Menlu Retno Resmikan Gedung KBRI Ankara di Jalan Sukarno

Sebagai imbal balik, RI bakal berikan nama Jalan Attaturk

Jakarta, IDN Times - Setelah menanti bertahun-tahun lamanya, akhirnya Indonesia memiliki gedung kedutaan baru yang lebih modern di Ankara, Turki. Hal lainnya yang lebih spesial, gedung baru itu dibangun di jalan protokol yang diberi nama Jalan Sukarno.

Peresmian gedung baru kedutaan itu dilakukan secara langsung oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menlu Turki Mevlüt Çavuşoğlu pada Jumat, 22 April 2022. Retno diketahui sedang melakukan kunker ke Turki di hari yang sama. 

"Gedung ini selain memenuhi standar keamanan dan keselamatan, proses desain dan pembangunan gedung ini sejak awal juga mengedepankan aspek keberlanjutan dan pelayanan publik yang prima," ungkap Retno melalui keterangan tertulis, Sabtu (24/4/2022). 

Selain itu, gedung tersebut juga dilengkapi dengan panel surya hingga fasilitas yang ramah anak dan difabel. Ada pula museum untuk lebih mendekatkan budaya Indonesia serta mengenalkan sejarah misi diplomatik Indonesia kepada para pengunjung. 

"Gedung ini merefleksikan semangat serta energi baru dalam hubungan bilateral Indonesia-Turki yang terus menguat," kata perempuan pertama yang menjadi Menlu itu. 

Selain meresmikan gedung baru KBRI Ankara, Retno dan Menlu Mevlüt juga sempat membahas isu perang di Ukraina. Sebab, isu invasi Rusia ke Ukraina turut berdampak terhadap penyelenggaraan KTT G20 di mana Indonesia pada tahun ini menjadi presidennya. Apa kata Menlu Mevlüt terkait konflik di Ukraina?

1. Menlu Retno apresiasi peran Turki menjadi penengah Ukraina dan Rusia

Menlu Retno Resmikan Gedung KBRI Ankara di Jalan SukarnoMenteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu ketika bertemu di Ankara. Keduanya juga meresmikan gedung baru KBRI Ankara di Jalan Sukarno (Dokumentasi KBRI Ankara)

Menlu Retno menyampaikan apresiasinya terhadap Turki yang bersedia mengambil peran untuk mendorong perdamaian di antara Ukraina dan Rusia. Turki pada Maret 2022 lalu diketahui menjadi tuan rumah perundingan bagi delegasi dari Ukraina dan Rusia. Sayangnya, tidak tercapai kesepakatan di antara kedua pihak untuk menyetop peperangan. 

"Saya kembali menegaskan pentingnya segera menghentikan perang dan mendorong cara-cara damai untuk mencapai resolusi atas konflik," ungkap Retno. 

Perang tersebut, kata Retno, telah mengakibatkan dampak yang signifikan tidak saja pada kemanusiaan, namun juga berdampak pada stabilitas dan ketahanan pangan serta energi dunia. Maka, semua negara, ujarnya memiliki kewajiban untuk turut berkontribusi menciptakan enabling environment sehingga perdamaian dapat tercipta. 

"Perdamaian diharapkan bisa tercapai lewat meja perundingan," kata dia. 

Baca Juga: Drama Penyelamatan 9 WNI dari Ukraina Usai Terjebak 22 Hari

2. Turki dukung penuh Indonesia sebagai presiden G20

Menlu Retno Resmikan Gedung KBRI Ankara di Jalan SukarnoMenteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu ketika bertemu di Ankara. Keduanya juga meresmikan gedung baru KBRI Ankara di Jalan Sukarno (Dokumentasi KBRI Ankara)

Sementara, menyangkut isu G20, Retno menyebut bahwa Turki mendukung penuh posisi Indonesia sebagai presiden KTT G20. Hal itu sudah ditunjukkan di mana delegasi Turki tidak ikut-ikutan walk out dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Presidensi G20 Indonesia di Washington, AS. Kedua Menlu, kata Retno, sepakat atas pentingnya memajukan prioritas G20 dalam mengatasi pandemik, menciptakan ketahanan kesehatan global, dan mendorong transformasi digital serta transisi energi. 

"Indonesia sebagai pemegang presidensi G20 akan terus bekerja, menjalin komunikasi dan konsultasi dengan semua negara anggota agar di tengah situasi dunia yang sangat sulit ini, G20 tetap dapat bekerja dan berkontribusi secara signifikan bagi upaya dunia untuk pulih dari pandemik. Di sisi lain, kami ingin mampu mengatasi dampak dari perang di Ukraina," tutur Retno. 

Rencananya, di sela pertemuan KTT G20 bakal diselenggarakan pertemuan MIKTA (Mexico, Indonesia, Korea, Turki, dan Australia). "Rencananya pertemuan itu bakal dilakukan pada bulan Juli mendatang," ujarnya. 

Baik Retno dan Menlu Mevlüt berjanji akan terus mengintensifkan komunikasi terutama terkait situasi di Ukraina dan menyangkut isu G20. 

3. Turki minta nama Ataturk dijadikan nama jalan di Jakarta

Menlu Retno Resmikan Gedung KBRI Ankara di Jalan SukarnoMenteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu ketika bertemu di Ankara. Keduanya juga meresmikan gedung baru KBRI Ankara di Jalan Sukarno (Dokumentasi KBRI Ankara)

Sementara, sebagai imbal balik dari Turki memberikan nama jalan protokol di dekat gedung KBRI Ankara dengan nama Sukarno, maka mereka meminta nama Ataturk dijadikan jalan di ibu kota Jakarta. Namun, rencana tersebut menuai polemik di dalam negeri. Alhasil, sempat muncul usulan agar nama Ataturk diganti dengan nama kota besar di Turki. 

Namun, menurut anggota komisi I dari Fraksi Partai Nasional Demokrat (NasDem), Muhammad Farhan, menilai akan sulit bagi Turki menerima usulan dari Pemprov DKI Jakarta agar mengganti nama jalan di Jakarta selain Mustafa Kemal Ataturk. Sebab, Turki sudah mengganti nama jalan di area elite Cankaya, Ankara, dengan nama proklamator Indonesia, Ahmet Sukarno. 

Farhan menggarisbawahi polemik terkait penggunaan nama Ataturk sebagai nama jalan hanya terjadi di Indonesia. Turki tak lagi memusingkan hal itu. 

"Ini kan ramai dan ributnya di Indonesia. Orang Turkinya gak ada yang ngeramein. Kalau urusan Kemal Ataturk mereka tak lagi membahas itu. Sama seperti kita suda selesai bahwa Sukarno adalah bapak proklamator," ujar Farhan ketika dihubungi IDN Times, Rabu, 10 November 2021 lalu. 

Pihak Turki, kata dia, tinggal menunggu kapan jalan yang berlokasi di depan Kedutaan Turki di Jakarta itu bakal diresmikan. Rencananya area jalan yang menggunakan nama Ataturk ada di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan. 

Farhan tak menampik sudah mendengar informasi Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria telah mengirimkan surat kepada Dubes Indonesia di Turki, Lalu Muhammad Iqbal. Isinya, Pemprov DKI Jakarta mengusulkan apakah nama jalan tersebut bisa diganti dengan nama kota atau area di Turki. Riza sempat memberikan contoh di Jakarta ada nama Jalan Casablanca, area yang ada di Maroko. 

Tetapi, di dalam dunia diplomasi, dikenal istilah resiprokal. Artinya, apa yang dilakukan oleh Indonesia akan direspons setara oleh Turki. 

"Ya, boleh-boleh saja nama di Jakarta menjadi Jalan Ankara, ya nanti nama jalan di Ankara juga diganti menjadi Jalan Jakarta. Itu namanya resiprokal. Jadi, artinya bapak wakil gubernur ini gak ngerti yang namanya prinsip resiprokal dalam dunia diplomasi internasional," kata dia. 

Ia mengatakan bahwa diplomasi adalah mengedepankan saling menghormati, bukan fokus terhadap ego masing-masing. "Mudah-mudahan nanti bisa ditemukan jalan tengah yang bijak sebelum kunjungan Presiden (Turki) Recep Tayyip Erdogan ke Jakarta," tutur dia. 

Baca Juga: Anggota Komisi I: Turki Tak Akan Mau Jika Nama Jalan Ataturk Diganti

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya