Jasad WNI yang Tewas Saat Kontak Senjata dengan Abu Sayyaf Tiba di RI

La Baa ditemukan tewas usai diculik Abu Sayyaf Januari 2020

Jakarta, IDN Times - Jenazah nelayan Indonesia bernama La Baa, yang tewas saat hendak diselamatkan dari cengkeraman kelompok teroris Filipina Abu Sayyaf, akhirnya tiba di rumah duka pada Minggu, 11 Oktober 2020 lalu. Jasadnya langsung diantar Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, melalui Kendari.

Begitu tiba di sana, jenazah kemudian diseberangkan ke rumah duka di Desa Kamelanta, Kabupaten Buton, menggunakan kapal nelayan. 

Keluarga tak bisa menahan isak tangis ketika melihat peti jenazah La Baa tiba di rumah duka sekitar pukul 16.00 WIT. Namun, mereka tak bisa menyaksikan wajah nelayan berusia 32 tahun itu, lantaran peti jenazah telah ditutup rapat. 

Kepada IDN Times, Judha mewakili pemerintah mengucapkan duka cita mendalam atas meninggalnya La Baa. Pemerintah, kata dia, sudah berusaha membebaskan La Baa yang diculik sejak 16 Januari 2020.

"Namun, Allah berkehendak lain dan kami telah berusaha semaksimal mungkin memenuhi permintaan keluarga agar jenazahnya bisa dipulangkan," ungkap diplomat senior yang pernah bertugas di Kuala Lumpur dan Jenewa itu, melalui sambungan telepon. 

Menurut Judha, tidak mudah untuk memulangkan jenazah dari wilayah konflik di Filipina selatan, dan mencari penerbangan ke Indonesia. "Tapi, alhamdulilah semua permintaan itu terpenuhi dan berjalan dengan lancar. Keluarga pun mengucapkan terima kasih," ujar dia. 

Lalu, bagaimana nasib empat nelayan WNI lainnya yang masih disekap kelompok Abu Sayyaf hingga kini?

1. Militer Filipina masih mencari keberadaan empat WNI nelayan RI yang disekap kelompok Abu Sayyaf

Jasad WNI yang Tewas Saat Kontak Senjata dengan Abu Sayyaf Tiba di RIIlustrasi penculikan (IDN Times/Sukma Shakti)

Sementara, menurut Judha, hingga kini militer Filipina masih mencari empat nelayan asal Indonesia lainnya. Keempat WNI itu diketahui bernama Arsyad Dahlan (41 tahun), Riswanto Hayano (27 tahun), Edi Lawalopo (53 tahun), dan Syarizal Kastamiran (29 tahun). Lima nelayan itu diculik kelompok Abu Sayyaf ketika tengah berlayar di perairan Malaysia pada 16 Januari 2020. 

Mereka diculik di perairan Malaysia ketika tengah menggunakan kapal berbendera negeri jiran itu. Kapal kayu yang memiliki izin dengan nomor SSK 00543/F itu terdaftar atas nama majikan di Sandakan. 

Sementara, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan otoritas di Filipina untuk bisa mengetahui nasib keempat WNI lainnya. "AFP (militer Filipina) telah memberikan komitmen untuk menemukan dan menyelamatkan mereka," kata mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda itu. 

La Baa ditemukan tewas oleh militer Filipina usai terjadi kontak senjata pada 28 September 2020. Berdasarkan laporan media Filipina, The Inquirer, Rabu, 30 September 2020, ada sejumlah uang yang dilibatkan agar bisa membebaskan lima nelayan Indonesia itu. Sudah jadi rahasia umum aktivitas penculikan dijadikan lahan bisnis bagi kelompok yang bermukim di Pulau Sulu itu. 

Informasi yang diperoleh The Inquirer, lima nelayan Indonesia itu sesungguhnya sudah "dibebaskan" oleh kelompok Abu Sayyaf. Namun, mereka justru ditawan lagi oleh kelompok lain yang semula ikut memfasilitasi proses pembebasannya. 

Pemerintah Indonesia sejak awal membantah dalam proses pembebasan melibatkan sejumlah uang tebusan. 

Baca Juga: Seorang WNI Tewas Saat Hendak Diselamatkan dari Kelompok Abu Sayyaf

2. Dua WNI meninggal ketika hendak dibebaskan dari penculikan kelompok Abu Sayyaf

Jasad WNI yang Tewas Saat Kontak Senjata dengan Abu Sayyaf Tiba di RIDirektur Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha ikut mengawal pemulangan jenazah La Baa ke rumah duka di Buton (Direktorat PWNI Kemenlu)

Ini bukan kali pertama WNI diculik kelompok militan Abu Sayyaf tewas saat hendak diselamatkan militer Filipina. Seorang WNI bernama Hariadin juga tewas ketika menghindari serangan dari angkatan bersenjata Filipina terhadap penyandera pada 2019. Ia tenggelam karena berusaha menghindari konflik senjata. 

"Almarhum Hariadin bersama Heri Ardiansyah berusaha berenang ke Pulau Bangalao, untuk menghindari terkena serangan angkatan bersenjata Filipina yang menyerbu penyandera," ujar Lalu Muhammad Iqbal, yang ketika itu masih menjabat sebagai Direktur Perlindungan WNI Kemenlu melalui keterangan tertulis. 

Hariadin tewas usai berada dalam cengkeraman Abu Sayyaf satu tahun lamanya. 

3. Sebanyak 44 WNI sudah menjadi korban penculikan kelompok Abu Sayyaf sejak 2016 hingga 2020

Jasad WNI yang Tewas Saat Kontak Senjata dengan Abu Sayyaf Tiba di RIIlustrasi borgol (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebanyak 44 WNI tercatat pernah diculik kelompok militan Abu Sayyaf yang berbasis di Mindanao, Filipina Selatan. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Direktorat PWNI Kementerian Luar Negeri, puluhan warga Indonesia itu diculik selama 2016-2020. Terbaru, lima nelayan asal Buton, yang diculik pada 16 Januari 2020 di perairan Lahat Datu, Malaysia. 

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada 23 Januari 2020 lalu pernah mengatakan, sebanyak 44 WNI ditawan Abu Sayyaf dalam 13 penculikan. "Hampir semua lokusnya (kejadian penculikan) di perairan Sabah," ungkap Menlu perempuan pertama di Indonesia itu. 

Baca Juga: 44 WNI Diculik oleh Kelompok Abu Sayyaf Dalam 4 Tahun Terakhir 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya