Jelang Pemilu Thailand, Anak Muda Ingin Perubahan

Pemilu Thailand digelar 14 Mei 2023

Jakarta, IDN Times - Pemilihan umum Thailand bakal digelar pada Minggu, 14 Mei 2023. Sejumlah nama telah muncul sebagai kandidat perdana menteri Thailand selanjutnya.

Pemilu ini merupakan yang pertama digelar sejak kudeta militer menggulingkan pemerintahan eks PM Yingluck Shinawatra pada 2014. 

Petahana Prayut Chan-o-Cha juga bakal mencalonkan diri untuk memimpin Negeri Gajah Putih tersebut.

Keponakan Yingluck yang merupakan anak dari eks PM Thaksin Shinawatra, Paetongtarn Shinawatra, juga mencalonkan diri.

Lalu ada Pita Limjaroenrat yang merupakan pemimpin dari partai oposisi progresif, Move Forward. Kemudian, Anutin Charnvirakul dari Partai Bhumjaithai, Srettha Thavasin dari Pheu Thai, dan Prawit Wongsuwan yang merupakan eks panglima militer yang berasal dari Partai Palang Pracharat.

Baca Juga: 10 Pesona Erawan Waterfall, Air Terjun yang Ada di Lakorn Thailand

1. Anak muda ingin perubahan

Thailand sempat menggelar pemilu yang dijaga ketat oleh militer pada 2019. Pada pemilu itu, Prayut kembali duduk sebagai perdana menteri. Namun, kini anak-anak muda Thailand menginginkan perubahan setelah hampir 10 tahun dipimpin militer.

“Semua orang berharap pemilu 2023 ini akan mengubah negara,” kata seorang aktivis pro-demokrasi Patsaravalee Tanakitvibulpon, dikutip dari VOA, Jumat, (12/5/2023).

Anak-anak muda Thailand pun percaya kepada demokrasi, hak, dan kebebasan untuk mengkritik lembaga di negara tersebut.

Baca Juga: Polri: 20 WNI Korban TPPO di Myanmar Sudah di Thailand, Kondisi Sehat

2. Paetongtarn cukup populer di Thailand

Paetongtarn, yang dikenal sebagai Ung Ing, merupakan satu dari tiga kandidat perdana menteri yang dipilih oleh Pheu Thai. Paetongtarn merupakan kandidat terdepan pada pemilu ini.

Dia menduduki peringkat pertama atau kedua dalam pilihan pemilih untuk perdana menteri dalam survei baru-baru ini.

Survei menunjukkan saingan terdekat Paetongtarn adalah Pita Limjaroenrat dari oposisi progresif Partai Maju, sebuah partai progresif yang membahas isu reformasi militer dan hukum penghinaan keagungan Thailand. 

Paetongtarn populer berkat nama Shinawatra, yang mempertahankan basis dukungan setia di kalangan pemilih pedesaan di bagian utara dan timur laut. Partainya terkait dengan keluarga Shinawatra, yang memenangkan kursi terbanyak di setiap pemilihan sejak 2001.

Namun, keluarga tersebut ditentang keras oleh militer dan telah berulang kali dipaksa turun dari kekuasaan. Thaksin digulingkan dalam kudeta pada 2006, sementara Yingluck dipaksa turun dari jabatannya pada 2014.

 

Baca Juga: Lintasi Bekasi, 32 Biksu Jalan Kaki dari Thailand Menuju Borobudur

3. Tenggelamnya popularitas Prayut

Jelang Pemilu Thailand, Anak Muda Ingin PerubahanPM Thailand, Prayut Chan ocha. (Twitter.com/Prayut Official)

Sementara itu, popularitas Prayut pun tenggelam. Survei pada pertengahan April menunjukkan Prayuth berada di urutan keempat untuk calon perdana menteri favorit dengan perolehan 13,72 persen.

Meski tertinggal dalam jajak pendapat, Prayuth mungkin mendapat bantuan dari 250 kursi senat majelis tinggi, yang anggotanya ditunjuk dan disetujui junta militer. Prayuth telah memimpin junta militer selama lima tahun.

Senat juga memberikan suara untuk perdana menteri, jadi ada kemungkinan pemimpin partai terbesar di majelis rendah terpilih dengan 500 kursi dapat ditolak dari jabatan puncak jika senat memberikan suara dengan partai minoritas.

Prayuth pertama kali berkuasa setelah kudeta pada 2014, kemudian mencalonkan diri dalam pemilu 2019 dan terpilih lagi untuk memimpin Thailand.

Baca Juga: Thailand Juga Dilanda Cuaca Panas Ekstrem, Sentuh 44 Derajat! 

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya