Soal Perang Rusia vs Ukraina, Presiden dan Wapres Brasil Beda Pendapat

Jakarta, IDN Times - Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, turut memberikan komentarnya terkait invasi Rusia ke Ukraina. Berbeda dengan beberapa pemimpin Amerika Latin lainnya, Bolsonaro cenderung bersikap netral terkait konflik di dua negara tersebut.
Sebelumnya, pada Rabu (16/2/2022), presiden berusia 66 tahun itu bersedia menghadiri undangan Presiden Putin ke Moskow, meski konflik Ukraina-Rusia tengah memanas, Bahkan, Bolsonaro tidak menghiraukan usulan Biden agar tidak berkunjung ke Rusia.
Dilansir Reuters, Presiden Bolsonaro juga mengungkapkan kepada Putin, "Brasil akan terus mendukung semua negara yang berusaha mencari dan mengupayakan kedamaian."
1. Brasil menyatakan netral dan tidak memberikan pernyataan tertentu soal konflik Ukraina-Rusia
Kementerian Luar Negeri Brasil mengungkapkan, posisi netralnya terkait invasi Rusia ke Ukraina dan tidak memberikan ungkapan yang jelas. Hal ini diungkapkan langsung oleh Kepala Komunikasi Kementerian Brasil, Adriano Pucci.
"Brasil tidak akan berkontribusi untuk memukul genderang perang. Apabila situasi semakin memburuk dari hari ke hari, maka akan semakin jelas dibutuhkan alasan untuk berdialog," ungkap Pucci.
"Ini bukan perkara memihak pihak mayoritas, tapi lebih kepada mengungkapkan kebenaran untuk jangka panjang," tambahnya, dilansir dari The Brazilian Report.
Ungkapan netral dari Brasil ini terkait dengan proses pendaftaran negara Amerika Selatan untuk menjadi bagian dari OECD. Padahal, mayoritas anggota organisasi itu cenderung mengungkapkan kata pedas terhadap Presiden Vladimir Putin.
2. Bolsonaro menolak ungkapan dari Wapres Hamilton Mourao
Di sisi lain, Presiden Jair Bolsonaro juga menangkis ungkapan dari Wapres Hamilton Mourao pada Kamis lalu. Pasalnya, Mourao mengungkapkan kecamannya kepada Rusia atas invasi yang dilancarkan ke Ukraina dan mendukung penuh kedaulatan Ukraina.
Tak berselang lama, Presiden Bolsonaro mengungkapkan dalam sebuah tayangan webcast kepada suporternya, bahwa seharusnya presiden yang dapat berbicara mengenai krisis antara Rusia dan Ukraina dan ini bukan urusan Mourao.
"Seharusnya tugas dari presiden untuk berbicara terkait hal yang penting. Dan presiden adalah Jair Messias Bolsonaro, dan ini adalah kata terakhir," ujar Bolsonaro, dikutip dari The Washington Post.
Di samping itu, Kemenlu Brasil juga mengungkapkan pernyataan publik bahwa, "Brasil tengah menyerukan agar berhentinya pertempuran dan mulai membuka negosiasi yang mengarah pada solusi diplomatik."
3. Brasil tetap menolak dukung Rusia dalam sidang Dewan Keamanan PBB

Pada Jumat (25/2/2022), Brasil juga mengikuti sidang Dewan Keamanan PBB terkait resolusi terkait invasi Rusia ke Ukraina. Meskipun menolak untuk memberikan kecaman kepada Rusia, tapi Brasil ikut menolak aksi militer Rusia kepada negara tetangganya itu.
Brasil dilaporkan menjadi salah satu dari 11 anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang menginginkan resolusi damai antara Rusia dan Ukraina. Sementara, India, China dan Uni Emirat Arab justru memutuskan untuk tidak melakukan voting.
Berdasarkan pernyataan dari Duta Besar Brasil untuk PBB, Ronaldo Costa Filho, dikutip Folha de Sao Paulo, ancaman atau pemaksaan kepada integritas teritorial, kedaulatan, dan kemerdekaan politik dari anggota PBB tidak dapat diterima.
Meski begitu, Brasil tidak secara langsung menyebut Rusia sebagai dalang utama dalam peristiwa ini. Namun, Brasil berusaha untuk menyeimbangkan diplomasi dan posisinya kepada AS dan sekutu NATO.
Sementara itu, Rusia diketahui sebagai partner strategis Brasil dan menjadi salah satu rekan utama di dalam perkumpulan BRICS, yang juga tergabung bersama India, China dan Afrika Selatan.