[WANSUS] Indonesia Ingin Serap Inovasi Teknologi Swedia

Wawancara khusus IDN Times dengan Dubes RI di Swedia

Jakarta, IDN Times - Swedia merupakan salah satu negara di wilayah Nordik yang memiliki hubungan bilateral cukup dekat dengan Indonesia, baik di sektor politik, ekonomi, perdagangan, investasi dan sektor lainnya.

Indonesia dan Swedia sendiri telah menjalin hubungan bilateral sejak 1950. Swedia tercatat merupakan mitra dagang terbesar Indonesia di wilayah Nordik dan wisatawan Swedia menempati urutan ke-4 terbesar dari Uni Eropa.

Menurut data Badan Pusat Statistik, total perdagangan kedua negara mengalami peningkatan sebesar 32 persen pada 2021. Sementara, ekspor Indonesia ke Swedia pada tahun yang sama juga meningkat sebesar 40 persen.

Untuk tahun ini, Indonesia dan Swedia pun serius menjajaki kerja sama di bidang inovasi dan energi terbarukan. Swedia juga melebarkan peluang kerja samanya ke ASEAN, di mana tahun ini Indonesia menjadi ketua ASEAN.

Berikut wawancara khusus IDN Times bersama Duta Besar RI untuk Swedia, Kamapradipta Isnomo dalam program Ambassador's Talk. 

Baca Juga: [WANSUS] Kisah Hillary Kena Omel Politisi Senior: Bocah Sok Idealis! 

1. Hubungan Indonesia dan Swedia sudah sejak 1950 hingga saat ini, kerja sama apa yang paling menonjol?

[WANSUS] Indonesia Ingin Serap Inovasi Teknologi Swedia(Bus Trans Jakarta yang menggunakan Scania dari Swedia) ANTARA FOTO/Fanny Octavianus

Betul sekali. Hubungan dengan Swedia sejak 1950. Nah, duta besar Indonesia di Swedia itu sejak 1954, sekian lamanya kita tempatkan dubes. Kita juga selalu berikan apresiasi ke Swedia, karena mereka satu dari beberapa negara Eropa yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Kalau kita hitung mundur, Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949 itu selesai, satu tahun setelah berakhirnya KMB, Swedia langsung mengakui kemerdekaan Indonesia.

Untuk kerja sama, Swedia ini unggul di inovasi dan teknologi. Mereka juga punya kelebihan di transisi energi, green economy. Swedia ini bisa 90 persen pemakaian kebutuhan energi mereka berasal dari non fossil fuel. Atas dasar 2 hal tersebut, Indonesia punya banyak proyek kerja sama, antara lain, pertama soal sektor perhubungan, Indonesia bekerja sama dengan perusahaan swasta, yaitu menerima funding untuk membuat infrastruktur transportasi bus elektrobik atau EV bus. Ini yang kita dorong terus.

Mereka juga menawarkan energi terbarukan PLTB dan PLTS. Yang menarik, mereka tawarkan teknologi panas bumi, karena mereka tahu Indonesia punya banyak gunung berapi aktif. Lalu di bidang inovasi dan teknologi, banyak kerja sama kita dengan industri Swedia, salah satunya perusahaan terbesar yang membuat bearing kendaraan. Di setiap kendaraan, motor sampai kapal selam dan kapal jet itu ada komponen klaker, ini kita banyak kerja sama dengan mereka. Tahun lalu, Swedia investasi pabrik manufacturing center pertama di Cakung, nilainya 70 juta dolar AS, dan sudah beroperasional.

Nah ini, kita harus memanfaatkan keunggulan inovasi Swedia untuk belajar dan menyerap ilmu mereka.

2. Berdasarkan data, nilai perdagangan Indonesia dengan Swedia ini naik terus. Ekspor impor bagaimana?

Pertumbuhan ekoonomi, perdagangan itu naik sejak saya mulai jadi dubes sekitar tahun 2020 di sini, hingga 2022 itu kenaikannya 43 persen. Jadi tahun 2020 itu karena pandemik, total nilai perdagangan itu 610 juta dolar AS. Tahun 2021, 801 juta dolar AS dan tahun lalu 873 juta dolar AS. Ekspor kita juga naik, tahun 2020 175 juta dolar AS dan tahun lalu 253 juta dolar AS.

Kalau bicara impor, impor itu sebagian besar volumenya memang jauh di bawah Indonesia, tetapi dari segi value, sangat tinggi. Mereka ekspor peralatan pemanas dan dingin. Di gedung-gedung di Jakarta dan kota besar di Indonesia itu banyak komponen mesin buatan Swedia. Di sini juga ada industri otomotif yang cukup besar. Mereka banyak ekspor komponen mesin kendaraan, lalu obat-obatan. Misalnya vaksin Astrazeneca.

Dari Indonesia, kita sediakan produk unggulan kita yakni lemak dan minyak nabati. Ini dipakai mereka untuk bio fuel, karena mereka sudah tidak memakai fossil fuel lagi. Minyak dari petrolium ini mereka campur dengan bio fuel yang mereka impor dari Indonesia. Peningkatan cukup signifikan ya, ekspor kita 53 juta dolar AS. Tahun lalu naik 135 juta dolar AS, khususnya minyak nabati. Lalu ekspor terbesar kedua kita itu furnitur. Ini, meski mereknya IKEA, tapi bahan bakunya dan produksi itu di Indonesia. Mereka bekerja sama dengan mitra-mitra kita di Indonesia. Jadi, designed by Sweden and made in Indonesia.

Lalu pakaian jadi. Ini kita kerja sama dengan H&M. Mereka bermitra dengan 25 perusahaan UMKM Indonesia yang mempekerjakan 90 persen perempyan, mereka ada di Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra. Produksinya ada di Indonesia, nah ini mereka pasarkan ke luar Indonesia. Paling hanya 10 sampai 15 persen yang mereka pasarkan di Indonesia, sisanya ke Australia, Jepang, India, China. Ini juga salah satu strategi saya untuk mendorong, menggiring mereka untuk menjadikan Indonesia jadi hub mereka, bikin pabrik di Indonesia, jadi ekspor ke negara lain tidak dikenakan tarif karena kita kan sudah Asia Free Trade Area.

Ini juga bisa menyejahterakan rakyat kita karena memberi mereka lapangan pekerjaan.

Nah untuk pakaian jadi wanita ini juga ekspor yang terbesar dari Indonesia. Swedia itu tingkat vanity-nya cukup tinggi. Mereka terkenal sangat up to date ke fesyen dan mengutamakan ramah lingkungan. Ini poin yang saya ingatkan ke eksportir Indonesia, pastikan sesuai dengan aturan Swedia yang ramah lingkungan. Biasanya ekspor dari kita ada labelnya.

3. Soal kopi Indonesia, bagaimana pasarnya di Swedia?

[WANSUS] Indonesia Ingin Serap Inovasi Teknologi SwediaPartisipasi KBRI Stockholm di Balttour 2023. (dok. KBRI Stockholm)

Untuk kopi, importir Swedia memang minta dihubungkan langsung dengan pemilik perkebunan kopi di Indonesia atau asosiasi kopi Indonesia. Mereka tidak mau lewat pihak ketiga karena sadar bahwa yang mereka beli akan bermanfaat ke petani kopi Indonesia. Mereka peduli dengan Sustanaible Development Goals, salah satunya menyejahterakan petani.

Pesaing kopi kita di sini cukup berat ya, ada Kolombia, Brasil dan Vietnam. Mereka sangat profesional. Saya selalu tekankan, tolong pelajari apa yang mereka lakukan. Swedia ini kan punya budaya fika, atau minum kopi bersama kolega, teman, keluarga. Biasanya jam 10 pagi atau 3 sore. Mereka ini rela membayar kopi mahal asal enak dan ada label fair trade.

Baca Juga: Salinan Al-Quran Dibakar di Swedia saat Idul Adha

4. Terkait isu kawasan, Swedia ini tertarik untuk bergabung ke TAC ASEAN, bagaimana prosesnya? Apa yang membuat Swedia melirik ASEAN?

[WANSUS] Indonesia Ingin Serap Inovasi Teknologi SwediaMenteri Luar Negeri RI Retno Marsudi perkenalkan logo keketuaan Indonesia di ASEAN 2023. (dok. Kemlu RI)

Sudah lama Swedia ini menjalin hubungan bilateral dengan Asia Tenggara. Hubungan Swedia paling lama ini dengan Thailand. Di Asia Tenggara, ada sekitar 700 perusahaan Swedia, di Indonesia ada sekitar 90 perusahaan.

Turis Swedia juga kerap mengunjungi Asia Tenggara pada musim dingin sekitar bulan November sampai April. Mayoritas dari mereka itu ke Thailand dan Indonesia.

Swedia sendiri melihat kawasan ASEAN ini diproyeksikan akan terus meningkat pertumbuhan ekonominya. Motornya ini Indonesia, Thailand, Vietnam dan Filipina. ASEAN punya peran sentral dari segi geopolitik dan strategis, soal Indo Pasifik juga. Mereka sadar keberadaan ASEAN ini cukup penting. Ini bisa jadi jangkar mereka untuk memproyeksikan politik luar negeri Swedia ke Indo Pasifik dan Asia Pasifik. Pijakannya di ASEAN.

Mereka juga ingin berkontribusi dengan ASEAN di bidang-bidang yang mereka sudah unggul seperti isu lingkungan, HAM, inovasi. Surat permohonan resminya sudah diserahkan ke Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada 13 Mei 2023, yang nantinya akan diserahkan ke Sekjen ASEAN. Pada pertemuan ASEAN Minister Meeting bulan depan, akan diagendakan pembahasan ini. Untuk menjadi bagian dari TAC ini, semua anggota harus konsensus.

Baca Juga: [WANSUS] Dua Kali Kejuaraan Dunia MXGP Samota, Sumbawa Dapat Apa? 

5. Beralih ke isu WNI, ada berapa WNI yang tinggal di Swedia dan apa profesi mereka di sana?

[WANSUS] Indonesia Ingin Serap Inovasi Teknologi SwediaPPI Scania (Malmo, Swedia) ikut serta dalam International Festival di Lund University, Malmo, Swedia. (dok. PPI Scania)

WNI di sini total ada 1.549 orang dan 200 di antaranya itu pelajar yang tergabung di PPI. Swedia ini penduduknya sedikit. Penduduk sebanyak seperti Jakarta tetapi luas negaranya seperti Pulau Sumatra.

Nah, sebagian warga Indonesia yang tinggal di sini itu bekerja di perusahaan-perusahaan Swedia. Sebagian dari mereka itu awalnya kuliah S2 dan S3 lalu lanjut kerja. Ada yang ambil science, engineering, farmasi, IT, dan komputer.

WNI yang bekerja di sini terkenal pintar dan bekerja keras. Ini yang disukai oleh perusahaan Swedia. Saya menemukan mereka itu bekerja di Erricson, Volvo, Scania, H&M, IKEA dan posisinya pun tidak main-main. Ada yang sudah manajer, researcher, bahkan ada yang sudah setara Vice President di Erricson. Saya turut bangga para WNI ini sukses di Swedia.

Untuk catatan bagi para WNI yang ingin bekerja di Swedia ini harus membayar pajak sebesar 39 persen dan progresif sampai 59 persen. Tetapi kita sudah gak mikir soal kesehatan, kesehatan keluarga, pendidikan anak. Karena itu semua gratis, dibiayai pemerintah. Sekolah anak misalnya, dari TK sampai kuliah itu gratis. Free.

Kalau mau beli properti atau rumah itu bisa dapat bunga yang rendah karena kita membayar pajak. Dan untuk beli abonemen transportasi sehari-hari juga disubsidi karena kita bayar pajak. Ketika kita pensiun, pendapatan yang kita dapat dari uang pensiun itu adalah 40 persen dari jumlah penghasilan terakhir kita.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya