Terparah dalam 30 Tahun, Banjir Afrika Selatan Telan 443 Korban Jiwa

40 ribu warga juga terlantar dan 13 ribu rumah hancur

Jakarta, IDN Times - Korban tewas banjir di pantai timur Afrika Selatan, tepatnya Provinsi KwaZulu-Natal, terus meningkat. Kini, tercatat ada 443 korban tewas dan puluhan orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Selain itu, sebanyak 13.500 rumah juga hancur dan sekitar 40 ribu warga terlantar. Mereka harus tinggal di penampungan yang dibangun oleh pemerintah setempat.

Baca Juga: Banjir Bandang Melanda Afrika Selatan, 45 Orang Meninggal Dunia

1. Korban tewas terus meningkat

Terparah dalam 30 Tahun, Banjir Afrika Selatan Telan 443 Korban JiwaPresiden Afrika Selatan dan Ketua Uni Afrika, Cyril Ramaphosa, sedang berbicara dalam rapat virtual dengan pemimpin negara-negara anggota Uni Afrika pada 20 Juli 2020. (Facebook.com/Cyril Ramaphosa)

Sempat berada di angka 250, kini korban tewas akibat banjir tersebut mencapai 443 jiwa. Sementara itu, korban luka tercatat ada 55 orang. Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyebut, banjir ini adalah banjir yang terparah di Afrika Selatan, selama 30 tahun terakhir.

"Pemulihan dari bencana ini membutuhkan kerja sama dari semua pihak," kata Ramaphosa, dikutip dari The Guardian, Senin (18/4/2022).

Baca Juga: Presiden Afrika Selatan Salahkan NATO dalam Perang Ukraina-Rusia

2. Pencarian korban memakan waktu cukup lama

Terparah dalam 30 Tahun, Banjir Afrika Selatan Telan 443 Korban JiwaIlustrasi banjir (IDN Times/Mardya Shakti)

Upaya pencarian korban dilaporkan lambat dan memakan waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan oleh cuaca buruk yang terus menerus melanda KwaZulu-Natal.

Hujan lebat yang turun dalam beberapa pekan di KwaZulu-Natal menyebabkan banjir bandang. KwaZulu-Natal sendiri merupakan kota yang menjadi destinasi wisata paling populer di Afrika Selatan.

Baca Juga: Kebakaran Melanda Gedung Parlemen Afrika Selatan

3. Ratusan sekolah dan rumah sakit hancur

Terparah dalam 30 Tahun, Banjir Afrika Selatan Telan 443 Korban JiwaSuasana menjelang lockdown 21 hari sebagai langkah mencegah penularan COVID-19, di Cape Town, Afrika Selatan, pada 26 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Hutchings

Selain itu, kerugian juga dialami ratusan sekolah yang rusak akibat diterjang banjir. Hal yang sama juga dialami ratusan rumah sakit di provinsi itu.

"300 pekerja sosial telah kami kerahkan untuk membantu para korban yang kehilangan tempat tinggal," ucap Deputi Menteri Pembangunan Sosial Afrika Selatan Hendrietta Bogopane-Zulu.Tak hanya sekolah dan rumah sakit, sejumlah pabrik air minum pun hancur dan mengakibatkan para korban selamat di penampungan kini kekurangan air minum.

Topik:

  • Anata Siregar
  • Stella Azasya

Berita Terkini Lainnya