Laporan DK PBB Bongkar Sikap Represif Taliban Terhadap Kritik dan Oposisi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Taliban mengutuk laporan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyebut bahwa pemerintahan Afghanistan saat ini sangat eksklusif dan represif.
Laporan tersebut dirilis awal bulan ini oleh Tim Pemantau dan Sanksi DK PBB. Mereka menyebutkan bahwa pemerintahan Taliban sangat represif terhadap kritik dan kelompok oposisi.
Selain itu, DK PBB juga menyesalkan rencana pemindahan pusat pemerintahan Afghanistan yang mulanya di Kabul dan kini dipindah ke Kandahar, seperti masa pemerintahan Taliban pda 1990-an. Kandahar juga merupakan markas pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhunzada.
1. Taliban menyebut laporan DK PBB tidak jelas
Menanggapi laporan ini, juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid menegaskan bahwa laporan DK PBB tersebut tidak jelas dan tidak berdasar.
“Publikasi laporan ini sangat biasa dan tidak berdasar dari DK PBB ini tidak membantu Afghanistan serta perdamaian dan keamanan internasional. Sebaliknya malah meningkatkan kekhawatiran antara warga kami,” kata Mujahid, dikutip dari Al Jazeera, Senin (12/6/2023).
Baca Juga: Laporan PBB Dikecam Taliban karena Ungkap Ada Konflik Internal
2. Indonesia minta Taliban buka akses pendidikan bagi perempuan
Editor’s picks
Indonesia menyampaikan keprihatinan mendalam dan kekecewaan atas keputusan Taliban menangguhkan akses pendidikan ke jenjang kuliah bagi perempuan Afghanistan.
“Pendidikan adalah hak asasi yang mendasar, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Indonesia senantiasa mendesak Taliban untuk menyediakan akses seluas-luasnya terhadap pendidikan untuk perempuan,” demikian pernyataan dari Kementerian Luar Negeri RI, awal tahun ini.
Indonesia juga sangat yakin bahwa partisipasi perempuan dalam segala bidang kehidupan masyarakat Afghanistan sangat penting bagi terwujudnya Afghanistan yang damai, stabil, dan sejahtera.
3. Taliban larang perempuan berkuliah
Sejak berkuasa pada 2021, Taliban telah memberlakukan peraturan yang melarang kebebasan bagi perempuan. Salah satunya adalah tidak mengizinkan perempuan kuliah dan bekerja untuk organisasi non-pemerintah.
Selain larangan berkuliah dan bekerja di LSM, Taiban juga menutup sebagian sekolah menengah khusus perempuan di sebagian provinsi di negara tersebut.
Perempuan juga dilarang memasuki taman dan pusat kebugaran serta sejumlah tempat umum lainnya.
Baca Juga: Menlu Taliban Diizinkan PBB Bertemu Diplomat Pakistan dan China