Gagalkan Bantuan Senjata, Rusia Bom 5 Stasiun Kereta Api Ukraina
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Rusia melancarkan serangan udara ke lima stasiun kereta api di Ukraina tengah dan barat. Serangan ini terjadi pada Senin 25 April 2022 dan berlangsung selama satu jam.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menghancurkan enam stasiun kereta api, yang digunakan untuk menyimpan senjata dari asing guna memasok pasukan Ukraina.
Selain itu, sebuah gedung pemerintah di wilayah Transnistria, yang memisahkan diri dari Moldova, juga ditembaki granat oleh Rusia.
Baca Juga: Ukraina Minta AS Sumbang Senjata Khusus untuk Lawan Rusia
1. Ukraina sebut Rusia gagalkan pasokan dari asing
Komando militer Ukraina mengatakan, Rusia berusaha mengebom stasiun kereta api untuk menggagalkan sumbangan senjata dari negara lain.
“Mereka mencoba untuk menghancurkan jalur pasokan bantuan dari negara-negara mitra kami. Maka dari itu, Rusia mengebom stasiun kereta api,” katanya, dikutip dari Guardian, Selasa (26/4/2022).
Kepala pemerintah Lviv Maksym Kozytskyi mengatakan, selama serangan itu terjadi, sistem anti-pesawat Ukraina menghancurkan rudal Rusia lain yang ditembakkan ke wilayah tersebut.
2. Sulit identifikasi jumlah korban
Editor’s picks
Kepala Stasiun Kereta Api Ukraina Oleksander Kamyshin meyakini tak ada korban jiwa maupun luka akibat serangan udara Rusia tersebut.
Sebab, sebagian besar wilayah Ukraina telah masuk ke dalam wilayah siaga dan peringatan serangan udara, yang sangat panjang selama dua jam pada Senin pagi.
Kamyshin mengatakan, serangan terjadi sekitar pukul 08.30 waktu setempat di Krasne, dekat Lviv, di Ukraina barat. Namun, sejumlah pekerja darurat dilaporkan berada di tempat kejadian.
Baca Juga: Di Bawah Hujan Rudal Rusia, Warga Ukraina Rayakan Paskah
3. Fokus serangan Rusia di Ukraina
Rusia kini memetakan penyerangan baru ke Ukraina, yaitu selatan negara tersebut, agar mendapatkan akses ke Transnistria yang terletak di perbatasan.
Dengan dukungan Moskow, Transnistia pernah berperang melawan Moldova pada 1990-an yang meninggalkan wilayah tersebut dengan kemerdekaan de facto.
Jika niat Rusia ini dilancarkan, bukan tak mungkin perang Rusia dan Ukraina ini akan masuk ke negara Eropa lainnya.