Anggota Parlemen Taiwan Adu Jotos Hingga Lempar Jeroan Babi, Kenapa?

Bukan kali pertama anggota parlemen Taiwan adu jotos

Jakarta, IDN Times - Suasana rapat di parlemen Taiwan pada Jumat, 27 November 2020 berlangsung panas dan diwarnai adu jotos. Bahkan, jeroan babi seperti usus ikut bertebaran di ruang parlemen karena dilempar anggota dari partai oposisi, Kuomintang.

Stasiun berita BBC, Minggu, 29 November 2020 melaporkan situasi adu jotos itu terjadi sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen yang tetap mengimpor babi dan daging sapi dari Amerika Serikat.

Anggota parlemen dari kelompok oposisi Kuomintang (KMT) memprotes karena komoditas itu mengandung zat adiktif raktopamin yang bisa meningkatkan lemak, tetapi penggunaannya dilarang di beberapa negara seperti Tiongkok dan Uni Eropa. Zat raktopamin dinilai bisa membahayakan keamanan hewan dan kesehatan publik. 

"Demi melindungi, menjaga kesehatan dan keamanan makanan serta publik, maka kami partai oposisi tidak bisa tak menentang (keputusan itu)," tulis anggota partai oposisi di dalam poster yang dibawa ke dalam ruang sidang. 

Apakah aksi adu jotos itu bisa mengubah keputusan pemerintah? Mengapa Presiden Tsai tetap memilih membuka kembali keran impor daging sapi dan babi dari Negeri Paman Sam meski ada ancaman kesehatan?

1. Anggota partai oposisi melempar jeroan babi ke arah Perdana Menteri Su Tseng-chang

Anggota Parlemen Taiwan Adu Jotos Hingga Lempar Jeroan Babi, Kenapa?Ilustrasi Suasana Taipei, Taiwan (IDN Times/Vanny El-Rahman)

Adu jotos di ruang parlemen pada Jumat pekan lalu berawal dari sikap Partai Progresif Demokratik (DPP) yang tengah berkuasa, yang menetapkan Perdana Menteri Su Tseng-chang menyampaikan laporan rutin atau menerima pertanyaan. Sebelumnya, upaya itu sudah dihalang-halangi anggota parlemen dari KMT. Mereka selalu menduduki podium tempat PM Su bicara. 

Pada Jumat lalu, saat PM Su mulai berbicara, anggota parlemen KMT melemparkan ember isi perut babi ke arahnya. Beberapa anggota parlemen kemudian saling adu jotos. 

Su segera mundur, tetapi kemudian naik kembali ke podium untuk menerima pertanyaan. Tetapi, suaranya tidak terdengar karena terhalang teriakan anggota parlemen dari KMT. 

Presiden Tsai mengumumkan untuk membuka kembali keran daging impor babi pada Agustus lalu. Rencananya kebijakan itu mulai efektif pada 1 Januari 2021. 

Baca Juga: Tiba di Taiwan, 27 Pekerja Migran Indonesia Positif COVID-19

2. Partai penguasa DPP mengecam aksi adu jotos dan lempar jeroan babi di ruang sidang

Anggota Parlemen Taiwan Adu Jotos Hingga Lempar Jeroan Babi, Kenapa?Ilustrasi Suasana Taipei, Taiwan (IDN Times/Vanny El-Rahman)

Partai penguasa, DPP, mengecam aksi protes tersebut. Mereka mengatakan membuang isi perut babi bagian dari tindak pemborosan makanan dan mengotori lantai parlemen. DPP kemudian menyerukan agar kembali ke perdebatan dengan sistem yang rasional dan mengedepankan akal sehat. 

Partai oposisi, KMT, mengatakan keputusan untuk membuka kembali keran impor daging babi dinilai terburu-buru, dan bisa mengancam kesehatan warga. Tuduhan itu dibantah partai penguasa, DPP. 

3. Anggota parlemen Taiwan dikenal sering bertengkar di ruang sidang

Anggota Parlemen Taiwan Adu Jotos Hingga Lempar Jeroan Babi, Kenapa?ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Adu jotos yang terjadi pada Jumat, 27 November 2020 bukan kali pertama terjadi dalam sejarah parlemen Taiwan. Dalam catatan stasiun berita BBC, Juli 2017, ada lima peristiwa serupa yang terjadi dalam rentang 2004 hingga 2017. Bahkan, dalam insiden yang terjadi pada 8 Mei 2007, satu anggota parlemen dilarikan ke rumah sakit. 

Insiden adu jotos di ruang parlemen dimulai dari menonjok, menjambak rambut, melempar botol plastik dan balon berisi air, hingga melempar gelas berisi air ke arah rival, kerap terjadi. Untuk mengusir anggota parlemen kelompok oposisi dari ruang sidang, partai penguasa kerap menggunakan terompet. 

Dalam sidang parlemen yang digelar 2017, anggotanya bahkan saling lempar kursi. Penyebabnya dipicu anggaran infrastruktur yang didukung partai penguasa, DPP begitu besar. Nilainya mencapai 22 miliar dolar AS. Partai oposisi, KMT, menuding mereka sengaja menyetujui anggaran tersebut agar daerah yang memiliki basis pendukung DPP, kembali memilih partai tersebut ketika pemilu tiba. 

Adu jotos terus berlanjut dalam pertemuan legislatif. Di mana anggota parlemen dari KMT berebut mikrofon untuk berbicara. Bahkan, anggota parlemen partai oposisi sengaja mencabut kabel ke pengeras suara agar anggaran dengan nominal fantastis tersebut tidak jadi disahkan. 

Baca Juga: Resep Rahasia Taiwan Bebas dari COVID-19 dalam 210 Hari

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya