Swedia Tolak 13 Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Laut Baltik

- Pemerintah Swedia menolak rencana pembangunan 13 pembangkit listrik tenaga angin di Laut Baltik karena dapat membahayakan kemampuan pertahanan negara.
- Proyek-proyek ini dianggap mengganggu radar militer dan memperlambat respons terhadap serangan misil, serta menciptakan tantangan baru dalam mendeteksi aktivitas musuh.
- Hanya satu proyek, yaitu proyek Poseidon di pantai barat Swedia, yang disetujui dengan alasan keamanan sebagai prioritas utama.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Swedia mengumumkan penolakan terhadap rencana pembangunan 13 pembangkit listrik tenaga angin di Laut Baltik ada Senin (4/11/2024). Keputusan ini diambil setelah analisis oleh angkatan bersenjata Swedia menunjukkan bahwa proyek tersebut dapat membahayakan kemampuan pertahanan negara.
Menteri Pertahanan Swedia, Pål Jonson, menegaskan bahwa proyek-proyek ini akan menyulitkan deteksi ancaman dari udara dan laut, terutama dengan kedekatan Kaliningrad yang sangat militeristik. "Pembangunan proyek ini dapat mengakibatkan konsekuensi yang tidak dapat diterima bagi pertahanan Swedia," ujarnya dalam konferensi pers.
1. Dampak Keamanan dari proyek pembangkit listrik
Proyek pembangkit listrik tenaga angin yang direncanakan terletak antara Åland dan Selat Øresund. Jonson menjelaskan bahwa keberadaan turbin angin dapat mengganggu radar militer dan memperlambat respons terhadap serangan misil.
"Kami khawatir waktu peringatan untuk serangan misil bisa berkurang drastis," tambah Jonson, dilansir dari World Arabia.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap keputusan terkait infrastruktur energi harus mempertimbangkan dampaknya terhadap keamanan nasional. Lebih lanjut, Jonson menjelaskan bahwa kehadiran turbin angin dapat menciptakan tantangan baru dalam mendeteksi aktivitas musuh.
2. Proyek poseidon mendapatkan lampu hijau
Dari total 14 proyek yang diajukan, hanya satu, yaitu proyek Poseidon di pantai barat Swedia, yang disetujui. Proyek ini direncanakan menghasilkan 5,5 terawatt-jam per tahun dengan 81 turbin. Menteri Energi dan Industri, Ebba Busch, menekankan bahwa keputusan ini sulit namun keamanan adalah prioritas utama.
"Kami harus memastikan bahwa setiap langkah menuju energi terbarukan tidak mengorbankan keselamatan nasional," ujarnya, dikutip dari Reuters.
Busch juga menyatakan bahwa meskipun banyak negara NATO sedang memperluas penggunaan energi angin secara cepat, Swedia harus bertindak sesuai dengan situasi keamanan saat ini. "Keputusan ini mencerminkan tantangan besar dalam mencapai target energi terbarukan kami tanpa mengorbankan keamanan nasional," ungkapnya.
3. Tantangan energi dan pertahanan di Eropa
Keputusan Swedia juga mencerminkan kekhawatiran lebih luas tentang keamanan infrastruktur energi di Eropa. V Adm Didier Maleterre dari NATO, sebelumnya memperingatkan tentang ancaman terhadap infrastruktur bawah laut seperti kabel internet dan pipa gas.
"Kita harus waspada terhadap potensi gangguan yang ditimbulkan oleh tindakan Rusia," katanya dalam sebuah wawancara dengan media internasional, dilansir dari Channel News Asia.
Banyak negara Eropa kini menghadapi dilema serupa antara pengembangan energi terbarukan dan kebutuhan untuk melindungi infrastruktur kritis mereka. "Kita perlu merumuskan strategi yang holistik untuk memastikan bahwa kedua aspek ini dapat berjalan beriringan," kata seorang analis kebijakan.