Peran Diplomasi Indonesia untuk Sukseskan KTT G20

Presidensi Indonesia di G20 berada di masa sulit

Jakarta, IDN Times - Kurang lebih dua pekan lagi, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 digelar di kawasan Nusa Dua, Bali. Memegang kursi presidensi sejak 1 Desember 2021 lalu, Indonesia ternyata adalah negara berkembang pertama yang menjadi tuan rumah G20.

Mengangkat tema besar ‘Recover Together, Recover Stronger’, Indonesia mengajak seluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang, untuk saling bekerja sama memulihkan dunia serta tumbuh lebih kuat.

Presidensi Indonesia di G20 pun melibatkan begitu banyak pihak dari pemerintah maupun swasta serta para pemangku kepentingan, salah satunya adalah Kementerian Luar Negeri RI.

Presidensi G20 Indonesia yang mengemban misi pulih bersama memiliki tiga sektor prioritas, yaitu arsitektur kesehatan global, transisi energi, dan transformasi digital.

Ketiga prioritas tersebut diharapkan dapat berkontribusi dalam percepatan pemulihan situasi global yang inklusif.

Meski demikian, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, Presidensi Indonesia di G20 tidak mudah. Pasalnya, presidensi saat ini dipegang di saat pandemik belum sepenuhnya selesai dan kondisi dunia belum pulih, namun dunia harus kembali dihadapkan dengan perang antara Rusia dan Ukraina yang mengganggu rantai pasok pangan.

1. Indonesia punya track record bagus di kancah dunia

Peran Diplomasi Indonesia untuk Sukseskan KTT G20Co Sherpa G20, Dian Triansyah Djani. (IDN Times/Sonya Michaella)

Sejak Indonesia terpilih menjadi presiden G20, Kemlu gencar mempromosikan Indonesia lewat diplomasi untuk kesuksesan G20. Tak diragukan, hampir semua negara di dunia menyatakan dukungannya terhadap Presidensi Indonesia di G20.

Dalam salah satu live Instagram Kemlu RI, Co Sherpa G20, Dian Triansyah Djani mengatakan bahwa kesuksesan rangkaian pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia sangat memerlukan dukungan seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri.

“’Leaving no one behind' adalah prinsip penting untuk keluar dari krisis saat ini. Bentuk nyatanya adalah Presidensi Indonesia mengundang wakil dari negara-negara pulau kecil di Karibia dan Pasifik untuk turut berpartisipasi pada pertemuan-pertemuan G20,” kata Trian, sapaan akrabnya.

Trian menambahkan, kepemimpinan Indonesia dalam G20 dibangun dari berbagai modalitas, termasuk peran dan kontribusi di panggung regional dan global yang sudah diperhitungkan. Dari jalur diplomasi, Indonesia telah memiliki track record yang baik di kancah multilateral dan regional.

“Selama ini, ada kepercayaan dunia kepada Indonesia sebagai bridge builder yang bisa menjembatani banyak kepentingan. Indonesia juga memiliki kekuatan demografi dan populasi, portfolio sebagai ekonomi terbesar di ASEAN, serta menjadi emerging economy yang penting di Asia,” ujar Trian lagi.

Modalitas ini harus dimanfaatkan. Kekuatan ini memberikan tempat bagi Indonesia untuk aktif mendorong penguatan keuangan dan pembangunan global, bersama-sama para ekonomi raksasa dunia di dalam G20.  

“Menjaga kesatuan, atau unity, adalah tanggung jawab Indonesia sambil memastikan bahwa agenda prioritas G20 terus dibahas. Inilah prinsip-prinsip yang dipegang Indonesia dalam seluruh rangkaian pertemuan G20, termasuk langkah untuk mengundang Ukraina ataupun perwakilan negara-negara berkembang yang dapat berkontribusi di KTT G20 di bulan November nanti,” sambungnya.

Baca Juga: Harus Pakai ID Card saat G20, Wisatawan Tak Jadi Nginap di Nusa Dua

2. Indonesia memastikan kerja G20 tetap utuh

Peran Diplomasi Indonesia untuk Sukseskan KTT G20(g20.org/media)

Retno juga gencar mempromosikan tema besar Presidensi G20 Indonesia. Setiap melakukan kunjungan kerja, Retno selalu menyelipkan bahwa G20 harus sukses meski di tengah kondisi geopolitik dunia yang tidak menentu.

Penekanan ini disampaikan Retno salah satunya dalam pertemuan Global Governance Group Ministerial Meeting di New York, Amerika Serikat pada 21 September 2022.

“Kita menghadapi masalah baru dan mendesak, yaitu meningkatnya ketegangan geopolitik, dampak buruk konflik Ukraina dan Rusia hingga ketahanan pangan dan energi global serta munculnya darurat kesehatan baru,” kata Retno kala itu.

“Meski ada perpecahan, sebagai Presiden G20, Indonesia bekerja keras untuk memastikan kerja G20 tetap utuh. Indonesia tidak bisa dan tidak akan tinggal diam,” tambahnya.

Retno kembali menegaskan bahwa salah satu fokus Presidensi G20 adalah hasil yang tidak hanya bermanfaat untuk anggota G20, tetapi juga negara lain, khususnya negara berkembang.

“Kita tidak bisa membiarkan G20 disandera oleh dinamika poliitik,” tutur Retno.

3. Pertemuan Menlu G20 sukses, dihadiri AS dan Rusia

Peran Diplomasi Indonesia untuk Sukseskan KTT G20Menlu RI Retno Marsudi membuka pertemuan Menlu G20 di Bali. (dok. Kemlu RI)

Salah satu pertemuan di dalam rangkaian G20 adalah pertemuan menteri luar negeri yang digelar pada 7-8 Juli 2022 di Nusa Dua, Bali. Di pertemuan ini, Retno sukses mengumpulkan semua menlu negara anggota dan juga menlu negara undangan.

Bahkan, Menlu Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan Menlu Rusia Sergey Lavrov berada di dalam satu ruangan, saat konflik Rusia dan Ukraina sedang panas-panasnya.

Dalam pidato pembukaannya, Retno menyinggung soal keanekaragaman dan multilateralisme. Kala itu, pertemuan dibagi menjadi dua sesi, yakni sesi multilateralisme dan sesi soal ketahanan pangan dan energi.

Selain itu, Retno juga mengajak seluruh dunia untuk bersama-sama mencari solusi dari berbagai krisis global, mulai dari pandemik COVID-19 hingga krisis pangan imbas perang Rusia dan Ukraina.

“Situasi dunia saat ini membuat orang kehilangan kepercayaan pada multilateralisme, dan kapasitasnya untuk merespons secara efektif tantangan global,” kata Retno.

Retno menambahkan, dunia harus memiliki tanggung jawab untuk menjaga multilateralisme, untuk menghasilkan solusi.

“Suara semua negara, besar dan kecil, Utara dan Selatan, maju dan berkembang, semua harus didengar,” tegasnya.

Retno juga meminta semua pihak untuk saling menghormati dan memperkuat kepercayaan strategis, serta menjunjung tinggi etika dalam pergaulan internasional.

“Ungkapan-ungkapan dalam Piagam PBB jelas, untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional, untuk mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa dan untuk mencapai kerja sama internasional dalam memecahkan masalah internasional,” tutur dia.

Ia juga menyerukan agar semua perang yang ada di dunia segera dihentikan dan menyelesaikan semua perbedaan di meja perundingan, bukan di medan perang.

4. Pertama kalinya di G20, negara-negara berkembang diundang

Peran Diplomasi Indonesia untuk Sukseskan KTT G20Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di G20 FMM (youtube.com/MoFA Indonesia)

Presidensi G20 tahun in juga menjadi gelaran pertama yang mengundang negara-negara berkembang. Hal ini merupakan misi Indonesia agar suara negara berkembang didengar, serta manfaat dari G20 juga dirasakan mereka.

Menurut Indonesia, kepentingan negara berkembang ini juga perlu diperhatikan.

“Inilah sebabnya mengapa kami mengundang untuk pertama kalinya, perwakilan dari negara-negara berkembang pulau kecil. Saudara dan saudari kita dari PIF dan CARICOM, bersama dengan Uni Afrika,” ujar Retno.

“Karena di dunia yang terpolarisasi ini, kepentingan mereka juga penting dan perhatian mereka juga menjadi perhatian kita,” sambung Retno.

Perhatian khusus Indonesia sebagai presiden G20 untuk negara-negara kecil dan berkembang salah satunya adalah proyek pembangunan.

