PBB Kecam Serangan Udara di Sudan yang Renggut 22 Jiwa

Total 2,9 juta warga Sudan mengungsi

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengutuk serangan udara di Sudan yang menewaskan 22 orang pada Sabtu (8/7/2023).

Guterres juga terkejut dengan laporan kekerasan berskala besar yang memakan korban jiwa di seluruh wilayah Darfur Sudan, kata Farhan Haq selaku juru bicara Sekjen PBB pada Minggu (9/7/2023).

“Dia juga prihatin dengan laporan pertempuran baru di Kordofan Utara, Kordofan Selatan dan negara-negara Nil Biru. Ada pengabaian terhadap hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia yang berbahaya dan mengganggu,” kata Haq, dikutip dari Reuters.

Dalam peristiwa itu, setidaknya 22 orang tewas dan puluhan orang lainnya luka-luka akibat serangan udara yang dilakukan di Kota Omdurman barat, yang saat ini sudah memasuki minggu ke-12.

1. Salah satu peristiwa paling mematikan

Serangan udara yang terjadi di distrik Dar es Salaam, Omdurman pada Sabtu pagi bisa dikatakan sebagai salah satu peristiwa paling mematikan sejak pertempuran dimulai pada pertengahan April lalu.

Bulan lalu, serangan udara menewaskan setidaknya 17 orang, termasuk 5 di antaranya anak-anak yang ada di ibu kota Sudan, Khartoum.

Dilansir World is One News, serangan di Sudan ini terjadi karena pertempuran antara faksi-faksi yang bersaing, yaitu tentara Sudan dengan paramiliter Rapid Support Forces (RSF).

RSF menyalahkan tentara Sudan atas serangan udara yang terjadi di daerah pemukiman di Omdurahman. Dua warga sipil mengaku sulit menentukan pihak mana yang harus bertanggung jawab atas penyerangan yang sudah terjadi.

Baca Juga: Terhalang Dokumen, Ribuan Pengungsi Sudan Terjebak di Perbatasan Mesir

2. Lebih dari 2,9 juta orang Sudan mengungsi

Dilansir Middle East Eye, penduduk kota yang terdampak pada peristiwa penyerangan ini mengatakan, mereka sudah kehabisan air, makanan, bahan bakar dan persediaan penting lainnya.

Saksi mata, petugas medis, dan pekerja bantuan juga mengatakan pada bulan lalu ratusan mayat yang kebanyakan merupakan warga sipil dibiarkan membusuk di El-Geneina, ibu kota Darfur Barat.

Karena kejadian ini, lebih dari 2,9 juta orang Sudan sudah mengungsi secara internal, termasuk 700 ribu diantaranya terpaksa mengungsi ke negara tetangga.

3. Kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak-anak terus meningkat

Kekerasan seksual, termasuk di dalamnya kasus pemerkosaan pada perempuan dan anak, telah dilaporkan terjadi di Khartoum dan wilayah Darfur barat. Hampir semua kasus kekerasan seksual yang sudah dilaporkan menuding RSF melakukan tindakan tersebut.

Dilansir Associated Press, Unit Pemberantasan Kekerasan Perempuan di Sudan telah mencatat 88 kasus pemerkosaan ketika terjadi konflik, yaitu 42 kasus di Khartoum dan 46 kasus di Darfur.

Angka pemerkosaan yang tercatat hanya mewakili 2 persen dari keseluruhan kasus, sehingga kemungkinan ada sekitar 4.400 kasus kekerasan seksual sejak pertempuran di Sudan yang sudah dimulai sejak April.

“Kekerasan seksual terus digunakan sebagai alat untuk meneror perempuan dan anak-anak di Sudan. Anak-anak berusia 12 tahun menjadi sasaran karena jenis kelamin, etnis dan kerentanan mereka.” ungkap Arief Noor, direktur badan amal Save The Children.

Baca Juga: Mesir Perketat Aturan Visa bagi Warga Sudan yang Lintasi Perbatasan

Sanggar Sukma Photo Verified Writer Sanggar Sukma

Mahasiswi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya