Junta Niger Tuduh Prancis Kumpulkan Pasukan untuk Intervensi Militer

Prancis dituding kerahkan pasukan di negara-negara ECOWAS

Jakarta, IDN Times - Junta Niger menuduh Prancis mengumpulkan pasukan untuk kemungkinan intervensi militer setelah kudeta di negara Afrika itu. Paris disebut mempertimbangkan opsi untuk kolaborasi dengan blok regional Afrika Barat demi intervensi.

Menanggapi tudingan itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Minggu mengatakan, pemerintah hanya akan mengambil tindakan atas permintaan Mohamed Bazoum, pemimpin Niger yang digulingkan pada bulan Juli.

Baca Juga: Prancis Evakuasi 5 Perempuan Afghanistan yang Diancam Taliban

1. Prancis dituding pertimbangkan kerja sama dengan ECOWAS untuk intervensi

Diberitakan Associated Press, juru bicara junta Niger Mayor Amadou Abdramane mengatakan, Prancis juga mempertimbangkan kerja sama dengan Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) untuk intervensi militer.

“Prancis terus mengerahkan pasukannya di beberapa negara ECOWAS sebagai bagian dari persiapan agresi terhadap Niger,” kata Abdramane pada Sabtu (9/9/2023) malam lewat pernyataan yang disiarkan di televisi pemerintah.

Dikutip dari Reuters, Macron mengatakan bahwa Prancis tidak mengakui legitimasi apa pun terhadap pernyataan para pihak yang mengkudeta. Selain itu, ia menyebut Paris hanya akan melakukan sesuatu atas permintaan Bazoum.

“Jika kami mengerahkan sesuatu, itu hanya atas permintaan Bazoum dan berkoordinasi dengannya, bukan dengan orang-orang yang menyandera presiden,” ujarnya, dilansir Associated Press. Menurutnya, Prancis sepenuhnya mendukung posisi ECOWAS yang sempat mempertimbangkan intervensi guna memulihkan kedudukan Bazoum.

Baca Juga: Pasukan ECOWAS Diminta Siaga untuk Serang Junta Militer Niger  

2. Prancis dituduh kerahkan alutsista ke Pantai Gading, Senegal dan Benin

Sejak Bazoum digulingkan, junta Niger semakin gencar memanfaatkan sentimen anti-Prancis di kalangan warganya untuk memperoleh legitimasi atas kudeta. Itu juga dimanfaatkan demi melawan desakan komunitas internasional yang ingin Bazoum dipulihkan.

Sebelumnya, Niger merupakan mitra strategis Prancis dan negara Barat lainnya di Afrika. Peran negara bekas jajahan Paris itu dinilai krusial untuk memerangi milisi di kawasan Sahel.

Terkait pernyataan Abdramane, disebutkan Prancis telah mengerahkan pesawat militer dan kendaraan lapis baja di negara-negara seperti Pantai Gading, Senegal dan Benin untuk persiapan intervensi. 

“Inilah sebabnya Dewan Nasional untuk Perlindungan Tanah Air dan pemerintah transisi meluncurkan seruan serius kepada rakyat besar Niger untuk waspada dan jangan pernah melakukan demobilisasi sampai pasukan Prancis keluar dari wilayah kami,” ujar juru bicara junta Niger itu.

3. Jumlah tentara Prancis di Niger berkurang setelah kudeta

Pada Kamis, juru bicara militer Prancis Kolonel Pierre Gaudilliere mengatakan, hanya ada sedikit tentaranya yang berada di Niger. Sebelumnya, ada sekitar 1.500 pasukan Prancis yang bekerja sama dengan pasukan keamanan Niger untuk pukul mundur milisi terafiliasi ISIS.

"Semua aktivitas Perancis telah ditangguhkan sejak kudeta, oleh karena itu, deklarasi yang telah dibuat (sebelumnya oleh Prancis) adalah tentang menjajaki apa yang akan kami lakukan dengan kemampuan ini,” kata Gaudilliere, dikutip dari ABC News.

Baca Juga: Hadapi Ancaman Intervensi Militer ECOWAS, Niger Tutup Wilayah Udara

Syahreza Zanskie Photo Verified Writer Syahreza Zanskie

Feel free to contact me! syahrezajangkie@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya