Kenapa Banyak Negara Khawatir China Longgarkan Aturan COVID-19?

Banyak negara langsung bikin aturan baru

Jakarta, IDN Times - China akhirnya mencabut sejumlah aturan dan pembatasan terkait penyebaran virus COVID-19 setelah tiga tahun. Selama itu pula, China menjadi satu-satunya negara yang belum memperbolehkan turis masuk.

Per Desember 2022, frekuensi tes antigen dan PCR akan dikurangi. Lockdown sejumlah wilayah di China juga dicabut serta China telah memperbolehkan turis asing masuk dan tidak akan diharuskan karantina.

Namun, dengan dilonggarkannya sejumlah aturan di China ini, membuat sejumlah negara di sekelilingnya ketar-ketir. Salah satunya, mereka khawatir lonjakan virus COVID-19 seperti tiga tahun lalu, akan terulang kembali.

Terhitung, hampir 20 negara kini mewajibkan tes PCR untuk para pelancong yang berasal dari China, baik itu warga negara asing maupun warga negaranya sendiri.

1. Data di China tidak transparan

Kenapa Banyak Negara Khawatir China Longgarkan Aturan COVID-19?Ilustrasi COVID-19 di Tiongkok (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Dilansir dari Channel News Asia, Selasa (3/1/2023), Beijing mengakui bahwa jumlah peningkatan kasus COVID-19 saat ini tidak dapat dilacak, bersamaan dengan berakhirnya kewajiban tes PCR per bulan lalu.

Selain itu, Komisi Kesehatan Nasional China juga telah berhenti menerbitkan statistik infeksi dan kematian di China setiap hari.

Sebagai gantinya, penerbitan angka kasus infeksi dan kematian dialihkan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, di mana mereka hanya menerbitkan laporan sebulan sekali.

Sejak pembatasan dicabut bulan lalu, China hanya melaporkan 15 kasus kematian karena COVID-19.

Namun, para pejabat kesehatan China mengatakan, saat ini mereka sedang mengumpulkan data dari rumah sakit dan pemerintah daerah terkait jumlah panggilan darurat dan penjualan obat demam atau flu.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Naik, Warga China Tetap Rayakan Tahun Baru

2. Informasi yang tidak jelas

Kenapa Banyak Negara Khawatir China Longgarkan Aturan COVID-19?Seorang pekerja memakai masker pelindung dan pelindung wajah saat tur media yang diselenggarakan pemerintah di Rumah Sakit Tongji menyusul penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), di Wuhan, provinsi Hubei, China, Kamis (3/9/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Sejumlah informasi yang beredar pun tak seiring dengan pernyataan pemerintah, apalagi informasi yang beredar di internet.

Misalnya terkait penuhnya krematorium di beberapa kota di China yang disebut kewalahan menerima puluhan jenazah. Namun, pemerintah menampik isu tersebut, meski mengakui bahwa memang rumah sakit dan krematorium mulai kekurangan pekerja. 

Selain itu, beberapa otoritas regional mulai membagikan perkiraan kasus harian di wilayahnya masing-masing seperti kota Quzhou dan Zhoushan yang melaporkan bahwa 30 persen populasinya telah positif COVID-19.

Sementara, Qingdao melaporkan, ada lonjakan kasus sekitar 500 ribu setiap harinya.

Baca Juga: Taiwan Tawarkan Zaitun ke China demi Atasi Lonjakan COVID-19

3. Khawatir ada varian baru COVID-19

Kenapa Banyak Negara Khawatir China Longgarkan Aturan COVID-19?ilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Sejumlah negara juga menyatakan khawatir dengan adanya varian baru COVID-19 yang berasal dari China. Itulah mengapa mereka segera mengeluarkan aturan baru khusus para pelancong dari China.

Saat ini, China disebut sedang menghadapi gelombang subvarian Omicron BA.5.2 dan BF.7. Para pakar di China juga mengonfirmasi bahwa Omicron adalah varian yang paling sering ditemukan di China.

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya