Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi penangkapan (unsplash.com/Kindel Media)

Jakarta, IDN Times - Pihak berwenang Suriah, pada Senin (23/6/2025), mengumumkan penangkapan tersangka yang terkait serangan bom bunuh diri di sebuah gereja di Damaskus.

Sedikitnya 25 orang tewas dan 63 lainnya terluka akibat penembakan dan serangan bom bunuh diri di gereja Saint Elias di distrik Dwelaa pada Minggu (22/6/2025). Pihak berwenang menuding para pelaku berafiliasi dengan kelompok ISIS.

"Pihak berwenang telah berhasil menangkap sejumlah pelaku yang terlibat dalam serangan tersebut serta penyitaan sejumlah alat peledak dan sebuah sepeda motor yang telah dipasangi bom. Operasi keamanan itu dilakukan di dekat Damaskus terhadap sel-sel yang berafiliasi dengan kelompok teroris Daesh (ISIS)," demikian laporan dari Kementerian Dalam Negeri Suriah.

1. Masalah keamanan menjadi tantangan besar bagi pemerintah baru

Pengumuman penangkapan tersebut disampaikan beberapa jam setelah Presiden Ahmed al-Sharaa berjanji akan menangkap semua pihak yang terlibat dalam serangan tersebut.

"Kami berjanji bahwa kami akan bekerja siang dan malam, mengerahkan semua badan keamanan khusus kami, untuk menangkap semua orang yang berpartisipasi dan merencanakan kejahatan keji ini dan membawa mereka ke pengadilan," kata Sharaa dalam sebuah pernyataan pada Senin, dikutip dari The New Arab.

Dalam beberapa bulan terakhir, Suriah telah menyaksikan sejumlah insiden kekerasan sektarian. Sejak pemerintah baru mengambil alih kekuasaan usai menggulingkan pemimpin lama Bashar al-Assad pada Desember 2024, komunitas internasional telah berulang kali menyerukan agar kelompok minoritas dilindungi dan dilibatkan dalam masa transisi di Suriah.

Menurut lembaga pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, serangan pada Minggu merupakan bom bunuh diri pertama yang menargetkan gereja di Suriah sejak perang saudara meletus di negara tersebut pada 2011. Serangan itu juga merupakan yang pertama terjadi di ibu kota Suriah sejak lengsernya Assad.

2. Kecaman mengalir dari dalam dan luar negeri

Dalam kunjungannya ke lokasi kejadian, Patriark Yunani Ortodoks Antiokhia, Yohanes X, mengatakan bahwa upacara pemakaman bagi sebagian korban akan dilaksanankan pada Selasa (24/6/2025). Ia juga mengimbau kepada para pemuka agama dan umat Kristiani agar tidak merasa takut.

Ulama terkemuka komunitas Muslim Sunni di Suriah, Mufti Agung Osama al-Rifai, turut mengecam tindakan kekerasan dan terorisme tersebut.

“Kami menyatakan penolakan penuh terhadap penargetan tempat ibadah dan teror terhadap orang-orang beriman,” katanya dalam sebuah pernyataan pada Senin.

Kecaman juga mengalir deras dari pemimpin luar negeri. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa Ankara tidak akan membiarkan kelompok ekstremis menyeret Suriah kembali ke dalam kekacauan, dan berjanji akan terus mendukung perjuangan pemerintah Suriah melawan terorisme. Sementara itu, Uni Eropa (UE) menyatakan solidaritasnya dengan Suriah dalam memerangi kekerasan etnis dan agama.

“Ini adalah pengingat akan perlunya mengintensifkan upaya melawan ancaman teroris dan memastikan kekalahan abadi Daesh (ISIS) dan organisasi teroris lainnya,” kata juru bicara kebijakan luar negeri UE, Anouar El Anouni.

3. PBB minta Suriah jamin perlindungan warga sipil

Dilansir dari France24, koordinator residen dan kemanusiaan PBB untuk Suriah, Adam Abdelmoula, mendesak Suriah untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjamin perlindungan warga sipil. Ia menyatakan bahwa tidak ada ruang bagi kekerasan dan ekstremisme.

Komunitas Kristen di Suriah telah menyusut dari sekitar 1 juta orang sebelum perang menjadi kurang dari 300 ribu orang akibat gelombang pengungsian dan emigrasi.

ISIS sempat menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak pada masa-masa awal perang saudara, dan mendeklarasikan kekhalifahan lintas batas pada tahun 2014. Meskipun kelompok tersebut berhasil dikalahkan pada 2019, mereka masih tetap mempertahankan kehadiran mereka, terutama di wilayah gurun Suriah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama