Kerusuhan di Prancis Mulai Mereda, 3 Ribu Orang Ditangkap

Rumah wali kota sempat diserang

Jakarta, IDN Times - Kerusuhan Prancis dilaporkan mulai mereda. Sejak Minggu (2/7/2023) malam kemarin, kekerasan demi kekerasan mulai menghilang dan lebih sedikit penangkapan yang dilakukan oleh kepolisian setempat.

Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta agar Kementerian Dalam Negeri menjaga kehadiran polisi yang cukup besar di jalanan untuk menanggapi protes masyarakat tersebut. Macron juga menggelar pertemuan dengan wali kota dari 220 kota yang terdampak protes.

Sebelumnya, unjuk rasa sempat merambat ke negara tetangga Prancis yakni Belgia dan Swiss. Namun hal tersebut dapat ditangani kepolisian masing-masing negara.

1. Rumah wali kota jadi sasaran

Dilansir dari Le Monde, Selasa (4/7/2023), Prancis setidaknya telah menangkap 3 ribu orang dalam demo yang berlangsung selama 6 hari ini.

Ratusan polisi dan petugas pemadam kebakaran pun dilaporkan terluka dalam kekerasan tersebut.

Selain itu, sejumlah kantor polisi, dan balai kota telah menjadi sasaran pembakaran dan vandalisme. Bahkan rumah Wali Kota L’Hay-les-Roses di pinggiran Paris juga menjadi sasaran amukan massa pada Senin (3/7/2023).

Akibatnya, istri wali kota mengalami patah tulang dan harus dioperasi. Para perusuh awalnya mendatangi rumah Vincent Jeanbrun, sang wali kota. Ia sedang berada di balai kota sementara istri dan dua anaknya sedang tertidur ketika diserang massa pada malam kemarin.

Baca Juga: Kerusuhan Prancis Meluas ke Swiss, 6 Remaja Ditangkap

2. Jam malam masih diberlakukan

Kerusuhan di Prancis Mulai Mereda, 3 Ribu Orang DitangkapIlustrasi Suasana Pandemik COVID-19 di Paris (ANTARA FOTO/Christophe Ena/Pool via REUTERS)

Di sejumlah kota di pinggiran Paris yang paling parah kondisinya karena demonstrasi besar-besaran, tetap diberlakukan jam malam.

Namun, dilaporkan bahwa situasi di ibu kota Paris sudah mulai tenang sejak malam kemarin.

3. Asal mula terjadinya demo besar-besaran di Prancis

Demonstrasi ini berawal dari penembakan polisi terhadap seorang remaja berusia 17 tahun bernama Nahel M. Awalnya, Nahel diduga melanggar peraturan lalu lintas di Nanterre pada Selasa (27/6/2023) lalu.

Dua polisi dilaporkan berusaha menghentikan kendaraan Nahel dan salah satu dari mereka mengarahkan senjata. Polisi tersebut lantas menembak Nahel dari jarak dekat saat ia mencoba pergi. Kondisi ini membuat publik Prancis marah karena aksi sembrono dari polisi tersebut.

Nahel dilaporkan mengendarai mobil dengan plat nomor Polandia dengan membawa dua penumpang. Menurut ketentuan Prancis, usia 17 tahun disebut terlalu muda untuk memiliki SIM.

Usai berita penembakan itu tersebar ke seluruh negeri, pecahlah protes dari masyarakat malam itu juga. Pemerintah lantas mengerahkan 45 ribu petugas polisi untuk menghadang ribuan demonstran.

Baca Juga: Nenek Nahel Minta Demonstran Hentikan Kerusuhan di Prancis

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya