Kekayaan Intelektual Dorong Inovasi Atasi Perubahan Iklim

Isu perubahan iklim membutuhkan peran kekayaan intelektual

Jakarta, IDN Times - Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI dan PTRI Jenewa bekerja sama dengan perwakilan negara-negara MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, Australia) serta WIPO, menggelar seminar terkait Intellectual Property and Climate Change: Opportunities and Challenges. Para pembicara menekankan keterkaitan (nexus) antara kekayaan intelektual dan aksi perubahan iklim berdasarkan pengalaman dan perspektif masing-masing.

Selain itu, dibahas pula penguatan sistem global kekayaan intelektual dapat mendorong inovasi teknologi yang mampu berkontribusi bagi penyelamatan lingkungan hidup bagi generasi mendatang dalam seminar yang digelar di Jenewa, Swiss, pada 27 November 2023 lalu.

1. Perubahan iklim tidak hanya soal lingkungan

Kekayaan Intelektual Dorong Inovasi Atasi Perubahan IklimIlustrasi protes (unsplash.com/Markus Spiske)

Wakil Tetap RI untuk PBB dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa, Febrian Ruddyard, mengatakan perubahan iklim bukan semata-mata isu lingkungan hidup, tapi lintas isu yang membutuhkan peran kekayaan intelektual untuk mengatasi dampaknya.

"Pembahasan dalam acara ini diharapkan tidak hanya informatif, namun juga inspiratif dan menjadi katalis bagi pembentukan kerja sama serta kolaborasi efektif," kata Febrian, dalam keterangan PTRI Jenewa yang diterima IDN Times, Rabu (29/11/2023).

Baca Juga: Kemenkumham dan Kota Balikpapan MoU Perlindungan Kekayaan Intelektual 

2. Peluang kekayaan intelektual untuk atasi perubahan iklim

Kekayaan Intelektual Dorong Inovasi Atasi Perubahan IklimDirektur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu RI, Tri Tharyat. (IDN Times/Sonya Michaella)

Sementara itu, Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu RI, Tri Tharyat, menyoroti peluang kekayaan intelektual dalam mengatasi tantangan perubahan iklim.

"Pentingnya menyeimbangkan penguatan inovasi teknologi melalui sistem kekayaan intelektual dengan kemampuan masyarakat luas mengakses inovasi tersebut. Hal ini dapat ditempuh melalui kolaborasi para pemangku kepentingan secara inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan, serta pemajuan transfer teknologi ramah lingkungan," ujar Tri.

3. Peran WIPO Green dalam pengembangan teknologi hijau

Seminar ini juga mengangkat peran WIPO Green dalam kerja sama pengembangan teknologi hijau, salah satunya Greentech dan Cleantech yang dapat dimanfaatkan oleh negara-negara untuk peningkatan efektifitas penanganan perubahan iklim.

Berbagai pertukaran ide, pengalaman, dan praktik baik antara negara MIKTA dikemukakan dalam diskusi guna mewujudkan lingkungan yang mendukung bagi harmonisasi koeksistensi antara kekayaan intelektual dan agenda mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Baca Juga: 109 Orang Ditangkap dalam Protes Iklim di Australia

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya