Mahasiswa Iran Dihukum Mati, Dituduh Jadi Mata-mata Israel

- Keshavarz ditangkap usai kepergok memotret gedung markas tentara
- 17 orang telah dieksekusi di Iran sejak awal 2025
- Iran perketat aturan hukum terhadap dugaan mata-mata pada Oktober
Jakarta, IDN Times - Iran kembali mengeksekusi seorang pria yang dituduh menjadi mata-mata Israel pada Sabtu (20/12/2025). Eksekusi ini menambah daftar panjang orang-orang yang dihukum mati atas tuduhan spionase sejak meletusnya konflik Israel-Iran pada Juni lalu.
Menurut kantor berita resmi pengadilan, Mizan, Aghil Keshavarz, seorang mahasiswa arsitektur berusia 27 tahun, dieksekusi pada Sabtu pagi setelah Mahkamah Agung menguatkan vonis bersalah terhadapnya atas tuduhan spionase.
Keluarga Keshavarz dari Isfahan melakukan kunjungan terakhir ke penjara di kota barat laut Urmia pada Jumat (19/12/2025). Seorang sumber mengatakan bahwa ibunya sempat pingsan saat pertemuan langsung dengannya akibat tekanan emosional yang berat.
1. Keshavarz ditangkap usai kepergok memotret gedung markas tentara
Keshavarz ditangkap di Urmia antara April dan Mei, setelah patroli militer memergokinya sedang memotret gedung markas tentara. Ia dituduh melakukan lebih dari 200 misi untuk badan intelijen Israel, Mossad, di Teheran, Isfahan, Urmia dan Shahroud. Misi-misi tersebut diduga mencakup pemotretan lokasi sasaran, pelaksanaan jajak pendapat, dan pemantauan pola lalu lintas di titik-titik tertentu.
Pihak berwenang mengklaim bahwa Keshavarz berkomunikasi dengan Mossad dan pejabat militer Israel melalui platform pesan terenkripsi dan menerima pembayaran dalam mata uang kripto setelah menyelesaikan tugasnya.
Pengadilan juga menyatakan bahwa Keshavarz secara sadar bekerja sama dengan Israel dengan tujuan merugikan Republik Islam Iran.
2. 17 orang telah dieksekusi di Iran sejak awal 2025
Sementara itu, kelompok hak asasi manusia menolak narasi resmi dari pemerintah tersebut. Dilansir dari Iran International, Jaringan Hak Asasi Manusia Kurdistan melaporkan bahwa Keshavarz disiksa selama seminggu demi memaksanya memberikan pengakuan palsu.
Eksekusi terbaru ini memicu kecaman luas di media sosial dan kembali menyoroti penerapan hukuman mati di Iran dalam kasus-kasus terkait keamanan. Organisasi Hak Asasi Manusia Hengaw menyebutkan bahwa sedikitnya 17 orang telah dieksekusi di Iran sejak awal 2025 atas tuduhan terkait dugaan kerja sama dengan Israel. Sebagian besar dilakukan setelah perang pada Juni.
Otoritas Iran juga mengungkapkan bahwa lebih dari 700 orang telah ditahan atas dugaan spionase atau kolaborasi dengan Israel menyusul konflik tersebut.
3. Iran perketat aturan hukum terhadap dugaan mata-mata pada Oktober
Pada 13 Juni, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Iran, dengan menargetkan fasilitas militer dan nuklir, dan kawasan permukiman. Iran kemudian membalasnya dengan serangan drone dan rudal ke Israel.
Amerika Serikat (AS) kemudian ikut bergabung dengan Israel dalam menyerang situs-situs nuklir Iran. Perang ini menggagalkan upaya diplomasi tingkat tinggi antara Teheran dan Washington yang bertujuan mencapai kesepakatan baru terkait program nuklir Iran.
Setelah 12 hari perang, Iran dan Israel akhirnya menyepakati gencatan senjata, yang diterapkan pada 24 Juni. Sejak itu, Iran berjanji akan menggelar persidangan cepat bagi mereka yang ditangkap atas dugaan berkolaborasi dengan Israel. Pemerintah juga mengumumkan sejumlah penangkapan dan eksekusi terhadap sedikitnya 10 orang yang dituduh bekerja untuk Mossad.
Pada Oktober, Teheran memperketat undang-undang dan sanksi bagi mereka yang dituduh menjadi mata-mata untuk Israel dan AS. Berdasarkan aturan baru tersebut, para pelaku dapat dihukum dengan penyitaan seluruh aset dan dijatuhi hukuman mati, dilansir dari The New Arab.


