“Setidaknya ada 10 proyek konkret yang menjadi deliverable konkret yang Indonesia dorong di bawah Presidensi G20 tahun ini di sektor energi, perubahan iklim, kelautan, mitigasi bencana, dan pendanaan yang terkait langsung dengan kepentingan negara kepulauan kecil,” ungkap dia.

5. G20 harus bisa mengatasi krisis pangan global

Peran Diplomasi Indonesia untuk Sukseskan KTT G20Presidensi Indonesia di G20. (IDN Times/Aditya Pratama)

Salah satu permasalahan yang harus dipecahkan oleh G20 adalah krisis pangan global. Menurut Retno, pada pertemuan menlu G20 beberapa bulan lalu, sejumlah negara telah menyerukan kemitraan dan kolaborasi yang lebih kuat, dalam mencapai ketahanan pangan dan energi.

Sejumlah negara disebut menggarisbawahi kesiapan mereka untuk mengatasi kesulitan dalam melakukan perdagangan pangan dan pupuk, termasuk pembayaran, asuransi, logistik, dan hal lainnya.

“Banyak negara peserta menyatakan dukungannya terhadap upaya Sekjen PBB menyediakan ‘jalur yang aman’ terkait pasokan pangan. Mengintegrasikan kembali makanan dan pupuk dari Ukraina dan Rusia ke pasar global sangat penting,” tuturnya.

Akibat dinamika geopolitik saat ini, harga-harga barang pokok pun melonjak, tak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara maju. Memang, negara berkembang adalah negara yang paling terpengaruh terutama negara-negara berpenghasilan rendah dan negara-negara berkembang di kepulauan kecil.

Baca Juga: G20 Dinilai Jadi Momentum Jokowi Jadikan RI Sebagai Negara Besar

6. Presidensi Indonesia di G20 berada di masa sulit

Peran Diplomasi Indonesia untuk Sukseskan KTT G20Tank Ukraina berjalan menuju kota, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengesahkan operasi militer di bagian timur Ukraina, di Mariupol, Ukraina, Kamis (24/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria.

Retno pun mengakui bahwa presidensi Indonesia di G20 tahun ini berada di masa yang cukup sulit, dari pandemik yang belum tuntas hingga tensi geopolitik yang meruncing.

“Dalam kondisi normal saja, negosiasi di G20 tidak pernah mudah, apalagi dalam kondisi saat ini di mana posisi negara benar-benar terdapat gap yang cukup lebar antara satu posisi dengan posisi yang lain. Sehingga dapat dibayangkan tingkat kesulitan saat ini seperti apa. Itu adalah faktanya,” kata Retno pada jumpa pers, 13 Oktober 2022 lalu.

“Tugas Indonesia sebagai presiden G20 adalah mengelola agar dinamika yang sangat luar biasa tersebut tidak merusak seluruh bangunan G20,” sambugnya.

Menlu perempuan pertama Indonesia ini kembali menegaskan bahwa G20 tidak boleh gagal, di mana hasil kerjanya ditunggu oleh masyarakat dunia.

“Taruhannya terlalu besar jika G20 gagal karena menyangkut nasib dan kesejahteraan miliaran penduduk dunia, terutama di negara berkembang. Oleh karena itu, Indonesia terus mengajak negara anggota G20 untuk menunjukkan tanggung jawabnya kepada dunia,” ungkap Retno.

7. Persiapan KTT G20

Peran Diplomasi Indonesia untuk Sukseskan KTT G20Upacara pembukaan G20 Indonesia (g20.org)

KTT G20 bakal digelar pada 15-16 November 2022. Retno membeberkan bahwa Indonesia tidak menerima respons negatif terkait konfirmasi kehadiran para pemimpin negara G20.

“Koordinasi dengan perwakilan negara G20 dan juga negara-negara undangan terus dilakukan untuk mempersiapkan partisipasi para Pemimpin. Jadi perwakilan mereka yang ada di Indonesia terus mempersiapkan ground working-nya untuk kehadiran para leaders-nya,” tutur dia.

Retno juga mengungkapkan, semua persiapan logistik G20 berjalan dengan baik dan tinggal beberapa persen lagi yang harus diselesaikan, di mana sifatnya minor.

“Persiapan akan terus kita matangkan hingga hari-H sehingga kita benar-benar siap menggelar perhelatan besar ini,” pungkasnya.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya