Sekjen ASEAN Apresiasi Suksesnya Pertemuan AMM/PMC
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn mengapresiasi gelaran pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN atau ASEAN Foreign Ministerial Meeting - Post Ministerial Meeting (AMM/PMC) yang diselenggarakan pekan lalu di Jakarta.
“Terima kasih Indonesia karena telah menyelenggarakan AMM PMC dengan sukses, terutama untuk Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi,” kata Kao, di Sekretariat ASEAN, Selasa (18/7/2023).
Kao juga menyebutkan, dalam tujuh bulan keketuaan Indonesia di ASEAN, organisasi ini mengalami banyak kemajuan.
1. Diplomasi batik di AMM/PMC
Di dalam salah satu pertemuan yaitu East Asia Summit (EAS), semua menteri luar negeri yang hadir kompak memakai batik. Hal ini merupakan jurus Indonesia untuk lebih memperkenalkan batik ke negara-negara lain.
Dari Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken hingga Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, tampak cocok dengan batik masing-masing.
EAS merupakan satu forum kawasan yang melibatkan 18 negara peserta EAS, yaitu 10 negara ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Ada 239 Pertemuan Bilateral dan 6 Trilateral di Sela-sela AMM/PMC
2. ASEAN harus maju dan berkembang
Editor’s picks
Membuka pertemuan pleno Menlu ASEAN pada Selasa, 11 Juli 2023 lalu, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menekankan dua hal untuk memajukan ASEAN ke depan.
“ASEAN matter jika ada kredibilitas. Ini berarti pelaksanaan Piagam ASEAN secara konsisten termasuk dalam proses pengambilan keputusan dalam situasi darurat,” kata Retno dalam pidato pembukaannya.
“Kita harus membuktikan bahwa persatuan kita akan bisa menghadapi tantangan, serta siap untuk antisipasi dan merespons rintangan di depan,” lanjut Retno.
Kedua, Retno menambahkan, ASEAN menjadi penting jika tetap menjadi 'pengemudi' untuk menavigasi dinamika regional.
“Kita perlu mengirimkan pesan yang jelas bahwa ASEAN tidak akan pernah menjadi proxy dalam persaingan para kekuatan besar. Treaty of Amity and Cooperation (TAC) harus dipatuhi semua. ASEAN harus menjadi yang terdepan dalam membangun arsitektur kawasan yang inklusif,” tutur Retno.
3. Perluas keterlibatan inklusif ASEAN dengan kawasan lain
Kemudian, Retno menegaskan minilateralisme harus menjadi landasan bagi perdamaian stabilitas dan kemakmuran di Indo Pasifik.
“Inilah mengapa kita perlu memperluas keterlibatan inklusif kita dengan kawasan lain, seluruh kawasan Indo Pasifik, termasuk dengan Forum Kepulauan Pasifik (PIF) dan Indian Ocean Rim Association (IORA),” ungkap dia.
Baca Juga: Junta Myanmar Kecam ASEAN karena Tak Diundang ke AMM