Kejamnya Lelaki Ini! Ia Membunuh dan Melarutkan Korbannya dengan Asam Demi Menghilangkan Bukti

Dia memang kejam, tetapi dia memiliki hati yang sangat tulus kepada pujaan hatinya

John George Haigh, adalah seorang pria dari Inggris yang lahir pada 24 Juli tahun 1909 yang dijuluki sebagai "The Acid Bath Muderer" yang berarti "Pembunuh Bak Asam".

Sekitar tahun 1944 dan 1949, John George Haigh telah membunuh enam orang setelah merasa dirinya yakin tidak akan diketahui oleh orang-orang dan telah menganggap dirinya sebagai pembunuh yang sempurna.

Dia percaya bahwa tanpa ditemukannya mayat utuh, dia akan aman dari tindakan hukum. Jadi dia melarutkan mayat-mayat korbannya dengan merendamnya ke dalam bak penuh dengan asam sulfur. Lalu endapannya dibuang melalui lubang bak. Dia mengklaim telah meminum darah korbannya dan oleh karena itu dia dijuluki sebagai 'Vampir'.

Dia memulai semua rencana jahatnya ini setelah dia bebas dari empat tahun penjara karena penipuan pada tahun 1943.

Pada 6 September 1944, dia membujuk seorang pria berumur 37 tahun, William Donald McSwan, yang pernah mempekerjakannya sebagai supir di salah satu taman hiburan, ke ruang kerja bawah tanahnya di Kensington, London, Inggris.

Menurut laporan yang dibuat Haigh, dia menyerang McSwan bertubi-tubi dengan palu di kepalanya, merobek lehernya dan menuang darahnya ke dalam gelas untuk diminum. Kemudian, tubuhnya direndam dalam drum penuh dengan asam dan dua hari kemudian endapannya dibuang ke lubang got.

Untuk meyakini orang tua McSwan, ia mengaku bahwa McSwan telah menghilang agar tidak dilakukan pengerahan. Kemudian pada tanggal 2 Juli 1945, Haigh membunuh kedua orang tua McSwan, William, 70 tahun, dan Amy, 65 tahun, di ruang kerja bawah tanah yang sama dimana McSwan dibunuh.

Selama 2 tahun setelah kejadian, dia menjalani hidup dan melakukan banyak perjudian menggunakan uang sebanyak £8.000 yang dia curi dari keluarga McSwan.

Tetapi pada tahun 1947, dia membutuhkan uang yang lebih dan mulai mencari korban lainnya, kemudian dia menyewa ruang kerja yang baru di Crawley, Sussex, Inggris.

Pada tanggal 12 Februari 1948, di tempat kerjanya yang baru, dia memaksa Dr. Archibald Henderson, 52 tahun, untuk menulis surat pemalsuan dimana dia bebas melakukan apapun pada properti milik Handerson, lalu membunuh Henderson dan istrinya, Rosalie, 51 tahun dengan menembak keduanya dengan senjata api.

Kemudian pada tanggal 18 Februari 1949, dia telah menemukan target baru, yaitu Olive Durand-Deacon, 69 tahun, seorang janda kaya, mereka pernah bertemu di Hotel Onslow di Kesington, Inggris, dulu sewaktu Haigh pernah tinggal disana. Sama seperti yang dilakukannya pada Handerson, dia membujuk Olive ke ruang kerjanya sebelum menembaknya di bagian belakang kepala dan melarutkan mayatnya dalam asam.

Sepuluh hari kemudian, polisi sudah mulai curiga dengannya dan melakukan pencarian di ruang kerjanya di Crawley. Disana ditemukan bukti-bukti pembunuhan yang sangat kejam dan sadis yang telah dilakukannya. Di antaranya ditemukan 28 pon lemak manusia, tiga batu empedu, kaki kiri yang hanya sebelahnya larut, 18 penggalan tulang, tas tangan dan gigi palsu milik Olive Durand-Deacon.

Walaupun John George Haigh terbukti sebagai pembunuh yang sangat kejam, dia memiliki hati yang sangat tulus kepada pujaan hatinya. 2 hari setelah ia didakwa pada tanggal 2 Maret, dia menulis sebuah surat untuk Barbara Smith, kekasihnya, dari penjara dimana dia ditahan, Penjara Lewes.

Di dalam surat tersebut tertulis:

Seberapa bodohnya dirimu bertanya mengapa aku tidak membunuhmu. Tentu saja aku memiliki banyak kesempatan untuk itu. Tetapi, tidak pernah terlewatkan di pikiranku untuk menyakiti bahkan hanya sehelai rambut di kepalamu. Urusan yang aku lakukan ini adalah hal yang sangat berbeda. Tidak ada ketertarikan terlibat, walaupun aku tahu dalam laporan tertulis terdapat 6 janda tetapi 'mereka' (polisi) belum mengetahui cerita yang sepenuhnya. Terdapat laki-laki maupun wanita, berapa banyak? Aku tidak tahu, mungkin masih banyak lagi atau lebih, dan itu bukan uang mereka yang aku incar, tetapi darah mereka.

Dia disidang di Pengadilan Lewes pada tanggal 18 Juli 1949. Dia mengaku bahwa dia sudah gila - didukung oleh pengakuannya sebelumnya yang mengatakan dia meminum darah korbannya -  semua ini dibantah oleh hakim 15 menit setelah dia mengajukan pengakuan tersebut. Dia mengatakan semua itu agar dia tidak ditahan di penjara melainkan ditempatkan di rehabilitasi. Akhirnya, dia dihukum gantung, disaat dia berumur 40 tahun, di Penjara Wandsworth pada tanggal 10 Agustus tahun 1949.

 

 

Sedana Diatmika Photo Writer Sedana Diatmika

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya