Korut Sebut Utusan AS untuk HAM sebagai Pembantu Jahat

Korut ancam AS jika terus kritisi HAM di negaranya 

Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) melayangkan kritik kepada utusan baru Amerika Serikat (AS) yang ditugaskan memantau isu Hak Asasi Manusia (HAM) Pyongyang pada Selasa (2/8/2023). Korut bahkan memperingatkan AS soal konsekuensi jika terus mengkritik kondisi HAM di negaranya.

Diberitakan KCNA, Korut menyebut utusan HAM Julie Turner sebagai “wanita jahat” yang dipilih AS untuk jadi “pembantu rumah tangga politik”.

Pyongyang menilai penunjukkan Turner untuk melancarkan tudingan tanpa dasar terhadap riwayat HAM di wilayahnya.

1. Kritik Turner soal isu HAM Korut disebut tidak masuk akal

Melansir Associated Press, Turner dilantik oleh senat AS pada 27 Juli. Dia awalnya menjabat sebagai Direktur Asia Timur dan Pasifik di Departemen Luar Negeri AS.

Korut mengatakan, kritik terhadap HAM negaranya berkaitan dengan kebuntuan nuklir Washington-Pyongyang. Korut juga menyebut kritik Turner di masa lalu soal catatan HAM negaranya adalah hal yang tidak masuk akal. 

"Pernyataannya (Turner) yang absurd tidak lain hanyalah gerutuan dari seseorang yang tidak tahu bahkan konsep HAM atau pelanggar HAM yang mewujudkan kebiasaan buruk AS, yang lazim senang dengan campur tangan urusan internal negara berdaulat dan memfitnahnya," kata seorang juru bicara dari Asosiasi Studi HAM Korut, mengutip Reuters.

Korut lantas memperingatkan langkah itu bisa menjadi bumerang hingga menimbulkan masalah keamanan yang parah bagi AS, jika terus mengkritisi isu HAM di negaranya.

"Turner harus tahu bahwa dia dipilih sebagai pembantu rumah tangga politik dan kambing hitam atas plot 'HAM' untuk menekan Korut, kebijakan buruk yang ditetapkan oleh pemerintahan Joe Biden yang didorong ke dalam gesekan dalam konfrontasi nuklir Korut-AS,” lapor KCNA.

Baca Juga: Adik Kim Jong Un Ngamuk, Ancam Tembak Pesawat AS yang Terobos Korut

2. Korut ingin semakin mesra dengan Rusia dan China

Korut Sebut Utusan AS untuk HAM sebagai Pembantu JahatIlustrasi bendera Rusia dan China (twitter.com/mfa_russia)

Pekan lalu, Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un menjamu delegasi senior dari Rusia dan China. Mereka menyaksikan parade militer Pyongyang yang memamerkan rudal balistik antarbenua, yang dirancang untuk menghantam daratan AS. 

Menanggapi agenda itu, beberapa analis menilai Korut berusaha mempererat kemitraannya dengan Moskow dan Beijing. Mereka menyebut Pyongyang ingin bebas dari isolasi diplomatik dan bergabung ke dalam front yang melawan hegemoni AS.

Ketegangan di Semenanjung Korea belakangan meningkat usai Korut melakukan sejumlah uji coba rudal dalam beberapa tahun terakhir. Ini juga dipicu oleh AS dan Korea Selatan (Korsel) yang gencar lakukan latihan militer.

3. Sederet kritik keras Korut terhadap pejabat AS dan Korsel

Korut sensitif terhadap kritik negara lain yang mengarah kepada pemimpinnya. Pyongyang bahkan tak segan membalasnya dengan komentar keras terhadap sejumlah pejabat AS dan Korsel.

Hal yang disorot adalah kritik Korut menjadi blak-blakan ketika targetnya adalah wanita. Sebelumnya, Pyongyang menyebut mantan Presiden Korsel Park Geun-hye sebagai pelacur. 

Kemudian, eks Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton disebut sebagai wanita lucu yang terkadang terlihat seperti anak sekolah dasar, dan terkadang layaknya seorang pensiunan yang pergi berbelanja, dikutip ABC News.

Baca Juga: Jepang Akan Buang Limbah Nuklir, Korut: Berdampak Buruk untuk Ekologis

Syahreza Zanskie Photo Verified Writer Syahreza Zanskie

Feel free to contact me! syahrezajangkie@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya