Dubes Ibnu: Biaya Perawatan Pasien COVID-19 di Vietnam Rp30 Juta 

Sedangkan, biaya perawatan di RI bisa capai Rp215 juta

Jakarta, IDN Times - Duta Besar Indonesia untuk Vietnam Ibnu Hadi menjelaskan rata-rata biaya perawatan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengobati pasien COVID-19 di negaranya berkisar 25 juta Dong (setara Rp15,7 juta) hingga 45 juta Dong (setara Rp25,1 juta (setara Rp30 juta). Angka itu jauh lebih murah dibandingkan biaya perawatan pasien yang terpapar virus corona di Indonesia yang harus merogoh anggaran pemerintah berkisar Rp105 juta hingga Rp215 juta. 

Nominal biaya perawatan di Indonesia itu disampaikan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir dalam diskusi virtual pada Jumat, 29 Mei 2020 lalu. Dubes Ibnu mengatakan biaya perawatan pasien COVID-19 di rumah sakit sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah hingga mereka sembuh. 

"Ada beberapa rumah sakit yang menangani pasien COVID-19, tapi yang paling terkenal di Hanoi namanya National Hospital for Tropical Disease, adalah 20 juta Dong - 45 juta Dong. Ambil yang paling tinggi (biayanya), berarti di sini sekitar (biaya perawatan) Rp30 juta," kata Ibnu ketika berbicara di program Ambassador's Talk by IDN Times yang tayang secara daring pada Selasa, 21 Juli 2020. 

Angka transmisi COVID-19 di Vietnam tergolong rendah. Berdasarkan data dari laman World O Meter ada 401 kasus positif COVID-19 dan di antara pasien yang dirawat belum ada yang meninggal. Ini jadi prestasi yang selalu dibangga-banggakan oleh Vietnam ke dunia internasional. 

Apa rahasia Vietnam bisa konsisten menjaga agar tidak ada pasien yang dirawat akibat COVID-19 meninggal dunia?

1. Vietnam belajar dari wabah flu burung yang ketika itu mengakibatkan banyak korban jiwa

Dubes Ibnu: Biaya Perawatan Pasien COVID-19 di Vietnam Rp30 Juta Ilustrasi pasien COVID-19 (IDN Times/Sukma Shakti)

Dubes Ibnu mengatakan Vietnam belajar banyak dari wabah flu burung yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Mengutip data dari National Centre for Biotechnology Information Amerika Serikat tahun 2004 lalu, ada enam orang yang meninggal di Vietnam akibat flu burung. 

"Mereka ketika itu kecolongan. Sehingga ketika wabah COVID-19 di awal Januari merebak di Tiongkok, mereka langsung pasang kuda-kuda. Mereka langsung melakukan langkah-langkah preventif. Sampai secara mendadak, mereka menghentikan penerbangan ke luar (Vietnam) termasuk ke Tiongkok dan Korea Selatan," kata dia. 

Kebijakan yang dilakukan oleh Vietnam memang cepat dan drastis, sehingga kini warganya bisa merasakan manfaatnya. Di saat negara lain masih belum leluasa beraktivitas, Vietnam justru sudah bisa mendeklarasikan bebas dari pandemik COVID-19. 

"Vietnam memang terbukti bisa menyaring orang-orang yang masuk juga, sehingga kasusnya tergolong rendah," katanya lagi. 

Baca Juga: COVID-19 di RI Terus Naik, Vietnam Justru Sudah Bebas dari Pandemik

2. Polisi benar-benar menegakan aturan selama dilakukan lockdown lokal

Dubes Ibnu: Biaya Perawatan Pasien COVID-19 di Vietnam Rp30 Juta Lini masa perjalanan Vietnam lawan pandemik COVID-19 (IDN Times/Sukma Shakti)

Ibnu menceritakan Vietnam tidak memberlakukan lockdown total nasional. Pemerintah hanya mengeluarkan kebijakan lockdown di desa Son Loi yang berpenduduk lebih dari 10 ribu jiwa selama lebih dari 20 hari. Kantor berita Reuters melaporkan ada 16 kasus COVID-19, termasuk bayi berusia tiga bulan. 

Selama proses lockdown itu, polisi disebut oleh Ibnu benar-benar menegakan aturan. Alhasil warga jadi patuh. 

"Ketika itu jarang sekali terlihat pergerakan, karena law enforcementnya juga jalan. Di sana kalau terlihat ada warga jalan-jalan tapi tujuannya gak jelas, maka akan dihampiri polisi. Kalau saat ditanya jawabannya mau ke supermarket, bank, rumah sakit, klinik, dilepas. Tapi, kalau alasannya mau jalan-jalan dekat danau ya gak boleh," tutur Ibnu. 

Ia menambahkan polisi tidak segan menangkap bila ada warga masih berkeliaran di jalan di atas pukul 21:00 waktu setempat. Sebagian warga ada yang langsung diminta pulang, tetapi ada juga yang dimasukan dulu ke dalam kamp khusus. 

"Jadi, di beberapa distrik ada yang dibangun tenda, nah warga yang melanggar disuruh tidur di situ, baru keesokan harinya boleh pulang lagi," ujarnya lagi. 

3. Warga Vietnam sudah kembali beraktivitas secara normal usai dilakukan lockdown lokal

Dubes Ibnu: Biaya Perawatan Pasien COVID-19 di Vietnam Rp30 Juta (Ilustrasi pemandangan di Teluk Ha Long, Vietnam) www.seaplanes.vn

Ibnu mengatakan lantaran mematuhi aturan selama lockdown lokal, maka warga Vietnam kini sudah bisa memetik hasilnya. Sejak 23 April 2020 lalu, mereka sudah bisa beraktivitas normal seperti sebelum terjadi pandemik.

Dalam kehidupan sehari-hari, warga tidak lagi menjaga jarak, mengenakan masker atau face shield. Situasi itu sangat kontras bila dibandingkan dengan kondisi pandemik COVID-19 di Indonesia, di mana angkanya mendekati 100 ribu kasus. 

Menurut duta besar yang mulai ditempatkan di Vietnam sejak 2015 lalu itu, warga setempat tidak khawatir muncul lagi kasus COVID-19. Sebab, pemerintah yakin bisa mengendalikannya. 

Sejauh ini, kasus-kasus baru yang muncul di Vietnam bukan merupakan transmisi lokal. Pasien merupakan warga Vietnam yang baru kembali dari luar negeri. 

"Jadi, kemunculan kasus baru itu dari orang Vietnam yang kembali dari luar negeri karena lagi libur, atau mereka bekerja lalu diberhentikan lalu pulang. Ternyata sebagian dari mereka ketika pulang bawa (penyakit)," kata dia. 

4. Turis asing belum diizinkan masuk ke Vietnam

Dubes Ibnu: Biaya Perawatan Pasien COVID-19 di Vietnam Rp30 Juta (Ilustrasi pesawat) IDN Times/Arief Rahmat

Kendati Vietnam sudah mendeklarasikan diri berhasil mengalahkan pandemik COVID-19, tetapi pemerintah tidak ingin terburu-buru membuka penerbangan internasional ke dalam negara itu. Artinya, hingga kini Vietnam belum siap untuk menerima kedatangan turis asing.

Padahal, Vietnam termasuk menjadi salah satu destinasi favorit turis internasional. Itu sebabnya sektor pariwisata begitu terdampak di Vietnam. 

"Jadi, kami masih menutup penerbangan internasional. Orang Indonesia belum bisa masuk ke Vietnam karena belum diizinkan. Kami punya staf di KBRI dan KJRI, total 8 orang. Mereka kini stranded gak bisa masuk ke Vietnam," tutur Ibnu. 

Ia menambahkan bisa saja diatur penerbangan khusus untuk mengangkut warga ke Vietnam. Tapi, maskapai yang bisa mengangkut penumpang saja tidak cukup, sebab dibutuhkan pula izin. 

https://www.youtube.com/embed/92mSBcq_w3k

Baca Juga: Vietnam Tak Mau Buru-buru Buka Penerbangan untuk Turis Asing

Topik:

Berita Terkini Lainnya