Setahun Perang Rusia-Ukraina, China: Sanksi ke Moskow Harus Dihentikan

China usulkan proposal perdamaian

Jakarta, IDN Times - China, pada Jumat (24/2/2023), menyerukan Rusia-Ukraina melakukan gencatan senjata dan pembicaraan damai. Hal itu disampaikan Kementerian Luar Negeri China menanggapi setahun perang Rusia-Ukraina.

Sebelumnya, China mengklaim bersikap netral terkait perang tersebut. Namun, Beijing juga mempererat kemitraan dengan Moskow, hingga menolak mengkritik perang. Beijing juga menuduh Barat bertindak provokatif dengan mengirim senjata ke Kiev.

1. China serukan untuk diakhirinya sanksi terhadap Rusia

Setahun Perang Rusia-Ukraina, China: Sanksi ke Moskow Harus DihentikanPresiden Rusia, Vladimir Putin (kiri) dan Presiden China, Xi Jinping (kanan) (twitter.com/SpokespersonCHN)

Melansir Associated Press, dalam proposal terbaru yang berisikan 12 poin, China menyerukan pihak yang berkepentingan dalam perang untuk menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial semua negara. Namun, tidak ada pernyataan soal apa yang akan terjadi terhadap wilayah Ukraina yang telah diduduki Rusia.

China juga menyerukan untuk diakhirinya sanksi terhadap Rusia, yang menurutnya diterapkan secara sepihak. Beijing juga mengkritik aksi perluasan NATO secara tidak langsung dan mengutuk ancaman kekuatan nuklir.

“Saya tidak yakin bahwa kebijakan ini akan meningkatkan kredibilitas mereka sebagai broker yang jujur," kata Li Mingjiang, profesor dan pakar keamanan internasional di Universitas Teknologi Nanyang Singapura.

Setelah proposal itu dirilis, Kuasa Usaha di kedutaan Ukraina di Beijing Zhanna Leshchynska mengatakan, Kiev tidak ingin perdamaian dengan harga berapapun.

"Kami tidak akan menyetujui apa pun yang membuat wilayah Ukraina diduduki dan menempatkan orang-orang kami pada belas kasihan agresor," katanya.

Baca Juga: Dukung Resolusi PBB, Indonesia Harap Rusia-Ukraina Berunding 

2. Pejabat Rusia sambut baik proposal China  

Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari Kremlin. Namun, anggota parlemen Rusia, Leonid Slutsky, memuji proposal terbaru China. Menurut dia, rencana itu berisi langkah-langkah yang menandai berakhirnya hegemoni pihak Barat.

Sementara itu, Juru bicara pemerintah Jerman Wolfgang Buchner menyebut proposal itu berisi beberapa poin penting. Tetapi, kata Buchner, kehilangan satu penegasan yang pertama dan terpenting yakni penarikan pasukan Rusia dari Ukraina.

Pada Kamis, China memutuskan abstain dalam resolusi yang disetujui oleh Majelis Umum PBB, di mana Rusia diminta mengakhiri konflik dan menarik pasukannya di Ukraina.

3. Poin lain dari China terkait penyelesaian konflik Rusia-Ukraina  

Setahun Perang Rusia-Ukraina, China: Sanksi ke Moskow Harus DihentikanIlustrasi perang (pixabay.com/WikiImages)

Selain soal kedaulatan wilayah Kiev-Moskow dan pencabutan sanksi terhadap Rusia, China juga mencantumkan poin lainnya, yaitu mendesak kedua pihak mencegah serangan terhadap warga sipil beserta fasilitasnya. 

Langkah lainnya adalah menjaga keamanan fasilitas nuklir, membangun koridor kemanusiaan untuk warga sipil, dan memastikan kelancaran ekspor biji-bijian. 

China juga menyerukan diakhirinya mentalitas perang dingin, sebuah istilah yang digunakan Beijing menanggapi hegemoni Amerika Serikat dan NATO.

“Dialog dan negosiasi adalah satu-satunya solusi yang layak untuk krisis Ukraina.” tulis proposal oleh China, tanpa menawarkan rincian soal bentuk pembicaraan seperti apa yang harus dilakukan Rusia-Ukraina. 

Namun, pihaknya menegaskan bahwa China akan terus memainkan peran konstruktif dalam hal ini, dilansir ABC News.

Baca Juga: Rusia Tuduh Ukraina akan Serang Moldova Lewat Transnistria

Syahreza Zanskie Photo Verified Writer Syahreza Zanskie

Feel free to contact me! syahrezajangkie@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya