Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Inggris Desak Pembebasan Tahanan Palestina dari Penjara Israel

seorang pengunjuk rasa memegang bendera Palestina (Matt Hrkac from Melbourne, Australia, CC BY 2.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/2.0>, via Wikimedia Commons)
seorang pengunjuk rasa memegang bendera Palestina (Matt Hrkac from Melbourne, Australia, CC BY 2.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/2.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Hussam Abu Safia jadi simbol tahanan Palestina yang ditahan secara tidak adil
  • Terdapat sekitar 9.300 narapidana dan tahanan politik Palestina di penjara Israel
  • Aksi di London bertujuan mengingatkan masyarakat bahwa perang di Gaza belum berakhir
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Puluhan orang di Inggris berkumpul di pusat kota London pada Sabtu (20/12/2025) untuk menyerukan pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel. Aksi ini digelar secara hening, dengan para peserta membawa poster dan mengenakan pita merah yang melambangkan bahaya serta urgensi, sebagai upaya menarik perhatian dunia terhadap kondisi para tahanan.

Adnan Hmidan, ketua Forum Palestina di Inggris sekaligus penyelenggara acara, mengatakan bahwa aksi ini tidak dimaksudkan sebagai demonstrasi atau protes, melainkan aksi solidaritas yang hening dan damai.

“Ada banyak cara untuk melakukan lobi dan kampanye. Kami menghormati berbagai bentuk protes, tetapi yang kami soroti di sini adalah isu-isu kemanusiaan. Mereka (para tahanan Palestina) adalah manusia. Mereka memiliki kisah masing-masing dan keluarga mereka sendiri,” kata Hmidan kepada Al Jazeera.

1. Hussam Abu Safia jadi simbol tahanan Palestina yang ditahan secara tidak adil

Perhatian khusus tertuju pada Hussam Abu Safia, mantan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza, yang ditahan oleh militer Israel pada Desember 2024. Pengacara dan keluarganya mengatakan bahwa dokter tersebut dipukuli, disiksa dan mengalami perlakuan tidak manusiawi selama dalam penjara.

“Kami jelas dalam menggunakan istilah ini — mereka adalah sandera, bukan sekadar tahanan biasa, dan simbol kami hari ini adalah Dr Hussam Abu Safia. Mereka menjemputnya dari rumah sakit saat ia masih mengenakan jas dokter putih dan membawanya dengan tank, di depan semua orang di rumah sakit itu,” kata Hmidan.

2. Terdapat sekitar 9.300 narapidana dan tahanan politik Palestina di penjara Israel

Addameer, organisasi hak asasi manusia Palestina yang memantau tahan politik, menyebutkan bahwa saat ini ada sekitar 9.300 narapidana dan tahanan politik Palestina yang mendekam di penjara-penjara Israel. Sebagian besar dari mereka ditahan tanpa pernah diadili atau didakwa.

Selain itu, sedikitnya 3.350 warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki juga ditangkap dan diklasifikasikan sebagai tahanan administratif. Status ini memungkinkan seseorang ditahan untuk jangka waktu tidak terbatas dan dapat diperpanjang tanpa adanya dakwaan maupun bukti telah melakukan pelanggaran.

Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel (PHRI) juga mengungkapkan bahwa di bahwa kendali kebijakan Itamar Ben-Gvir, menteri keamanan nasional Israel yang berhaluan kanan, fasilitas penahanan Israel telah secara efektif menjadi tempat penyiksaan dan kekerasan bagi tahanan Palestina. Kekerasan fisik, perampasan hak asasi manusia dan praktik penyiksaan yang sistematis telah menyebabkan puluhan warga Palestina meninggal dunia, dilansir dari BBC.

3. Aksi di London bertujuan mengingatkan masyarakat bahwa perang di Gaza belum berakhir

Dalam aksi di London, aktivis dan pembela hak asasi manusia mengatakan bahwa mereka berharap kampanye tersebut dapat membawa dampak nyata.

“Kehadiran kami di sini memiliki dua tujuan. Pertama, untuk mengingatkan bahwa ini belum berakhir—gencatan senjata ini hanya ada dalam nama, tidak efektif. Orang-orang seperti Dr Safia, yang merupakan pahlawan sejati, justru dipenjara dan disiksa, dan itu sama sekali tidak dapat diterima,” ujar Eva Nazem.

Sejak perang meletus pada Oktober 2023, lebih dari 70 ribu warga Palestina tewas akibat serangan Israel. Meskipun tahap pertama gencatan senjata telah disepakati pada Oktober lalu, Israel masih terus melakukan pelanggaran dengan melancarkan serangan dan menghalangi distribusi bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Penembakan di Pub Afrika Selatan Tewaskan 9 Orang

22 Des 2025, 08:10 WIBNews