Sempat Kena Serangan Siber, Japan Airlines Beroperasi Lagi

- Maskapai Japan Airlines (JAL) mengalami serangan siber, menunda lebih dari 60 penerbangan domestik dan internasional.
- Sistem JAL kembali normal setelah penjualan tiket dilanjutkan, namun pembatalan dan penundaan penerbangan tetap terjadi hingga empat jam.
- Penumpang di Bandara Haneda, Tokyo, terlihat cemas. Gangguan juga mempengaruhi layanan bagasi dan pengiriman surat serta paket oleh Japan Post Co.
Jakarta, IDN Times - Maskapai Japan Airlines (JAL) mengatakan pada Kamis (26/12/2024) bahwa sistemnya telah kembali normal dengan penjualan tiket pada hari yang sama dilanjutkan, setelah serangan siber menunda beberapa penerbangan domestik dan internasional.
Sebelumnya, JAL melaporkan serangan itu dimulai pada pukul 07.24 pagi waktu setempat yang mempengaruhi sistem internal dan eksternal. Imbasnya, maskapai tersebut mematikan router yang menyebabkan kerusakan dan menangguhkan penjualan tiket untuk penerbangan yang berangkat pada Kamis.
"Tidak ada informasi pelanggan yang bocor, dan tidak ada kerusakan akibat virus komputer," kata JAL.
1. JAL mengidentifikasi serangan DDoS
Akibat dari serangan siber tersebut, lebih dari 60 penerbangan domestik dan internasional tertunda hingga empat jam. Serta, pembatalan dua penerbangan domestik. Saat penjualan dihentikan sementara, JAL menjelaskan bahwa reservasi yang telah dibuat sebelumnya tetap berlaku.
Sumber investigasi mengatakan maskapai itu memberi tahu polisi bahwa mereka mungkin menjadi korban serangan penolakan layanan terdistribusi atau DDoS, di mana jaringan kewalahan oleh data dari berbagai sumber dalam waktu singkat.
Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mengatakan pada konferensi pers bahwa pihaknya 'melalui Kementerian Perhubungan, telah meminta JAL untuk memperbaiki sistemnya sesegera mungkin, guna menanggapi pelanggan yang terkena dampak dengan tepat', dilansir Kyodo News.
2. Insiden serangan siber terbaru terjadi di tengah musim liburan

Penumpang di Bandara Haneda, Tokyo, terlihat mengajukan pertanyaan kepada staf dan dengan cemas memeriksa ponsel mereka. Sementara itu, tidak terlihat kegaduhan di Bandara Narita di Prefektu Chiba, dekat ibu kota.
"Saya bisa check-in dengan baik. Saya sudah menantikan perjalanan akhir tahun ini, namun saya khawatir akan ada masalah," kata seorang penumpang berusia 30-an yang terbang dari Haneda ke Pulau Ishigaki di prefektur selatan Okinawa.
Gangguan yang terjadi tidak hanya menunda penerbangan tapi juga mengganggu layanan bagasi. Japan Post Co mengatakan pengiriman surat dan paket terpengaruh oleh gangguan penerbangan JAL.
Meski begitu, maskapai penerbangan Jepang lainnya, termasuk All Nippon Airways (ANA), Skymark Airlines, Solaseed Air, dan Star Flyer, tidak terpengaruh dan beroperasi seperti biasa.
Insiden ini terjadi pada awal musim liburan akhir tahun. Kantor-kantor akan tutup mulai akhir pekan ini untuk liburan Tahun Baru, saat jutaan orang pulang kampung dari kota-kota besar.
3. Insiden serangan siber kerap dialami Jepang

Para ahli telah berulang kali menyuarakan kekhawatiran tentang kerentanan keamanan siber Jepang. Ini mengingat negara tersebut sedang meningkatkan kemampuan pertahanannya dan bekerja lebih erat dengan Amerika Serikat dan mitra lain dengan pertahanan siber yang jauh lebih ketat.
Negeri Sakura telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi hal itu, tetapi para ahli mengatakan masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan.
Pada Juni, Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA) mengatakan bahwa pihaknya telah mengalami serangkaian serangan siber sejak tahun 2023, meski dilaporkan bahwa informasi sensitif terkait roket, satelit, dan pertahanan tidak terpengaruh. Merespons hal itu, JAXA sedang melakukan penyelidikan untuk mengambil tindakan pencegahan.
Tahun lalu, serangan siber melumpuhkan operasi di terminal peti kemas di sebuah pelabuhan di kota Nagoya selama tiga hari.