Serangan Bom di Yaman Tewaskan 6 Orang, Mayoritas Warga Sipil

Jakarta, IDN Times – Sebuah serangan bom mobil terhadap konvoi pasukan militer Yaman di kota pelabuhan sebelah selatan Aden, menewaskan setidaknya enam orang dan menyebabkan beberapa lainnya terluka.
Menurut Al Jazeera, peristiwa terjadi pada Rabu (29/6/2022), dan dilaporkan pertama kali oleh pihak militer. Sebanyak 5 orang di antara korban merupakan warga sipil, dan satu orang merupakan perwira militer.
Sementara itu, France24 melaporkan ada tujuh korban yang tewas dengan rincian empat tentara dan tiga warga sipil.
Kepala pasukan keamanan provinsi Lahaj, Saleh al-Sayed, yang menjadi target dalam serangan itu, selamat dari upaya pembunuhan, kata tiga pejabat militer.
1. Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab

Berbicara di tempat kejadian, Kolonel Angkatan Darat Amar al-Sherhy menggambarkan ledakan bom sebagai serangan pengecut dan berbahaya menggunakan alat peledak yang ditanam di dalam mobil. “Alhamdulillah, dia (al-Sayed) selamat,” tuturnya.
Al-Sayed adalah komandan unit militer separatis Dewan Transisi Selatan (STC) Lahaj.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi pejuang kelompok al-Qaeda telah meningkatkan operasi mereka di Yaman selatan baru-baru ini.
2. Serangan semakin meningkat

Setidaknya 10 tentara Yaman tewas di wilayah itu dalam dua serangan terpisah pekan lalu. Di waktu terpisah, pada 15 Juni, seorang jurnalis dari stasiun berita Jepang NHK terbunuh akibat serangan bom.
Korban yang diidentifikasi bernama Saber al-Haidari diserang tatkala sedang mengemudi di distrik al-Mansoura, Aden. Dua orang lainnya yang bersamanya juga ikut tewas dan satu lainnya terluka.
Pembunuhan itu menuai kecaman dari badan Comitte to Protect Journalists. Belum ada yang mengklaim bertangggung jawab atas peristiwa itu.
3. Yaman dilanda konflik sejak 2014

Yaman telah dicengkeram perang sejak 2014, ketika kelompok Houthi yang didukung Iran menyerbu ibu kota Sanaa. Mereka mendorong pemerintah untuk melarikan diri ke Aden dan kemudian ke pengasingan di Arab Saudi.
Intervensi militer pimpinan Saudi yang diluncurkan pada 2015 telah memungkinkan pemerintah untuk kembali menguasi Aden dan sebagian besar wilayah selatan.
Namun, pertempuran itu telah menyebabkan ratusan ribu orang tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal. Dampak konflik tersebut kemudian disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.