Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi militer (unsplash.com/@gonzalezgonzalezdiego)
ilustrasi militer (unsplash.com/@gonzalezgonzalezdiego)

Intinya sih...

  • Tentara Israel bunuh diri di pangkalan, total capai 61 personel.

  • Israel dan lonjakan bunuh diri sejak perang Gaza.

  • Rusia, Ukraina, dan militer dalam konflik aktif.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Jumlah tentara Israel yang bunuh diri kembali bertambah seiring berlanjutnya perang di Gaza. Kasus terbaru terjadi di dalam pangkalan militer, bukan di medan tempur. Media internasional mencatat angka ini sebagai bagian dari data yang meningkat sejak operasi militer besar-besaran dimulai pada Oktober 2023.

Fenomena tersebut menyoroti dampak internal konflik yang jarang dibahas secara terbuka oleh otoritas Israel.

1. Israel dan lonjakan bunuh diri sejak perang Gaza

ilustrasi militer (unsplash.com/@photosimon)

Media luar seperti Anadolu Ajansi dan Middle East Monitor melaporkan bahwa mayoritas kasus bunuh diri tentara Israel terjadi setelah eskalasi perang Gaza pada 2023. Insiden terbaru berlangsung di dalam pangkalan militer, bukan di medan tempur.

Laporan-laporan tersebut menekankan bahwa tekanan penugasan berulang dan operasi intensif menjadi konteks utama meningkatnya angka tersebut. Fenomena ini jarang disorot dalam pernyataan resmi pemerintah Israel.

2. Amerika Serikat dan dampak perang jangka panjang

ilustrasi militer (unsplash.com/@actuallyjoel)

Kasus serupa pernah menjadi isu besar di Amerika Serikat setelah perang Irak dan Afghanistan. Media internasional dan lembaga veteran mencatat bahwa bunuh diri di kalangan tentara dan veteran AS meningkat tajam pascaperang, bahkan melampaui jumlah korban di medan tempur pada periode tertentu.

Situasi itu memicu debat nasional tentang tanggung jawab negara terhadap dampak psikologis perang. Berbeda dengan Israel, isu ini relatif terbuka dibahas di ruang publik Amerika.

3. Rusia, Ukraina, dan militer dalam konflik aktif

ilustrasi militer (unsplash.com/@lancereis)

Dalam konflik Rusia-Ukraina, laporan media internasional juga mencatat kasus bunuh diri dan gangguan mental di kalangan tentara, meski data resminya terbatas. Baik Rusia maupun Ukraina cenderung menutup informasi terkait kondisi psikologis prajurit dengan alasan keamanan dan moral pasukan.

Pola ini mirip dengan Israel, di mana informasi lebih banyak muncul dari media dan bocoran internal dibanding pengakuan resmi. Perang aktif membuat isu kesehatan mental sering dianggap sensitif dan politis.

Perbandingan dengan negara lain menunjukkan bahwa bunuh diri di kalangan tentara bukan fenomena terisolasi, melainkan konsekuensi berulang dari perang berkepanjangan. Kasus Israel menempatkan negara tersebut dalam pola global yang sama dengan militer Amerika Serikat, Rusia, dan Ukraina.

Perbedaannya terletak pada keterbukaan dan pengakuan publik terhadap masalah tersebut. Selama konflik terus berlanjut, dampak internal semacam ini cenderung berulang, terlepas dari narasi resmi kemenangan atau keamanan nasional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team