivitas kilang yang meningkat,” kata John Evans dari PVM.
Pemerintah AS hingga saat ini belum menyetujui penurunan batas harga, meski Uni Eropa dan Inggris telah mendesak selama dua bulan terakhir. Hal ini mendorong Uni Eropa untuk bergerak sendiri dalam mengusulkan mekanisme baru.
Sistem batas harga baru ini diharapkan dapat terus menekan pendapatan ekspor Rusia tanpa mengganggu stabilitas pasar energi global.
“Batas harga fleksibel ini bertujuan menjaga tekanan ekonomi terhadap Rusia tetap efektif di tengah fluktuasi pasar," kata seorang pejabat Uni Eropa, dilansir The Kyiv Independent.